Pemberitaan ini muncul karena terjadinya peristiwa tragis yang menimpa para arkeolog yang terlibat selama proses penemuan hingga penelitian mumi Tutankhemen, salah satu mumi Firaun Mesir Kuno  yang sempat memimpin Mesir pada periode 1347 SM hingga 1339 SM. Satu persatu arkeolog yang terlibat dalam penemuan mumi justru  meninggal secara tragis seperti kecelakaan, bunuh diri hingga terkena penyakit misterius. Peristiwa mengerikan ini dikenal istilah kutukan Tutankhemen. Tidak dipungkuri dampak dari pemberitaan kutukan Tutankhemen menjadi ketakutan tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung dan melihat langsung kondisi mumi Firaun tersebut.Â
Mumi di Papua justru menawarkan sisi yang berbeda. Wisatawan nusantara maupun mancanegara tidak perlu dibayang-bayangi ketakutan terkena kutukan bila ingin mendekat mendokumentasikan mumi di Wamena, Papua karena saat ini memang mumi yang ada telah menjadi bagian dari daya tarik wisatawa nbila berkunjung ke Distrik Kurulu dan Distrik Asolagaima meskipun tetap ada syarat yang harus dipenuhi oleh wisatawan bila ingin melihat langsung mumi tersebut seperti pemberlakuan tarif bila ingin mendokumentasi mumi atau masyarakat setempat. Tujuan selain menghindari dari aksi wisatawan yang dapat merusak hasil peninggalan budaya juga menjadi bentuk keberkahan bagi masyarakat setempat karena adanya pemasukan dari wisatawan. Ini mengingat mumi di Wamena, Papua telah menjadi ikon bagi pemerintah daerah setempat menjadikannya sebagai daya tarik wisata yang berusia ratusan tahun.
Rumah Igloo memang seringkali ditampilkan pada serial kartun anak-anak yang digambarkan sebagai rumah bagi suku Eskimo yang mendiami kutub dan terdapat penguin yang berada disekitarnya. Semasa kecil saya sempat terbayang ingin punya rumah yang berbentuk seperti Igloo atau ingin pergi ke Kutub Utara hanya untuk melihat seperti apa rumah Igloo. Ternya di Indonesia pun terdapat rumah adat yang memiliki kemiripan dengan Igloo. Rumah adat tersebut adalah Honai yang menjadi tempat tinggal bagi Suku Dani di Papua. Igloo dan Honai memiliki kesamaan dimana keduanya memiliki arsitektur bangunan berbentuk bundar, minimalis dan dihiasi dengan pintu kecil dibagian depan rumah. Kelebihan rumah Honai lebih menampilkan sisi alam dan tradisional karena memang terbuat dari kayu dan jerami sehingga memunculkan nuansa dekat dengan alam. Bentuk dan bahan bangunan Honai ini dirancang oleh masyarakat Suku Dani untuk berlindung dari suhu dingin saat malam hari serta dari serangan hewan liar yang berasal dari dalam hutan. Bagi wisatawan yang berkunjung kesini tentu dibuat takjub bahwa Suku Dani yang notabane-nya sebagai suku pedalaman memiliki pemahaman tentang arsitektur bangunan yang baik serta insting bertahan hidup yang luar biasa.
Bagaimana menjadikan Mumi di Lembah Baliem dan Honai sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Papua?
Promosi memang memiliki peran penting dalam memperkenalkan potensi wisata tersebut. Hal yang harus dipahami adalah pengenalan mumi di Lembah Baliem maupun rumah Honai harus menekankan pada kearifan lokal. Wisnus dan Wisman memiliki ketertarikan lebih kepada hal-hal baru dan unik yang susah ditemukan di daerah lain. Ada beberapa bentuk promosi yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah hingga pusat untuk menjadikan tanah Papua sebagai destinasi wisata pilihan bagi wisatawan.
Promosi iklan : Pemerintah perlu memasukkan mumi di Lembah Baliem dan Honai dalam promosi iklan wisata tahunan yang dipublikasikan melalui Kementerian Pariwisata. Tidak hanya dapat pula diperkenalkan melalui kalendar, brosur, website, banner, spanduk, hingga ditampilkan di beberapa transportasi milik pusat maupun daerah. Untuk memperkuat upaya ini, perlu pemberian informasi tentang potensi wisata Mumi dan Honai sebagai bagian Keunikan Papua melalui Tourist Information Center (TIC) yang sediakan oleh pemerintah Indonesia.
Promosi Penelitian : Upaya ini untuk menarik wisatawan yang memiliki latar belakang peneliti atau akademis untuk melihat kekayaan budaya di Papua. Proses pengawetan mumi di Papua yang berbeda dibandingkan yang terdapat di Mesir dapat menjadi daya tarik tersendiri. Ini dikarenakan proses pengawetan yang dilakukan di Lembah Baliem tergolong baik serta tidak membahayakan bagi wisatawan yang ingin melihat langsung. Ini cocok dipromosikan bagi wisatawan yang tertarik melakukan penelitian di kajian antropologi.
Promosi Pendidikan : Upaya ini dapat ditujukan bagi wisatawan yang ingin menambah khasanah pendidikan seperti mempelajari kehidupan sosial suku di Papua untuk kajian ilmu Antropologi maupon Sosiologi; mempelajari bentuk ketahanan dan arsitetuktur rumah Honai bagi kajian ilmu teknik sipil.
Saya memiliki harapan besar bahwa pariwisata di Indonesia Timur khususnya di Papua mulai dikenal dan dilirik oleh Wisnus maupun Wisman dalam daftar tujuan wisata mereka. Bila kita memiliki keinginan untuk pergi ke Mesir untuk melihat mumi  atau Kutub Utara untuk melihat Igloo, mengapa kita tidak mengawalinya di dalam negeri kita sendiri. Semoga Masa Depan Papua di bidang pariwisata semakin maju kedepannya.