Di kemarau ini kala jelang siang srengenge menyorot kebun begitu terik hingga dalam saung tidak nyaman, gerah. Saat siang hari tiba saya pasti menyasar keserambi samping nyangkruk menikmat semilir angin sinambi ngopi dan udud pun kalau menerima tamu di serambi itu kami ngobrol dan bebas kebal-kebul.
Seperti tempo hari kedatangan tamu seorang pelaku dan penggerak pertanian berbasis organik (Narasumber tidak mau di ekspos).
Kami nyangkruk di serambi, tamu mengisahkan kisah sukses jadi petani organik dan mengajak saya memanfaatan limbah lingkungan dijadikan kompos pupuk / organik, seperti daun2 kering yang berlimpah di kebun dan kotoran kambing dari ternak sendiri serta penduduk sekitar kebun lalu di fermentasi jadi kompos, pula menunjukkan contoh apa yang dia kerjakan  di chanel youtubenya dan tidak lupa memperlihatkan  para petani organik yang merdeka dari ketergantungan pupuk kimia (bahasa saya pupuk sintetik), menyinggung pula pertanian organik dalam dan luar negeri dengan semangat 45, sembari mata saya ikut memeloti laptop Apel kroaknya.
Tentu tidak lupa disertai narasi dampak buruk pupuk dan pestisida sintentis bagi kesehatan, lingkungan hidup dan bla blaa blaaa. Seperti pada postingan yang lewat di beranda FB kita, klaim pupuk organik lebih ramah lingkungan hidup, lengkap posting komposisi, cara membuat hingga dosis aplikasinya disertai contoh foto dan video keberhasilannya, menarik bukan ?
Kembali cerita awal, saya sependapat serta mengetahui bahkan selalu memakai pupuk organik dalam bertani itu wajib, namun alangkah baiknya kebutuhan pupuk itu ditentukan berdasar tolok ukur yang akurat.
1. Tolok ukurnya apa untuk bisa mengetahui kesuburan lahan yang akan ditanami, apakah sudah memenuhi unsur nutrisi (NPK) penyokong pertumbuhan tanamannya ?
2. Â Pupuk organik yang kita proses dan diaplikasikan, sudah benar memenuhi unsur nutrisi (NPK) yang diperlukan tanaman, tolok ukurnya apa?
3/ Â Klaim lahan yang memakai pupuk sintetis pasti tercemar bahan kimia dan merusak lingkungan hidup, tolok ukurnya apa?
4/ Apakah lahan di tempat saudara pernah di riset kesuburannya
serta produk pupuk organiknya sudah di analisa kandungan nutrisinya
Dan semua pertanyaan saya selalu dijawab secara normatif, pula lahan serta produk pupuk organiknya belum pernah di riset, jadi dasarnya testimoni.
Begini, tingkat kesuburan lahan pertanian bila diketahui secara normatif, seperti ini:
1. Kandungan Nutrisi Tanah: Meliputi kadar nitrogen, fosfor, dan kalium (NPK) serta unsur hara lainnya yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
2. Struktur Tanah: Keberadaan liang tanah, kemasaman (pH), dan tekstur tanah (pasir, debu, lumpur) mempengaruhi drainase, aerasi, serta kemampuan tanah dalam menyimpan air dan nutrisi.
3. Keragaman Hayati: Keanekaragaman makhluk hidup di dalam tanah seperti mikroba, cacing tanah, dan organisme lainnya yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi dan keseimbangan ekosistem.
4. Produktivitas Tanaman: Hasil panen yang baik dan berkualitas adalah indikator kesuburan lahan.
5. Kualitas Air Tanah: Ketersediaan air bersih yang cukup dan bebas pencemaran untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Namun hal tersebut diatas harus diketahui tolok ukurnya berupa data riset yang akurat dan itu membutuhkan adanya ketersediaan beberapa alat dan metode yang digunakan untuk mengetahui kesuburan tanah pertanian:
1. Uji Tanah Laboratorium: Pengujian tanah di laboratorium adalah cara paling umum untuk menilai kesuburan tanah. Ini melibatkan pengambilan sampel tanah dari berbagai titik di lahan pertanian dan menganalisisnya untuk mengetahui kandungan nutrisi, pH, tekstur, dan komposisi kimia tanah.
2. Kit Uji Tanah Portabel: Ada kit uji tanah portabel yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran cepat terkait pH, kadar nitrogen, fosfor, dan kalium (NPK), meskipun hasilnya mungkin tidak sekomprehensif uji laboratorium.
3. Alat pH Meter: Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan (pH) tanah, yang dapat memberikan informasi tentang ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
4. Penyensor Tanah: Sensor kelembaban dan sensor nutrisi tanah digunakan untuk memantau tingkat kelembaban tanah serta ketersediaan nutrisi bagi tanaman secara real-time.
5. Peta Tanah dan Data Spasial: Informasi dari peta tanah, citra satelit, atau penginderaan jauh juga digunakan untuk menilai kesuburan tanah dengan memperhatikan faktor topografi, tekstur tanah, dan sejarah pertanian di suatu area.
Kombinasi beberapa alat dan metode ini membantu petani dan ahli pertanian memahami kondisi kesuburan tanah secara holistik, memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih baik terkait pemupukan, irigasi, dan praktik pertanian lainnya*.
Jadi tanpa alat serta metode tersebut diatas lebih baik mengkombinasika aplikasi pupuk organik dan sintentis dengan takaran yang berdasar pada umur pertumbuhan serta jenis tanamanya, jangan berdasar testimoni belum tentu tepat pengetrappanya sebab lain lahan lain pula kesuburannya.
jikalau  ingin meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian alangkah eloknya di setiap Kecamatan sentra pertanian didirikan fasilitasnlas laboratoriumnya dibawah seorang ahli ilmu tanah dan gratis.
Bukan pelatihan pembuatan pupuk organik / cara percocok tanam dan studi banding baik didalam / luar negeri serta sekedar testimoni indah lalu ditiru, sungguh itu semua bisa menyesatkan, sebab lain lahan lain pula kesuburannya, (SS).
*Dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H