Bagian akhirnya aku merasa ikut sakit hati karena pada sampai akhir kedua insan itu, Zainuddin dan Hayati tidak bisa bersama sekalipun ada jalan untuk mereka bersama. Aku kesal dengan Zainuddin yang terlambat menurunkan egonya. Seandainya dia bisa mengesampingkan sakit hatinya terdahulu, seandainya dia berpandangan fokus saja ke masa depan yang akan dibangun, seandainya dia tidak dikendalikan oleh amarah dan sakit hati mungkin saja mereka bisa bahagia bersama. Tetapi meskipun begitu, endingnya menurut ku tetap bahagia meski Hayati berakhir meninggal karena menjadi salah satu penumpang Kapal Van der Wijk. Apa yang membuatnya bahagia? Karena Zainuddin telah berhasil mengalahkan egonya dan akan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada Hayati di ujung mautnya.
Selain membaca bukunya aku juga menonton versi filmnya, yang di perankan oleh Herjunot Ali (Zainuddin) dan Pevita Pearce (Hayati). Menurutku mereka memerankannya dengan sangat baik. Apalagi ketika adegan di mana Zainuddin menuntun Hayati di akhir hidupnya.
Buku ini cocok dibaca untuk teman-teman yang senang dengan jenis bacaan sastra lama. Dan bakal lebih afdal jika membaca sambil mendengarkan lagu Sumpah dan Cinta Matiku -- Nidji. Selamat membaca dan memaknai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H