Mohon tunggu...
Ineke Stasia Vanela
Ineke Stasia Vanela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long life learner

A Wife A Mother A Student A Teacher

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Keberagaman Peserta Didik dan Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

3 April 2023   20:18 Diperbarui: 3 April 2023   20:27 5314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman (diversity) merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari, keberagaman pasti akan selalu ada didalam kehidupan kita. Begitupun hal nya didalam kelas, kita sebagai pendidik pasti akan menemukan suatu perbedaan dan keunikan dalam setiap individu peserta didik didalam kelas. 

Salah satu hal yang perlu diperhatikan guru mengenai keberagaman disaat mengajar didalam kelas  adalah karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik mencakup kebutuhan belajar, kemampuan belajar, minat, dan gaya belajar peserta didik.

Mari kita analogikan dengan sebuah cerita yang berjudul sekolah hewan yang mana disekolah hewan saat itu sedang mengadakan ujian kelulusan, murid-muridnya terdiri dari kancil, kura-kura, monyet, ikan, buaya, dan banyak hewan lainnya. 

Ujian yang diselenggarakan saat itu adalah ujian memanjat pohon, tentu saja dengan cepat dan lincahnya monyet menjadi hewan pertama yang lulus ujian sedangkan hewan-hewan lain setelah lelah mencoba berulang kali dan pada akhirnya mereka hanya bisa pasrah dan tidak melakukan apa-apa. 

Tentu hal tersebut tidak adil, karena ujian yang diselenggarakan tidak mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan murid lain. Sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak akan bisa terapai secara menyeluruh.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan sebagai guru dalam mengajar agar bisa terpenuhi semua kebutuhan, minat , dan gaya belajar peserta didik adalah dengan menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan, minat dan gaya belajar peserta didik. 

Guru sebagai fasilitator bertugas untuk memfasilitasi peserta didik sesuai dengan karakteristik peserta didik karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama (Astuti, 2021). 

Pembelajaran berdiferensiasi juga bisa diartikan dengan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik yang mana dengan beragamnya karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik akan dijadikan bahan pertimbangan dalam perancangan RPP/ Modul Ajar oleh guru.

Setelah mengajar beberapa kali pertemuan dikalas selama melaksanakan Pengalaman Praktik Lapangan 2 (PPL 2) dalam program PPG Prajabatan yaitu dikelas VII salah satu SMP di Kota Jambi, tentu saja penulis menemukan beberapa perbedaan / keberagaman khususnya mengenai karakteristik siswa dikelas yang penulis ampu. 

Hal ini bisa diketahui dengan melaksanakan observasi karakteristik peserta didik sebelum memulai kelas pembelajaran. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan cara membagikan tes diagnostic kognitif dan non kognitif kepada peserta didik. 

Dalam beberapa kasus tertentu, pendidik juga melakukan wawancara kepada beberapa peserta didik yang dianggap paling berbeda dengan peserta didik lainnya dikelas tersebut. Selain tes diagnostic dan wawancara, pendidik juga melakukan observasi dikelas selama pembelajaran berlangsung dengan mengamati cara belajar dan kemampuan belajar peserta didik.

Secara umum, terdapat 4 gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditory, gaya belajar read/write dan gaya belajar kinesthetic. 

Gaya belajar visual adalah adalah tekhnik yang berfokus kepada penglihatan dan peserta didik akan lebih mudah memahami sesuatu dengan melihat gambar, grafik atau warna. Selanjutnya, gaya belajar auditory adalah dimana peserta didik lebih gampang dalam memahami pelajaran dengan mendengarkan penjelasan dari guru terkadang mereka juga suka belajar sambil mendengarkan music. 

Gaya belajar ketiga adalah read and write yaitu peserta didik lebih suka belajar dengan cara menulis lalu membaca ulang semua tulisannya, mereka juga suka meringkas pembelajaran untuk lebih memahaminya. 

Gaya belajar keempat adalah kinesthetic yaitu peserta didik lebih suka belajar dengan cara langsung mempraktikan materi atau dengan menggunakan alat peraga dan lebih banyak bergerak dalam pembelajaran. (Callista, 2022). 

