Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AIDS di Bangka Selatan: Mengabaikan Laki-laki Penular HIV kepada PSK dan Laki-laki yang Tertular HIV dari PSK

16 Mei 2011   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:35 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* Tes HIV pada PSK bisa Menghasilkan Negatif Palsu

Lagi-lagi pemahaman yang tidak akurat terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis di tataran realitas sosial. Pemkab Kabupaten Bangka Selatan, Prov Bangka Belitung, dalam hal ini Dinkes Kab Bangka Selatan, ternyata mengabaikan laki-laki yang menularkan HIV kepada pekerja seks komersial (PSK) dan laki-laki yang tertular HIV dari PSK. Hal ini tercermin dari berita "2 PSK di Bangka Selatan Terindikasi HIV" (www.mediaindonesia.com, 13/5-2011).

Disebutkan: " .... dua PSK di Kab Bangka Selatan terindikasi mengidap penyakit HIV/AIDS." Pemakaian kata 'terindikasi' terkait dengan HIV/AIDS tidak tepat karena hasil tes HIV menunjukkan positif atau negatif. Selain itu HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus penyebab AIDS. Sedangkan AIDS ada masa setelah seseorang tertular HIV antara 5-15 tahun. Maka, yang tepat adalah 'dua PSK terdeteksi HIV-positif'.

Disebutkan: "Kasus tsb. terungkap setelah Tim Kementerian Kesehatan Direktorat Penyakit Menular bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Tenaga Kerja Kab Bangka Selatan dua pekan lalu mengecek kesehatan wanita penghibur di 16 titik tempat hiburan malam yang tersebar di wilayah itu." Pengecekan kesehatan tidak untuk mendeteksi HIV. Untuk mendeteksi HIV dilakukan tes HIV.

Menurut Kadinkes Basel, Sofiandi: " ... dari sekitar 80 wanita hanya 63 yang berhasil diperiksa, ...." Berarti ada 61 yang dikategorikan 'negatif'. Ini bisa celaka karena tes HIV tanpa konfirmasi bisa menghasilkan negatif palsu. Artinya, kalau ada di antara 61 itu ketika darahnya diambil untuk tes HIV ada pada masa jendela (tertular di bawah tiga bulan) maka hasil tes bisa positif palsu (HIV tidak ada di darah tapi terdeteksi) atau negatif palsu HIV ada di darah tapi tidak terdeteksi).

Masa Jendela pada Epidemi HIV

Yang celaka adalah PSK yang terdeteksi negatif ternyata palsu. PSK itu tetap 'beroperasi' padahal dalam darahnya ada HIV. Maka, penyebaran pun terus terjadi.

Disebutkan: " .... dilihat dari potensi akan adanya peningkatan penularan penyakit, salah satu tim menyatakan Basel perlu disuport dana khusus menanggulangi penyakit ini."

Persoalannya adalah: Apakah penanggulangan berpijak pada fakta medis atau mengedepankan moral dan agama? Kalau mengedepankan moral dan agama, maka penanggulangan hanya berjalan secara normatif sehingga tidak menyentuh akar persoalan.

Disebutkan pula: "Dari hasil pendataan dan pemeriksaan virus yang terdapat pada 2 PSK tersebut, dipastikan menular melalui hubungan seks komersial ataupun kebebasan seks lainnya." Ini ngawur bin ngaco karena penularan HIV melalui hubungan seksual terjadi karena kondisi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom) bukan karena sifat hubungan seksual (zina, melacur, dll.). Dalam ikatan pernikahan yang sah pun bisa terjadi penularan HIV kalau salah satu dari pasangan itu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama.

Dikabarkan: ".... tindaklanjut dari temuan ini Dinkes Basel dalam waktu dekat akan melakukan pendekatan secara persuasif agar pengidap HIV Aids ini tidak lagi melakukan praktik seks komersial, karena penularan HIV terbesar adalah melalui hubungan seksual."

Boleh-boleh saja melarang dua PSK praktek, tapi Kadinkes Basel khilaf kalau laki-laki yang menularkan HIV kepada dua PSK tsb. dan laki-laki yang tertular HIV dari dua PSK itu akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat, tertutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. 'Hasilnya' dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS yang terdeteski pada ibu-ibu rumah tangga.

Rupanya, Dinkes Basel menjadikan PSK sebagai 'sasaran tembak'. Padahal, ada mata rantai penyebaran HIV yang luput dari perhatian, yaitu: laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan laki-laki yang tertular HIV dari PSK. Mereka ini dalam kehidupan sehari-hari bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, lajang, duda atau remaja yang bekerja sebagai pegawai, karyawan, mahasiswa, pelajar, petani, nelayan, maling, dll.

Selama penanggulangan hanya menjadikan PSK sebagai 'kambing hitam' maka selama itu pula penyebaran akan terus terjadi. Soalnya, selain terular di Basel bisa saja laki-laki dewasa penduduk Basel tertular HIV di luar Basel atau di luar negeri.

Jika tidak ada tindakan yang konkret dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Basel, maka Pemkab Basel tinggal menunggu 'panen' AIDS karena kasus-kasus yang tidak terdeteksi akan menjadi 'bom waktu' ledakan AIDS.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun