Di sebuah kota, Kota Jakarta tepatnya, tinggalah seorang remaja, namanya Kania Salsabilla Alexandera, biasa dipanggil Kania atau Nia. Ia gadis remaja berumur 16 tahun, terlahir di keluarga yang bisa dibilang berkecukupan, kaya. Kania memang berhati baik, memiliki banyak teman.
Dia bersekolah di SMA Negeri Merah Putih, Jln. Anggrek no.79. Kania juga dikenal sebagai murid yang lumayan pintar di kelasnya. Setidaknya, prestasi yang ia raih, Kania pasti mendapat peringkat 10 besar.
Walaupun Kania memiliki banyak teman, ia selalu tidak bisa percaya diri terhadap kekurangannya karena ia memiliki wajah yang menurutnya kurang sempurna. Mukanya berjerawat. Banyak sekali yang mengejeknya karena jerawatnya. Kadang, membuatnya merasa " insecure " atau bisa dibilang kehilangan percaya diri.
Padahal, teman- temannya selalu bilang kepadanya " Kan, jerawat itu bisa hilang, apapun kata mereka, diemin aja, lagian mereka juga belum tentu sempurna, yang sempurna itu Cuma Allah, kamu itu cantik, banyak juga kan yang bilang kamu cantik, bersyukur.". Kania hanya tersenyum menurutnya, teman- temannya bilang seperti itu hanya agar menenangkan hati Kania saja.
Hari Senin pun tiba, seperti biasa, upacara. Pagi itu, terasa sangat panas karena matahari yang menyengat. Padahal, cahaya matahari pagi itu sehat, tapi, Kania tetap menghindarinya. Ia hanya menunduk. " Duh kalo kepanasan gini, pasti muka aku nanti berminyak, terus item, tambah jerawatan  lagi gimana dong. " katanya dalam hati.
Selesai upacara, sesampainya di kelas, ia langsung menghidupkan AC dan duduk di bangku paling depan, itu juga karena AC nya dekat dengan tempat duduk Kania. Kemudian, ada salah satu temannya " Woi, Vinka glowing banget tuh, udah putih, mukanya bersih, enak banget dipandang, sini duduk belakangku aja. " Ucap Aska. Aska memang terkenal sering mengejek fisik orang. Yang cantik dipuji, dan yang menurutnya tidak cantik, ya di maki.
Kania semakin kesal, dia hanya duduk menikmati hembusan angin dari AC sambil kipas- kipas mukanya menggunakan buku. Aska pun langsung menghampirinya. " Halo Kaniaa. " Dalam hati kania, ia tau bahwa pasti Aska akan mengeluarkan kata- kata yang menyakitkan. "Kenapa? " Jawab Kania.
" Panas ya? sini aku bantu kipasin, biar mukanya cepet putih, jerawatnya ilang, ikut terbang soalnya.. ha.. ha..ha.. " Ucap Aska sambil tertawa. " Kalo cuma mau ngatain fisik doang, mending pergi deh, lagi mager soalnya nih." Jawab Kania. Ia tetap berusaha menanggapinya dengan santai, walaupun hatinya dalam hati, ia menangis.
Kelaspun dimulai, jam pelajaran, mapel demi mapel Kania lewati dengan hati yang sakit, dan wajah yang murung. Itu membuat konsentrasinya buyar. Sampai jam istirahat, Kania diajak pergi ke kantin untuk makan siang bersama dengan sahabatnya, yaitu Oca. " Kan yuk ngantin, aku traktir deh!" Serunya.
Kania menjawab " Duluan aja Ca, aku lagi pengen di kelas. "
" Udah ayo, itu Dewa, Randin, sama Cassie udah nungguin di depan kelas, yuk ah gasss ga pake lama!" Ucap Oca sambil menarik tangan Kania.
Sesampainya di kantin, Kania tetap saja ia kelihatan sedih, dia hanya menunjukkan senyumnya sedikit ketika Randin melakukan sesuatu yang lucu. Padahal teman- temannya tertawa terbahak-bahak sampai Oca tersedak batagor. Oca yang mendengar perkataan Aska di kelas tadi, ia tahu, pasti perkataan itu menyakiti hatinya. " Kania, kamu baik- baik aja? " Tanya Oca dan Cassie.
