Mohon tunggu...
indriyas
indriyas Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ibu rumah tangga, blogger, content writter, freelancer http://www.indriariadna.com http://meubelmart.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tips Belajar Bahasa Inggris

13 Juli 2016   01:07 Diperbarui: 13 Juli 2016   01:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya SMP dulu, kira-kira 22 tahun yang lalu, mata pelajaran Bahasa Inggris mulai di ajarkan di tingkat SMP. Sejak dari TK hingga SD sama sekali tidak ada pengenalan atau introduction tentang si 'Bahasa Inggris' ini.

Jadi begitu masuk kelas 1 SMP dan ada mata pelajaran Bahasa Inggris, yang terpikir adalah "pelajaran opo to iki" [pelajaran apa sih ini]

Saya sama sekali tidak mudeng dan benar-benar tidak tahu harus belajar mulai dari mana [walaupun di buku pelajaran sudah ada bab per bab yang harus di pelajari]

Dan saya rasa bukan saya sendiri saja tetapi teman-teman sekelas pun merasakan hal yang sama. Nggak mudeng, nggak ngeh dan 'opo to iki'

Mau bertanya kepada orangtua, tidak bisa karena jaman mereka sekolah belum ada pelajaran Bahasa Inggris.

Mau bertanya kepada guru, takut..bukan jamannya saat itu apabila murid tidak tahu boleh bertanya pada guru.

Mau bertanya kepada teman, sama-sama gak mudeng-nya

Sampai-sampai saya dan teman-teman sekelas merasa bahwa guru Bahasa Inggris adalah guru killer walapun sebenarnya bukan. Kebanyakan kita para murid atau mahasiswa men-cap para guru adalah 'killer' saat kita tidak mengetahui dengan jelas apa yang mereka ajarkan. Bukan bagaimana mereka bersikap.

Saat itu saya tidak mengerti mengapa I bisa menjadi Me dan I am bisa menjadi I was. You bisa menjadi We dan seterusnya.

Setiap kali ujian, saya bingung harus mempelajari apa, tenses, verbs, atau apa? Seringkali saya malah mempelajari kamus bahasa inggris-bahasa indonesia. Bukan bercanda tetapi ini benar-benar terjadi.

Kemudian naik tingkat dari SMP ke SMA, hal yang sama terulang lagi. Padahal sedari SMP sebenarnya saya sudah menyukai Bahasa Inggris karena keunikannya dan perbedaannya dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa yang sehari-hari kami pakai.

Dari SMA ke tingkat kuliah, tidak jauh berbeda. Pernah satu kali dapat tugas dari dosen, di suruh menghapalkan satu naskah cinderella [dalam bahasa inggris]

dan harus maju di depan kelas untuk menceritakan kembali. Itulah saat perkuliahan yang tidak pernah saya lupakan hingga sekarang.

Saya semakin jatuh cinta dengan Bahasa Inggris.

Cita-cita saya setelah lulus adalah ingin berkuliah di Sastra Inggris. tetapi ibu saya tidak setuju, lebih baik kuliah bidang keuangan dan perbankan seperti pakde saya. Ibu saya bilang siapa tau nanti pakde saya bisa memberi saya pekerjaan karena dia menjadi kepala cabang salah satu bank ternama di Jawa Tengah.

Demi patuh kepada orang tua saya masuk kuliah bidang  perbankan, tetapi jarang masuk kuliah alias sering bolos [jangan di tiru]. Nilai akhir saya [IP] saya pun biasa-biasa saja walaupun saya tahu seandainya saya belajar lebih keras sedikit pasti bisa lulus dengan cum laude.

Tetapi saya sama sekali tidak menyesal. Pun saat saya lulus kuliah dan pakdhe saya tidak pernah memberi kami kabar baik tentang adanya lowongan pekerjaan di bank tempat beliau bekerja. Itu karena saya tahu saya tidak suka bekerja di 'belakang meja'. Saya tipe orang yagn senang pecicilan dan berjalan kesana-kesini dengan riang gembira.

Bidang pekerjaan yang dulu saya inginkan adalah menjadi 'guide' orang-orang bule. Itulah alasan mengapa saya ingin berkuliah di Sastra Inggris.

Dan ternyata 'Gusti Ora Sare' = Tuhan tidak tidur dan  tidak lupa akan cita-cita dan keinginan saya.