Selain dari keempat gaya belajar yang sudah disebutkan, ada juga satu gaya belajar yaitu audio visual yang mana merupakan gabungan dari auditory dan visual, dengan gaya belajar ini, peserta didik lebih suka belajar dengan menonton video pembelajaran untuk bisa lebih mengerti tentang materi yang diberikan.

Hasil dari kegiatan observasi ini ditemukan bahwa peserta didik secara umum memiliki gaya belajar kinestetik dan audio visual. Hal ini menjadi pertimbangan penulis dalam merancang modul ajar yang sesuai yaitu dengan menyelipkan kegiatan games based learning ditengah pembelajaran saat peserta didik merasa jenuh atau diakhir pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mencairkan suasana pembelajaran agar lebih kondusif dan juga mendukung gaya belajar peserta didik yang kinesthetic. 

Penulis juga menerapkan video based learning disetiap awal pemebelajaran mengenai materi yang akan dibahas saat itu. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik dengan gaya belajar audio visual. 

Selain itu juga, penulis selalu berusaha untuk mengintegrasikan media dan metode pembelajaran yang bervariasi disetiap pertemuan contohnya menggunakan PPT, gambar yang relate dengan materi ajar, song, aplikasi pembelajaran dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar peserta didik tidak merasa bosan dan  selalu bersemangat dalam belajar serta dapat mewadahi semua gaya belajar peserta didik dikelas.

 Hal lain yang juga ditemukan sebagai hasil observasi karakteristik peserta didik dikelas yaitu terdapat beberapa perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kognitif peserta didik. 

Secara umum peserta didik mempunyai background knowledge yang baik terhadap Bahasa Inggris dan setiap pertemuan dalam pembelajaran sudah bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan kurikulum dan modul ajar yang sudah dibuat. Akan tetapi terdapat moniritas yaitu beberapa siswa yang masih belum memenuhi target kurikulum dikarenakan kurangnya kosa kata Bahasa Inggris yang diperoleh sebelumnya dan tidak ada background knowledge tentang Bahasa Inggris sama sekali sebelum masuk ke SMP.

Salah satu cara yang digunakan penulis untuk mengatasi hal ini adalah dengan menerapkan diferensiasi konten. Diferensiasi konten merupakan metode pembelajaran dengan memberikan materi yang disesuaikan dengan capaian peserta didik, minat, ketrampilan, atau gaya belajar yang masih sejalan dengan kurikulum yang berlaku (Terkini, 2022). 

Khusus untuk peserta didik yang belum memiliki pengetahuan awal tentang Bahasa Inggris seperti yang sudah dijelaskan diatas, pendidik memberikan soal latihan (LKPD) yang berbeda dan disesuaikan dengan tingkat capaian peserta didik saat itu. Selain memberikan LKPD yang berbeda, pendidik juga menerapkan treatment khusus yaitu bimbingan penuh kepada mereka sehingga bisa meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris peserta didik tersebut.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan cara yang tepat dalam mengatasi keberagaman karakteristik peserta didik. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, pendidik menjadi paham tentang treatment apa yang sebaiknya diberikan didalam kelas dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. 

Peserta didik akan merasa dihargai karena kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu peserta didik akan merasa senang dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan yang juga merupakan target dari kurikulum akan mudah tercapai. 

Dalam penerapannya memang tidak akan mudah dan tidak selalu berjalan lancar, oleh karena nya, pendidik harus belajar lebih banyak tentang bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan membaca referensi-referensi terkait. 

Satu hal juga yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana pendidik bisa membangun koneksi yang baik dengan peserta didik agar semua hal yang ingin diketahui khususnya mengenai karakteristik peserta didik akan mudah dicapai.

Referensi:

Callista, A. D. (2022, Maret 27). Kenali Empat Gaya Belajar Menurut Neil Fleming. Retrieved  from Akseleran : https://www.akseleran.co.id/blog/kenali-4-gaya-belajar-menurut-neil-fleming/.

Terkini, B. (2022, September 01). Diferensiasi Konten dan Contohnya Retrieved from Kumparan : https://kumparan.com/berita-terkini/apa-itu-diferensiasi-konten-ini-pengertian-dan-contohnya-1ym3IYVm4WR/2    

Astuti, V. W. ( 2021. Juni 30 ) Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya di Kelas. Retrieved from : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pembelajaran-berdiferensiasi-dan-penerapannya-di-kelas/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun