Mohon tunggu...
Christine Stefani C Tamelan
Christine Stefani C Tamelan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Budaya Menyirih Vs Kesehatan Mulut

12 Juli 2020   17:29 Diperbarui: 12 Juli 2020   17:27 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tradisi dan budaya menunjukkan identitas dari suatu bangsa. Keberagaman yang ada di Indonesia menjadi salah satu kekayaan Indonesia. Menyirih sudah menjadi salah satu kebiasaan unik sekaligus tradisi masyarakat indonesia di berbagai wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua yang sudah dikenal sejak abad ke-6 SM secara turun temurun. Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu provinsi dengan kebiasaan menyirih yang masih sangat kental. Kebiasaan menyirih sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat. 

Sirih dan pinang serta kapur selalu ada dalam berbagai moment penting sebagai hidangan kehormatan untuk penyambutan tamu, sebagai suguhan yang wajib ada dalam acara peminangan baik untuk para tamu yang datang maupun menjadi antaran dalam upacara pertukaran cincin hingga upacara pernikahan, hidangan suguhan dalam acara keluarga untuk dapat mempererat tali persaudaraan, dan sebagai hidangan sebelum, sesudah, bahkan saat prosesi adat berlangsung. 

Selain itu pada peristiwa duka juga sering disuguhkan sirih dan pinang sebagai hidangan untuk para pelayat yang datang dan juga pada masa penghiburan yang bisa berlangsung beberapa hari. 

Kepercayaan masyarakat mengenai kebiasaan menyirih dan khasiat menyirih sudah sangat erat dengan masyarakat sehingga sedikit sulit untuk dihilangkan. Kebiasaan menyirih yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat NTT  ini membuat masyarakat susah terlepas dari kebiasaan ini.

Kebiasaan menyirih tidak selamanya berdampak negatif namun menyirih juga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat yang sering menyirih. Dampak positif yang bisa didapat adalah bisa menjaga kesehatan gigi. Sirih dan pinang yang dikunyah secara bersamaan dapat memicu produksi air liur dalam mulut. 

Air liur tersebut memiliki kandungan protein dan mineral yang baik untuk menjaga kekuatan gigi dan mencegah penyakit gusi. Air liur juga dapat membantu membersihkan sisa makanan dan kotoran yang menempel pada gigi. 

Selain itu, menyirih bisa membantu melancarkan sistem pencernaan. Selain dapat menjaga kesehatan gigi dan gusi air liur yang diproduksi saat menyirih berfungsi untuk mengikat dan melembutkan makanan yang dapat membantu memudahkan kerja sistem pencernaan dalam menelan dan mengirimkan makanan ke kerongkongan, usus, dan lambung.

Sekalipun menyirih bisa memberikan beberapa dampak positif namun akan berdampak negatif jika dikonsumsi secara berlebihan. Sifat psikoaktif yang ada pada sirih dapat menyebabkan stimulan yang merangsang tubuh untuk ingin terus menyirih sehingga membuat kecanduan. Meski baik untuk kesehatan gigi dan gusi, jika menyirih dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka bisa menyebabkan kanker mulut dan kerongkongan. 

Sifat karsinogenik pada sirih, pinang, dan kapur dapat memicu tumbuhnya sel kanker bagi mulut dan tenggorokan.  Selain itu, campuran bahan-bahan untuk menyirih juga bersifat keras bagi mulut yang apabila dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terbentuknya lesi mukosa mulut atau luka pada rongga mulut. Jika keadaan ini sudah cukup parah akan sangat susah ditangani karena belum ada obat yang dapat mengatasi lesi mukosa mulut dan pengobatan yang dilakukan hanya untuk mengurangi gejala saja. 

Produk kitin yang digunakan pada saat menginang berbentuk serbuk kapur yang dapat merusak jaringan periodonsium secara mekanis dengan cara pembentukan kalkulus yang akan menyebabkan peradangan jaringan periodontal dan kegoyangan gigi. 

Salah satu risiko yang belum banyak diketahui masyarakat khususnya pada ibu hamil adalah bisa mengganggu kandungan karena dapat menyebab perubahan pada DNA janin yang tentunya dapat membahayakan janin dan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan dibawah berat normal maka dari itu, WHO dan para ahli kesehatan menyarankan para ibu hamil untuk tidak menyirih

Data yang diperoleh dari Riskesdas tahun 2007-2013 dan Pusdatin serta Badan PPSDM. Update data terakhir tahun 2013. Menurut Riskesdas 2013 telah terjadi peningkatan  penderita penyakit gigi dan mulut pada tahun 2007-2013 dimana NTT merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penderita penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi dengan perkiraan 40,7% penderita pada tahun 2007 dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 48,3%.

Kebiasaan menyirih yang sudah sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat NTT khususnya bagi masyarakat di pedesaan membuat masyarakat sangat sulit untuk mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan menyirih. Namun demikian permasalahan yang ditimbulkan harus tetap diatasi bahkan dihilangkan. Beberapa penyakit yang timbul akibat kebiasaan menyirih khususnya pada jaringan peridontal tidak bisa diatasi namun bisa dikurangi gejala yang muncul. 

Beberapa cara yang dilakukan untuk dapat menghindari penyakit yang disebabkan oleh menyirih adalah dengan mengontrol frekuensi menyirih setiap harinya dan tetap menyesuaikan dengan setiap moment yang mengharuskan menyirih agar masyarakat yang sering menyirih tidak kecanduan menyirih. 

Cara lain yang bisa dilakukan adalah selalu menjaga kebersihan mulut, sebelum dan sesudah menyirih. Beberapa kebiasaan yang sering dilakukan pada saat menyirih bahkan setelah menyirih yaitu dengan menggosok gigi menggunakan kulit pinang yang dipakai juga perlu dipertahankan, dengan begitu, kebersihan mulut masih bisa dijaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun