Rantau

Ketika sedih kemana air mata saat tidak ada yang mengusapnya, itu akan tetap ada dimata.

Rasa takut megalahkan air mata untuk keluar, menjadi kekuatan ketegaran untuk melewati segalanya sendiri.

Seiring waktu menciptakan kepribadian yang mandiri, siap dalam segala hal dan resiko untuk menanggagungnya sendiri,

Air mata sepretinya sudah menjadi hal yang tak berguna, semua menjadi hampa kegagal dan juara sudah biasa.

Gagal kenapa tak masalah semua pernah gagal, dan kenapa dengan gagal aku tinggil bangkit ataupun menghindar.

Berhasil  memang pantas, sudah diperjuangkan semaksimal mungkin memang harus ada akhir dan ini akhirnya.

Ternyata sudah lama hidup dalam benak ketakun, perasaan sendiri tidak ada yang menemani.

Menipu diri dengan kata semua akan baik-baik saja, hingga lupa sebenarnya aku tidak sendiri,

Coba aku hitung ada berapa orang yang menemaniku, dan ternyata tidak bisa dihitung.

Terlalu banyak di gerbong kereta ini saja penuh, tak bisa ku hitung berapa orang yang sama-sama sedang berjuang.

Aku terlalu sombong bahwa semua keberhasilan bisa diraih karena kerja kerasku,

Karena ada doa dari orang-orang tersayang dan terkasihku,

Ternyata ada Abang Gojek yang selalu ada jika di minta mengatar,

Ada Bapak masinis yang selalu tepat waktu datang saat aku mengunggu,

Ada Bapak dan Ibu dosen yang selalu memberikan tugas mensti tidak memintanya,

Banyak-banyak yang ada disekelilingku.

dan dengan ijin dari-Mu  juga aku kuat sampai saat ini.

Air mata ini semstinya terjatuh jika sedang sedih, tak perlu takut tidak ada yang mengusapnya,

karena kamu punya tangan untuk mengusapnya dan yang terpenting air mata ada karena kamu memerlukanya,

Rasa itu akan datang seilih berganti, jadi laksanakan setiap perannya,

Jangan menyerah cukup jalani sebaik dan sebisamu, yang bertugas mengahiri adalah Tuhan.

Kamu cukup menghargai dirimu sendiri,