" Iya, dari tadi diem mulu, kenapa, Kan? " Dewa juga mengajukan pertanyaannya.
" Em iya, baik kok guys, lanjutin aja makannya. " jawab kania, lagi- lagi dengan menunjukkan sedikit senyumannya.
" Kan, aku tau, maaf tadi aku denger pembicaraan kamu sama Aska, apa mungkin gara- gara itu? " Â Ucap Oca dengan penuh keyakinan bahwa Kania merasa sedih karena ulah Aska. Kania hanya terdiam.
" Kan, aku tau bahkan aku juga sadar ga ada manusia yang sempurna, tapi kalo cuma masalah jerawat, sampe kamu stress, itu malah bikin nambah beban pikiran kamu, stress juga bisa memicu bruntusan loh, ayo kamu semangat!" Kata Dewa.
" Iya Kaniaku yang cantik, kamu gaboleh down cuma gara- gara dikatain Aska, aku setuju tuh sama Dewa. Jerawat itu bisa diilangin, percaya deh, besok kalo kita udah jadi cantik nih, apa itu namanya, glow up, yang kaya di tiktok- tiktok gitu deh, pasti Aska bakalan nyesel pernah ngatain kita kaya gitu. " Susul Cassie.
" Nah iya tu, jerawatan itu ga selamanya bakal jerawatan. Tenang braderr. Kata Emak aku nih ya, besok juga kalo nikah, jerawat kita bakalan ilang, karna bahagia kali ya.. haha..haha.. " Ucap Randin.
" heh ngaco kamu. " Mereka semua tertawa. Setidaknya, yang diucapkan teman- teman itu membuat perasaan Kania sedikit lebih tenang. Kania melewati pelajaran setelah istirahat itu dengan hati yang tenang dan senyuman seperti biasanya.
Sesampainya di rumah, ia langsung mandi. Setelah mandi, Kania mencoba mencari- cari skincare yang mungkin cocok untuk tipe kulitnya. Ya yang fungsinya untuk mencerahkan dan menghilangkan jerawat.
" Kania, ayo makan malam dulu! " Ucap bundanya.
" Iya bun." Â Kania pun menuju meja makan. Setelah selesai makan, kania mencoba bertanya pada ayahnya, tentang skincare yang tadi ia lihat di online shop.
" Yah, kalo aku beli skincare buat wajah aku gimana? Biar jerawat aku ilang, sama biar mukanya agak cerahan."
Bundanya menjawab " Memangnya kenapa nak? Mungkin ini adalah masa pubertas kamu. Memang, kalo masa pubertas muncul jerawat itu wajar. "
" Tapi Bunda, di sekolah Kania diejek sama temen gara- gara muka Kania yang begini. "
Kemudian, ayahnya menjawab " Ya sudah, kalau Kania mau, dan menurut kamu itu bagus , nanti beli saja, yang pasti harus cocok di wajah. "
" Baik, Yah. Terima kasih. " Setelah selesai makan malam, Kania pun belajar untuk mata pelajaran besok.
Hari demi hari sudah kania lewati.
" Oke anak- anak, hari ini jam Bu Nindy, jam pelajaran mapel Konseling ya, saya akan menjelaskan tentang pentingnya menghargai perbedaan. " Pelajaran saat itu berlangsung seru, karena menurut Kania, itu bisa menyadarkan Aska. Tukang body shaming. Sampai Bu Nindy berkata, " Kita itu harus menghargai perbedaan dari teman- teman kita. Baik perbedaan pendapat, perbedaan fisik, perbedaan apapun itu.
Kalian yang susah itu, menghargai perbedaan, Musyawarah, hargai pendapat yang berbeda dengan pendapat kalian. Perbedaan fisik, jangan sampai itu, itu akan menjerumus ke yang namanya " body shaming ". " Ucap Bu Nindy. Setelah pelajaran itu, Aska merasa sedikit bersalah, tetapi ia gengsi untuk mengakuinya. " Ah nanti saja lah aku meminta maaf ke Kania, kalau sudah cukup mental. " katanya aska.
Hari- hari pun berlalu. Kania yang selalu sabar menghadapi ejekan dari Aska, sampai- sampai bosan, " melihat mukanya saja aku malas " itu yang diucap dalam hatinya. Jam pelajaran olahraga pun berlangsung. Seperti biasanya, sebelum olah raga, kania memakai sunblock di wajahnya.
" Oke anak anak mari kita baris yang rapi, berdoa, dan mulai pemanasan. " Ucap Pak Tarno, guru olahraga.
" Baik pak."
Setelah pemanasan, Kania dan Oca mengambil minum dan istirahat sebentar di bawah pohon rambutan dekat lapangan sekolah. Tiba- tiba Aska datang, " Weh, Kania udah pake sunblock belum? Ati-ati nanti kalo gapake tambah item, jerawatnya makin banyak. " .
Oca yang mendengar itu, tidak terima, " Heh Aska, kaya lu udah paling sempurna aja! Ga denger waktu pelajaran Bu Nindy kemarin? Mau aku bawa ke ruang konseling kamu biar kena poin gara-gara body shaming?! "
Aska yang mendengar itu, lupa bahwa ia akan meminta maaf kepada Kania karena telah mengejek karena jerawatnya. Ketika Aska akan meminta maaf, tiba tiba Oca menarik tangan Kania begitu saja. " Yuk Kania, gak penting dengerin orang kaya gini. "
" eh kania tung.. "
"... tunggu! " tetapi Oca tidak menghiraukan apa yang dikatakan Aska.
   Sewaktu pulang sekolah, sekitar pukul empat sore, hari itu hujan sangat deras, sambil menunggu jemputan, satu demi satu teman- teman Kania sudah dijemput oleh penjemputnya. Hingga akhirnya, tinggal tersisa Kania dan Aska yang sedang berteduh di pos satpam.
" Kan... " Bisik Aska. Kania yang tidak ingin mendengar ejekan Aska lagi, langsung ia ucap " Aku udah dijemput, Ka. Kamu? " Aska terdiam, mengapa dia masih begitu baik. " Aku gak tau, sepertinya enggak. " jawab Aska. Tanpa pikir panjang, Kania langsung mengajak Aska naik ke mobilnya saja, ketimbang dia jalan kaki atau naik taksi online. " Yuk bareng aku aja! " ucapnya.
" Oh engga, Kan. Makasih, aku duluan ya.. " kata Aska.
" Oh okey."
Saat hendak pulang, Kania dan Ayahnya mampir ke sebuah restoran dahulu untuk makan. Selesai makan, diperjalanan, Kania melihat ada kerumunan seperti ada yang kecelakaan, ya dan benar. Itu Aska. Kania dan Ayahnya langsung membawanya ke rumah sakit. Aska mengalami kebocoran di kepalanya, hingga nyawanya tidak bisa di selamatkan lagi. Oca, Dewa, Randin, dan Cassie langsung menyusul ke rumah sakit tersebut, orang tua Aska juga.
" Tante tadi sudah tanya kepada polisi bagaimana kecekalaan itu bisa terjadi" Ucap Ibu Aska sambil menangis. Kania hanya mengangguk. " Terimakasih, Kania. Maafkan kesalahan Aska, tante tahu dari Dewa, bahwa kamu sering terbully oleh Aska, sekali lagi maafkan tante dan anak tante ya... "
" Tidak apa- apa tante, Kania sudah memaafkannya. "
Akhirnya , mereka semua pulang kecuali orang tua Aska untuk mengurus jenazah anaknya. Keesokan harinya, seluruh warga sekolah tahu akan meninggalnya Aska. Setiap kelas diminta sumbangan seikhlasnya dan setiap kelas harus ada perwakilan kelas untuk mengikuti dan memberi doa ke pemakaman Aska.
- Janganlah kamu mencela kekurangan orang lain, karena itu sama saja kamu mencela Tuhan. Segeralah meminta maaf, sebelum ajal menjemput
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H