Data yang diperoleh dari Riskesdas tahun 2007-2013 dan Pusdatin serta Badan PPSDM. Update data terakhir tahun 2013. Menurut Riskesdas 2013 telah terjadi peningkatan  penderita penyakit gigi dan mulut pada tahun 2007-2013 dimana NTT merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penderita penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi dengan perkiraan 40,7% penderita pada tahun 2007 dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 48,3%.
Kebiasaan menyirih yang sudah sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat NTT khususnya bagi masyarakat di pedesaan membuat masyarakat sangat sulit untuk mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan menyirih. Namun demikian permasalahan yang ditimbulkan harus tetap diatasi bahkan dihilangkan. Beberapa penyakit yang timbul akibat kebiasaan menyirih khususnya pada jaringan peridontal tidak bisa diatasi namun bisa dikurangi gejala yang muncul.Â
Beberapa cara yang dilakukan untuk dapat menghindari penyakit yang disebabkan oleh menyirih adalah dengan mengontrol frekuensi menyirih setiap harinya dan tetap menyesuaikan dengan setiap moment yang mengharuskan menyirih agar masyarakat yang sering menyirih tidak kecanduan menyirih.Â
Cara lain yang bisa dilakukan adalah selalu menjaga kebersihan mulut, sebelum dan sesudah menyirih. Beberapa kebiasaan yang sering dilakukan pada saat menyirih bahkan setelah menyirih yaitu dengan menggosok gigi menggunakan kulit pinang yang dipakai juga perlu dipertahankan, dengan begitu, kebersihan mulut masih bisa dijaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H