Kenyataan menunjukkan bahwa pemberlakuan tarif khusus itu telah menimbulkan masalah, bahkan menimbulkan rasa ketidakadilan untuk bebarapa sektor industri.
Demi kepentingan produksi nasional dan penyerapan lapangan kerja, kekacauan penghitungan TDL ini harus segera diakhiri, termasuk dengan mengubah kebijakan penghematan listrik melalui tarif multiguna dan dayamax yang selama ini bersifat temporer, yaitu sepanjang pasokan daya PLN tidak mencukupi.
Pemerintah perlu mencari solusi lain untuk mendorong penghematan penggunaan energi. Agar efektif, kebijakan tersebut harus bisa langsung menyentuh biaya produksi bagi dunia usaha, termasuk dalam pengeluaran rumah tangga.
Pengalaman sejumlah negara menunjukkan insentif langsung jauh lebih efektif mendorong dunia usaha dan rumah tangga dalam menghemat konsumsi energi. Kebijakan ini sangat penting, tidak hanya untuk mendorong perilaku hemat energi, tetapi juga sekaligus untuk meningkatkan daya saing nasional secara keseluruhan.
Berdasarkan Rencana Induk Konversi Energi Nasional (RIKEN), peluang penghematan energi di industri bisa mencapai sekitar 15%-30%, sektor transportasi 25% dan setor rumah tangga dan bangunan komersial 10%-30%. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai hal ini adalah dengan menggunakan mesin-mesin dan produk elektronik hemat energi.
Untuk itu, perlu segera disusun langkah aksi implementasi kebijakan secara luas dan masif dalam penggunaan moda transportasi , mesin-mesin dan peralatan industri serta peralatan rumah tangga yang hemat energi.
Pemberian insentif, baik dalam bentuk fiskal dan suku bunga, guna mendorong sektor industri melakukan rekonstruksi proses produksi dengan menggunakan wahana transportasi, mesin-mesin dan peralatan produksi hemat energi, tentu akan lebih efektif dari pada memberlakukan tarif khusus seperti sekarang ini.
Pemberian insentif ini dapat lebih nyata dirasakan sektor industri karena akan langsung memengaruhi struktur biaya produksi.
Pengalaman di banyak negara juga menunjukkan pemberian insentif bagi penggunaan produk dan peralatan produksi hemat energi ini sangat efektif. Insentif itu bisa diberikan melalui kemudahan bagi industri yang memproduksi peralatan hemat energi.
Memang dalam tahap awal, proses modernisasi dan penggantian mesin dengan peralatan yang lebih hemat energi terasa mahal, namun dalam jangka panjang akan sangat mengguntungkan. Kebijakan ini juga sejalan dengan upaya membangun daya saing perekonomian Indonesia di masa depan yang berbasis teknologi hijau ramah lingkungan hemat energi.
Pemerintah harus dapat memanfaatkan momentum saat ini untuk mendorong industri-industri boros energi agar memperbaiki operasionalnya sehingga menjadi lebih hemat, efisien dan produktif dengan memberikan berbagai insentif.