Mohon tunggu...
Inessia Melinda
Inessia Melinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - a Psychology student

Find out what you looking for

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fenomena Hustle Culture: Kerja Lembur bagai Kuda

3 Juni 2022   11:22 Diperbarui: 6 Juni 2022   22:08 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Kita masih muda, kalo mau sukses harus kerja keras terus paling tidak kerja  diatas 40 jam/minggu".

"Duh semalem abis ngejar deadline nih sampe relain tidur cuma 4 jam doang".

"Gimana weekendnya? kalo aku sih masih diganggu kerjaan kemaren bos kasih tugas tambahan".

Kata-kata diatas merupakan contoh dari adanya Hustle Culture. Fenomena ini memang cukup marak dilakukan oleh generasi muda dikarenakan berpikir bahwa kesuksesan itu diukur dari seberapa keras kita bekerja tanpa henti dan jarang memberikan istirahat pada diri sendiri. 

Hustle Culture ini bahkan menjadi gaya hidup banyak orang untuk memprioritaskan pekerjaannya tanpa memperhatikan kesehatannya. Tidak jarang juga kata-kata tersebut membuat orang lain merasa kurang produktif yang akhirnya ikut-ikutan untuk melakukan hustle culture. Apakah kamu salah satunya?

Kenapa ya hustle culture bisa muncul?

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup di era Industri yang serba cepat dan semakin berkembang sehingga manusia pun juga perlu menyeimbangi kehidupan yang dinamis ini. Harus bisa fleksibel, kompetensi yang dimiliki, hingga daya saing satu sama lain.

Banyak StartUp yang digandrungi anak muda dimana sistem kerjanya pun juga serba cepat dan bekerja dibawah tekanan tinggi karena perkembangan perusahaan yang banyak tantangannya naik turun sehingga muncul fenomena tersebut yaitu Hustle Culture. 

Hustle Culture jika dalam bahasa Indonesia disebut sebagai gila kerja dalam mencapai kesuksesan. Anggapan masyarakat saat ini mengukur tolak ukur sukses dari tingginya karir seseorang diikuti finansial yang baik. Oleh karena itu banyak yang berlomba-lomba untuk bekerja keras hingga mendapatkan kesuksesan secepat mungkin.

Jadi, hustle culture itu sebenarnya baik atau buruk sih?

Jika dilihat dari sisi positifnya, artinya generasi muda sekarang ini memiliki motivasi untuk menjadi individu yang lebih giat lagi dalam bekerja demi sesuatu yang hendak dicapai. Individu juga semakin menjadi produktif karena tetap mengisi waktu luangnya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Jika dilihat dari sisi negatifnya, tentu tidak sedikit juga. Well, ada pepatah yang mengatakan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Individu yang melakukan hustle culture akan kehilangan work-life balance karena terlalu mementingkan pekerjaannya dibanding aktivitasnya yang lain. 

Kemudian individu juga dapat terganggu kondisi psikisnya seperti stress atau bahkan burnout yang akhirnya mempengaruhi kehidupan sosialnya. Sampai-sampai selain kesehatan psikisnya yang terganggu maka kesehatan fisik pun juga mempengaruhi. Jika psikis dan fisik pun sudah terganggu, bagaimana bisa kita ingin bekerja dengan baik?

Kesimpulannya, tidak ada yang salah dengan melakukan hustle culture jika hal itu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Semua perlu berjalan dengan seimbang antara kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan. Jika lelah, jangan lupa beristirahat sejenak dan perhatikan kesehatan diri. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun