Pendekatan design thinking yang diterapkan dalam workshop ini memberikan bukti nyata bahwa intervensi singkat dapat secara signifikan mempengaruhi persepsi dan minat remaja perempuan terhadap STEM. Hasil penelitian oleh Kijima, Yang-Yoshihara, dan Maekawa (2021) menunjukkan peningkatan tidak hanya dalam hal minat akademis, tetapi juga dalam aspek keterampilan kreatif, empati, dan keyakinan bahwa STEM dapat berdampak positif pada masyarakat. Peningkatan niat untuk mengejar karier di STEM, dari 3,17 menjadi 3,54, menegaskan bahwa program seperti ini memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi kesenjangan gender di STEM, yang telah menjadi masalah global selama beberapa dekade.
Implikasi dari temuan ini sangat relevan bagi para pendidik, pembuat kebijakan, dan organisasi yang ingin mempromosikan kesetaraan gender di bidang STEM. Dengan memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih inklusif dan berfokus pada kolaborasi serta empati, design thinking dapat menjadi kunci untuk menarik lebih banyak perempuan ke dalam STEM. Model ini juga menawarkan solusi yang lebih praktis dan dapat diterapkan dalam skala besar, baik di sekolah maupun lingkungan pembelajaran lainnya.
Secara keseluruhan, pendekatan design thinking menunjukkan bahwa perubahan besar dalam sistem pendidikan tidak selalu diperlukan untuk menciptakan dampak yang signifikan. Dengan fokus pada intervensi yang tepat sasaran, seperti workshop ini, kita dapat membuka peluang yang lebih besar bagi perempuan muda untuk berpartisipasi aktif dalam STEM dan meraih kesuksesan di masa depan.
Referensi:
Kijima, R., Yang-Yoshihara, M., & Maekawa, M. S. (2021). Using design thinking to cultivate the next generation of female STEAM thinkers. International Journal of STEM Education, 8(14). https://doi.org/10.1186/s40594-021-00271-6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H