Walaupun pada akhirnya saya harus berkuliah di bidang perbankan akan tetapi bidang pekerjaan saya setelah itu malah selalu bersentuhan dengan Bahasa Inggris dan 'orang-orang bule'.

Sedari tahun 2000 saya bekerja sebagai marketing eksport untuk perusahaan mebel yang berorientasi eksport.  Tahun 2000 an memang sedang booming perindustrian kayu ukir dan mebel yang di eksport terutama dari kota Jepara.

Tentu saja kemampuan Bahasa Inggris adalah satu hal yang harus di punyai oleh seorang marketing eksport. Sedikit demi sedikit, kemampuan berbahasa inggris saya semakin membaik. Hasil perkuliahan di bidang perbankan malah sama sekali tidak terpakai.

Saya begitu senang dan menikmati pekerjaan saya karena cita-cita saya terkabul. Bertegur sapa dan berkomunikasi langsung dengan buyer baik lewat email atau saat mereka berkunjung, mencatat orderan mereka, menemani mereka berkeliling pabrik dan ngobrol ngalor ngidul tentang segala hal. 

Saya benar-benar menjadi 'guide' mereka, para buyer ini.

Satu hal yang tidak saya dapat dari guru-guru Bahasa Inggris dan buku pelajaran Bahasa Inggris adalah, semakin kita terlatih mendengarkan dan 'speaking' berbicara langsung menggunakan Bahasa Inggris, maka kita akan semakin fasih.

Tidak perlu les atau kursus Bahasa Inggris di tempat-tempat kursus yang mahal, just speak and listen.

Mengapa kita harus terlatih mendengarkan?

Saat saya bekerja itulah saya baru mengetahui walaupun para buyer saya semuanya menggunakan Bahasa Inggris tetapi dialek mereka berbeda-beda.

Bahasa Inggris orang Amerika ternyata beda dengan bahasa inggrisnya  orang Australia, apalagi orang Chinese yang menggunakan Bahasa Inggris. Juga berbeda di telinga apabila mendengarkan orang India berbicara Bahasa Inggris. Ya, mereka menggunakan bahasa yang sama tetapi dengan dialek yang berbeda. Bahkan orang Inggris asli yang berbicara bahasa Inggris akan sangat berbeda dengan orang Amerika yang berbahasa Inggris.

Melihat sekolah-sekolah jaman sekarang, sepertinya Bahasa Inggris sudah mulai di ajarkan sejak tingkat playgroup. Bahkan bukan Bahasa Inggris saja tetapi juga bahasa Mandarin. Tentu saja tidak semua sekolah, hanya sekolah-sekolah tertentu saja.

Sepengetahuan saya,  sekolah-sekolah pada umumnya sekarang mulai mengajarkan Bahasa Inggris semenjak tingkat SD.

Apakah dengan memulai pengajaran Bahasa Inggris sedini mungkin menjamin anak-anak 'lebih bisa' dan lebih pandaiberbahasa inggris?

Jawaban saya, belum tentu..... Mengapa ? Menurut saya ada beberapa tips supaya anak-anak lebih mahir berbahasa inggris, yaitu :

  • Praktek 'speak' dan 'listen' lebih penting di ajarkan kepada anak-anak supaya mereka terbiasa mendengar dan berbicara. jangan hanya melihat dan menulis di buku, praktek langsung lebih sip.
  • Apabila sedang menonton acara TV atau film TV yang mempergunakan berbasaha inggris, usahakan subtitle bahasa indonesia-nya di hilangkan saja.
  • Perbanyak bacaan seperti cerpen atau novel berbasaha inggris. Siapkan kamus bila perlu
  • Perbanyak menghafal verbs dan latihan TTS berbahasa inggris
  • Perbanyak berbicara atau 'speak'

Itulah beberapa tips dari saya yang nota bene bukan pengajar bahasa, hanya orang yang terbiasa saja menggunakan bahasa inggris.  Sebenarnya di jaman digital seperti sekarang ini, mempelajari hal-hal baru tidaklah semakin sulit tetapi semakin mudah. Ada banyak aplikasi dari komputer atau gadget yang bisa kita gunakan. Hanya niat yang kuat dan modal nekat bagi saya sudah cukup.

Semoga bermanfaat.


stock-photo-korat-thailand-nov-christian-valunteers-team-from-thama-center-church-teaching-english-344461313-578531a1109373260ca8f092.jpg
stock-photo-korat-thailand-nov-christian-valunteers-team-from-thama-center-church-teaching-english-344461313-578531a1109373260ca8f092.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun