Mohon tunggu...
INDRO WICAKSONO
INDRO WICAKSONO Mohon Tunggu... Guru - MAN 2 KOTA PROBOLINGGO

TETAP SEMANGAT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Partispasi Perempuan dalam STEM melalui Design Thinking

12 September 2024   03:16 Diperbarui: 12 September 2024   03:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

***

Design thinking telah menjadi salah satu pendekatan inovatif dalam pendidikan yang diadopsi untuk mengatasi berbagai masalah, termasuk kesenjangan gender dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Artikel oleh Kijima, Yang-Yoshihara, dan Maekawa (2021) menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat memfasilitasi perubahan persepsi remaja perempuan terhadap STEM melalui sebuah workshop tiga hari yang diselenggarakan di Jepang. Fokus dari penelitian ini adalah pada bagaimana design thinking tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan seperti empati dan kreativitas yang sangat diperlukan dalam era modern.

Data yang dikumpulkan dari 97 peserta selama rentang waktu 2016 hingga 2020 menunjukkan bahwa 73,9% dari peserta berasal dari sekolah swasta, sementara sisanya dari sekolah negeri dan internasional. Studi ini memberikan wawasan penting mengenai bagaimana design thinking dapat meningkatkan minat dan persepsi perempuan terhadap STEM. Sebelum workshop, hanya 3,17 dari 6 peserta yang mempertimbangkan karier di bidang sains, namun setelah intervensi, angka ini meningkat menjadi 3,54 (Kijima et al., 2021).

Apa yang menarik dari temuan ini adalah bagaimana design thinking dapat menciptakan perubahan yang begitu cepat dalam waktu yang relatif singkat. Dengan memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan berbasis empati, pendekatan ini membuka jalan bagi remaja perempuan untuk lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan STEM, yang sering dianggap sebagai bidang yang didominasi oleh laki-laki. Artikel ini menawarkan bukti empiris tentang potensi design thinking sebagai alat yang efektif dalam mempromosikan partisipasi perempuan dalam STEM.

***

Pendekatan design thinking yang digunakan dalam workshop tiga hari yang dianalisis oleh Kijima, Yang-Yoshihara, dan Maekawa (2021) menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan minat remaja perempuan terhadap STEM. Melalui lima tahap---empati, menemukan kebutuhan, ideasi, prototipe, dan pengujian---peserta didorong untuk berpikir kreatif dan kolaboratif. Data survei menunjukkan bahwa setelah mengikuti workshop, persepsi peserta terhadap teknik rekayasa dan peran perempuan di STEM berubah secara signifikan. Misalnya, sebelum workshop, skor rata-rata persepsi bahwa teknik rekayasa adalah profesi yang dapat meningkatkan kehidupan orang lain adalah 3,88. Namun, setelah workshop, angka ini naik menjadi 4,25, menunjukkan peningkatan pemahaman bahwa STEM memiliki dampak sosial yang positif (Kijima et al., 2021).

Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya empati dalam proses pembelajaran. Para peserta diperkenalkan pada desain berbasis pengguna, di mana mereka harus memahami kebutuhan orang lain sebelum merancang solusi. Salah satu temuan penting adalah peningkatan pro-sosialitas para peserta. Sebelum workshop, 3,74 dari 6 peserta setuju bahwa STEM dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Setelah workshop, angka ini naik menjadi 4,15, menunjukkan bahwa para peserta lebih memahami dampak sosial dari STEM (Kijima et al., 2021).

Menariknya, workshop ini juga berhasil meningkatkan kepercayaan diri kreatif peserta. Partisipan merasa lebih nyaman untuk bekerja dengan ide-ide yang belum sepenuhnya matang dan berbagi dengan orang lain. Sebelum workshop, skor rata-rata untuk berbagi pekerjaan yang belum selesai adalah 3,84, namun meningkat menjadi 4,10 setelah workshop. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta lebih percaya diri untuk mencoba dan gagal, yang merupakan inti dari semangat kewirausahaan dan inovasi di STEM (Kijima et al., 2021).

Peningkatan ini tidak hanya terjadi dalam ranah akademis, tetapi juga dalam perspektif karier. Para peserta mulai melihat STEM sebagai jalur karier yang mungkin mereka tempuh. Data survei menunjukkan peningkatan niat mereka untuk mempertimbangkan karier di bidang sains, dari 3,17 sebelum workshop menjadi 3,54 setelah workshop. Ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis design thinking dapat mengubah persepsi jangka panjang remaja perempuan terhadap STEM dan membuka pintu bagi lebih banyak perempuan untuk masuk ke dalam bidang yang sebelumnya dianggap terlalu teknis atau tidak inklusif.

Pendekatan yang menggabungkan empati, kolaborasi, dan iterasi ini berhasil menunjukkan bahwa inovasi pendidikan tidak harus melibatkan perubahan besar-besaran dalam kurikulum, tetapi bisa dilakukan dengan intervensi singkat dan efektif, seperti workshop ini. Hasilnya menunjukkan bahwa jika diterapkan lebih luas, pendekatan ini bisa menjadi model untuk memperbaiki kesenjangan gender di STEM, baik di Jepang maupun secara global.

***

Pendekatan design thinking yang diterapkan dalam workshop ini memberikan bukti nyata bahwa intervensi singkat dapat secara signifikan mempengaruhi persepsi dan minat remaja perempuan terhadap STEM. Hasil penelitian oleh Kijima, Yang-Yoshihara, dan Maekawa (2021) menunjukkan peningkatan tidak hanya dalam hal minat akademis, tetapi juga dalam aspek keterampilan kreatif, empati, dan keyakinan bahwa STEM dapat berdampak positif pada masyarakat. Peningkatan niat untuk mengejar karier di STEM, dari 3,17 menjadi 3,54, menegaskan bahwa program seperti ini memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi kesenjangan gender di STEM, yang telah menjadi masalah global selama beberapa dekade.

Implikasi dari temuan ini sangat relevan bagi para pendidik, pembuat kebijakan, dan organisasi yang ingin mempromosikan kesetaraan gender di bidang STEM. Dengan memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih inklusif dan berfokus pada kolaborasi serta empati, design thinking dapat menjadi kunci untuk menarik lebih banyak perempuan ke dalam STEM. Model ini juga menawarkan solusi yang lebih praktis dan dapat diterapkan dalam skala besar, baik di sekolah maupun lingkungan pembelajaran lainnya.

Secara keseluruhan, pendekatan design thinking menunjukkan bahwa perubahan besar dalam sistem pendidikan tidak selalu diperlukan untuk menciptakan dampak yang signifikan. Dengan fokus pada intervensi yang tepat sasaran, seperti workshop ini, kita dapat membuka peluang yang lebih besar bagi perempuan muda untuk berpartisipasi aktif dalam STEM dan meraih kesuksesan di masa depan.

Referensi:

Kijima, R., Yang-Yoshihara, M., & Maekawa, M. S. (2021). Using design thinking to cultivate the next generation of female STEAM thinkers. International Journal of STEM Education, 8(14). https://doi.org/10.1186/s40594-021-00271-6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun