Ketika sedih kemana air mata saat tidak ada yang mengusapnya, itu akan tetap ada dimata.
Rasa takut megalahkan air mata untuk keluar, menjadi kekuatan ketegaran untuk melewati segalanya sendiri.
Seiring waktu menciptakan kepribadian yang mandiri, siap dalam segala hal dan resiko untuk menanggagungnya sendiri,
Air mata sepretinya sudah menjadi hal yang tak berguna, semua menjadi hampa kegagal dan juara sudah biasa.
Gagal kenapa tak masalah semua pernah gagal, dan kenapa dengan gagal aku tinggil bangkit ataupun menghindar.
Berhasil  memang pantas, sudah diperjuangkan semaksimal mungkin memang harus ada akhir dan ini akhirnya.
Ternyata sudah lama hidup dalam benak ketakun, perasaan sendiri tidak ada yang menemani.
Menipu diri dengan kata semua akan baik-baik saja, hingga lupa sebenarnya aku tidak sendiri,
Coba aku hitung ada berapa orang yang menemaniku, dan ternyata tidak bisa dihitung.
Terlalu banyak di gerbong kereta ini saja penuh, tak bisa ku hitung berapa orang yang sama-sama sedang berjuang.
Aku terlalu sombong bahwa semua keberhasilan bisa diraih karena kerja kerasku,