Mohon tunggu...
Inez Teressa
Inez Teressa Mohon Tunggu... Hoteliers - Profesional industri hotel di Bali

Mahasiswa Pascasarjana - Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menilik Pesona Garuda Wisnu Kencana di Musim Pandemi

11 Desember 2021   03:38 Diperbarui: 12 Desember 2021   08:27 3233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Utama Garuda Wisnu Kencana/dokumentasi pribadi

Panoramic view/dokumentasi pribadi
Panoramic view/dokumentasi pribadi

View directory/dokumentasi pribadi
View directory/dokumentasi pribadi
Proses pembuatan detail tubuh GWK/dokumentasi pribadi
Proses pembuatan detail tubuh GWK/dokumentasi pribadi
Tidak hanya itu, pengunjung yang tidak takut dengan ketinggian bisa berpose di atas lantai kaca dan mendapatkan foto sebagai kenang-kenangan dengan tambahan biaya Rp 30.000 (harga promosi). Dibalik lantai kaca ini pengunjung bisa melihat dengan jelas kerangka-kerangka baja yang menopang struktur patung hingga ke lantai dasar.

Spot foto glass floor/dokumentasi pribadi
Spot foto glass floor/dokumentasi pribadi
Setelah puas menikmati pemandangan dari atas, saya memutuskan untuk segera turun karena tiba-tiba cuaca berubah menjadi sangat berawan dan mendung. Dengan langkah yang dipercepat, saya akhirnya bisa sampai ke Kencana Souvenir "tepat waktu" karena tidak lama kemudian hujan mulai turun. Sambil menunggu hujan reda, saya berkeliling di dalam toko. Variasi produk yang ditawarkan menarik dan lagi-lagi untuk kisaran harga tidak terlalu mahal. 

Teknik berjualan karyawan di toko ini patut diacungi jempol, sebagai anak rantau yang sudah menetap di Bali hampir 8 tahun, bisa-bisanya saya tergiur untuk membeli magnet kulkas buy 1 get 1 free yang ditawarkan. Begitu melihat cuaca mulai membaik, saya kembali bergegas menuju Plaza Bhagawan untuk mengejar shuttle bus ke tempat parkir, menyudahi wisata singkat saya hari itu.

Di luar cuaca ekstrem, sebenarnya saya sangat menikmati jalan-jalan saya ini. Dari segi produk, wisata edukasi budaya yang ditawarkan oleh GWK dikemas dengan sangat menarik. 

Dari segi fasilitas, GWK bisa dibilang unggul dalam pengadaan dan pengelolaannya seperti pembuatan jalur pejalan kaki yang rapi dan aman, penyediaan kursi roda yang bisa dipinjam oleh pengunjung usia lanjut maupun penyandang disabilitas, jalur kursi roda pun dibuat dengan baik dan rapi di dalam kawasan, kios-kios penjualan makanan dan minuman dengan mudah ditemui di dalam kawasan dengan harga terjangkau, implementasi teknologi dalam layanan juga cukup optimal dibarengi dengan penempatan petugas yang siap membantu pengunjung dalam pengoperasiannya. 

Dari segi kebersihan, area GWK sangat terkelola dengan baik sehingga pengunjung merasa nyaman. Destinasi wisata biasanya identik dengan toilet yang kotor, namun tidak demikian yang terjadi di dalam GWK. Petugas kebersihan secara berkala memeriksa toilet-toilet untuk memastikan lantai kering dan tidak ada area yang kotor. 

Dari segi protokol kesehatan, hampir di setiap sudut terdapat tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan hand sanitizer. Petugas juga dapat dengan mudah ditemui di berbagai titik dan tidak segan untuk menegur pengunjung yang melepas masker di dalam kawasan. Praktik-praktik semacam ini yang perlu dicontoh dan diadaptasi oleh destinasi wisata lainnya di Bali.

Ada juga hal yang disayangkan adalah pertunjukan-pertunjukan budaya yang biasanya ada setiap hari namun terpaksa dihentikan selama pandemi untuk mengurangi kerumunan. Sebagai destinasi wisata budaya, tentunya hal ini dapat menurunkan daya tarik wisata karena bisa dibilang atraksi utama saat ini hanyalah patung Garuda Wisnu Kencana saja. 

Pengelola kawasan GWK perlu untuk terus melakukan inovasi agar dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung dan memiliki alasan untuk datang kembali. 

Akhir kata, menurut saya GWK Cultural Park ini sangat layak untuk dikunjungi, apalagi untuk mereka yang tinggal di daerah "kota" dan enggan pergi terlalu jauh ke bagian utara Bali untuk berwisata, ataupun hanya mengunjungi pantai-pantai di wilayah selatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun