"Kita masih muda, kalo mau sukses harus kerja keras terus paling tidak kerja  diatas 40 jam/minggu".
"Duh semalem abis ngejar deadline nih sampe relain tidur cuma 4 jam doang".
"Gimana weekendnya? kalo aku sih masih diganggu kerjaan kemaren bos kasih tugas tambahan".
Kata-kata diatas merupakan contoh dari adanya Hustle Culture. Fenomena ini memang cukup marak dilakukan oleh generasi muda dikarenakan berpikir bahwa kesuksesan itu diukur dari seberapa keras kita bekerja tanpa henti dan jarang memberikan istirahat pada diri sendiri.Â
Hustle Culture ini bahkan menjadi gaya hidup banyak orang untuk memprioritaskan pekerjaannya tanpa memperhatikan kesehatannya. Tidak jarang juga kata-kata tersebut membuat orang lain merasa kurang produktif yang akhirnya ikut-ikutan untuk melakukan hustle culture. Apakah kamu salah satunya?
Kenapa ya hustle culture bisa muncul?
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup di era Industri yang serba cepat dan semakin berkembang sehingga manusia pun juga perlu menyeimbangi kehidupan yang dinamis ini. Harus bisa fleksibel, kompetensi yang dimiliki, hingga daya saing satu sama lain.
Banyak StartUp yang digandrungi anak muda dimana sistem kerjanya pun juga serba cepat dan bekerja dibawah tekanan tinggi karena perkembangan perusahaan yang banyak tantangannya naik turun sehingga muncul fenomena tersebut yaitu Hustle Culture.Â
Hustle Culture jika dalam bahasa Indonesia disebut sebagai gila kerja dalam mencapai kesuksesan. Anggapan masyarakat saat ini mengukur tolak ukur sukses dari tingginya karir seseorang diikuti finansial yang baik. Oleh karena itu banyak yang berlomba-lomba untuk bekerja keras hingga mendapatkan kesuksesan secepat mungkin.
Jadi, hustle culture itu sebenarnya baik atau buruk sih?
Jika dilihat dari sisi positifnya, artinya generasi muda sekarang ini memiliki motivasi untuk menjadi individu yang lebih giat lagi dalam bekerja demi sesuatu yang hendak dicapai. Individu juga semakin menjadi produktif karena tetap mengisi waktu luangnya untuk menyelesaikan pekerjaannya.