Mohon tunggu...
Salman
Salman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Negara Indonesia yang baik hati

Presiden Golput Indonesia, pendudukan Indonesia yang terus menjaga kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka untuk Aa' Gym

22 Januari 2017   16:56 Diperbarui: 22 Januari 2017   17:18 3042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: aceh.tribunnews.com

Dari sana saya bisa menilai bahwa gerakkan 212  ada dan mungkin banyak diisi bahkan oleh ulama yang (maaf) bodoh. Rokok merupakan produk yang sudah diharamkan beberapa negara islam  ulama ini mengajaka orang untuk melakukan hal yang buruk karena dia tidak tahu bahwa hal itu adalah suatu keburukan.

Meski aksi 212 diklaim sebagian aksi paling damai, tapi sebenarnya yang terjadi menimbulkan ketakutan bagi pemeluk agama lain, saya baca di blog-blog banyak orang kristen yang tidak pulang kampung ke Indonesia untuk merayakan Natal karena khawatir dengan aksi pergerakan massa.  

Ada juga sebagian ulama mengatakan bahwa aksi 212 sebagai titik tolak kebangkitan umat islam di Indonesia karena ada tujuh juta muslim yang ikut aksi dan ini menjadi aksi demo terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Meski secara kuantitas besar, tapi saya tidak melihat secara kualitas orang-orang yang ikut aksi tersebut adalah orang-orang dengan kualitas unggul. Maka euforia kebankitan islam hanya tinggal euforia semata tanpa orang-orang yang berkualitas.

Jadi si(apa) musuh islam sebenarnya? Musuh islam sebenarnya adalah keterbelakangan umat  yaitu kebodohan dan kemiskinan. Bukan orang Ahok, orang kristen bahkan yahudi, musuh islam sebenarnya adalah kebodohan dan kemiskinan yang akan membuat orang islam itu sendiri semakin tertinggal secara peradaban.  Dan para ulama terutama MUI bertanggung jawab terhadap  ini. Salah  satu penyebabnya karena MUI  tidak berani mengharamkan rokok. Rokok sebagai salah satu penyebab kemiskinan  dan merokok berkorelasi dengan kebodohan, MUI telah membiarkan umat islam dalam kemiskinan dan kebodohan.

Kebodohan itu tidak hanya pada umatnya, tetapi para ulamanya. Ulama di Indonesia dengan cara dakwahnya telah gagal mempetahankan persentase umat Islam di Indonesia. Persentase Muslim di Indonesia terus menurun, anomali dengan fenomena muslim di dunia yang terus meningkat. Dan menurut data MUI ada dua juta orang yang murtad setiap tahun. Hal ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi para pendakwah dan ulama untuk melakukan intropeksi diri bahwa dakwah yang dilakukan selama  ini tidak efektif. Dulu umat muslim di Indonesia di berjumlah 95% tapi sekarang sudah  telah menyentuh  85%.  

Bagi saya pribadi dakwah-dakwah yang dilakukan ulama saat ini tidak menarik karena isinya yang tidak membumi dan kadang terlalu menonjolkan hal-hal yang ghaib yang tidak rasional, sangat berbeda ketika saya mencoba mendengar khotbah dari agama Kristen yang bertema bagaimana meningkatkan komptensi diri, memenangkan persaingan namun masih dalam  bingkai ajaran agama.

Sekarang sudah jaman adu otak bukan adu otot, menggerakan massa sudah bukan jamannya lagi, meski banyak  didukung belum tentu itu adalah kebenaran.

Jika Aa Gym prihatin dengan kondisi negara ini, saya prihatin dengan kondisi ulama saat ini. Karena saya melihat ulamalah yang bertanggungjawab dengan keadaan saat ini, karena ulamalah yang menggerakan umaat terdahulu sehingga secara tidak langsung membuat polarisasi umat. Yang bertanggung jawab terutama ulama yang menyebarkan kebencian dan hasutan. Kebenaran tidak bisa diperjuangkan dengan kecurangan.  

Solusi dari umat sekarang adalah perbaiki kualitas umat dan jauhkan mereka dari hal yang merusak dirinya sendiri. Jika tidak maka ummat muslim di Indonesia akan semakin tertinggal, meski mayoritas.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun