Langkah-langkah penerapan filsafat hermeneutika untuk mengatasi permasalahan konflik etnis adalah sebagai berikut.
- Memahami berbagai latar belakang dan budaya
- Memahami latar belakang dan budaya kelompok etnis yang terlibat  konflik. Memahami nilai-nilai, kepercayaan, dan budaya yang mendasari pandangan dan pemahaman kelompok etnis tentang bahasa dan komunikasi.
- Mendengarkan dan berinteraksi dengan empati.
- Dengarkan suara kelompok etnis yang terlibat  konflik dan lakukan dialog dengan  empati dan keterbukaan. Cobalah untuk memahami perspektif dan metode komunikasi kelompok etnis tersebut.
- Menerapkan Konteks dan Situasi dalam Menafsirkan
- Dalam menafsirkan bahasa yang digunakan suatu suku, gunakan pendekatan hermeneutika dengan mempertimbangkan konteks dan situasi. Selain memahami bahasa secara harfiah, kita juga memperhatikan konteks budaya dan konteks yang mempengaruhi makna bahasa tersebut.
- Hormati perbedaan dan temukan titik temu
- Hormati perbedaan antar kelompok etnis yang terlibat  konflik dan temukan titik temu yang dapat diterima bersama. Hindari penilaian dan stereotip negatif terhadap kelompok etnis yang berbeda.
- Membangun Komunikasi yang Efektif
- Berkomunikasi secara efektif dan terbuka dengan kelompok etnis yang terlibat konflik.
Gunakan bahasa dan bentuk komunikasi yang dipahami dan diterima  oleh semua pihak yang terlibat (Sibarani, 2018 * Dikotomi analogi dan anomali Mengingat pentingnya bahasa dalam filsafat, maka dikotomi analogi dan anomali merupakan hal yang mendasar. Ini adalah pernyataan filosofis. pAlat yang penting adalah logika. Dikotomi persamaan dan keanehan merupakan alat utama filsafat, khususnya logika. Kelompok analogis yang diwakili oleh Plato dan Aristoteles percaya bahwa alam, seperti halnya manusia, memiliki keteraturan  yang tercermin dalam bahasa. Oleh karena itu, bahasa tertata dan tertata secara tertib. Sebaliknya, kaum anormalis berpendapat bahwa tidak ada keteraturan dalam bahasa. Ini adalah tentang mengapa kata-kata sinonim dan homonim ada, mengapa unsur-unsur kata netral ada, dan mengapa kebingungan ini harus diperbaiki jika bahasa bersifat universal menunjukkan bukti realitas sehari-hari. Dalam pengertian ini, bahasa pada dasarnya bersifat alami (Tamaji, 2020).
Dikotomi kemiripan dan anomali  dalam beberapa kasus bisa menjadi problematis, apalagi jika kita terlalu mengandalkan salah satu dari keduanya tanpa mempertimbangkan aspek lainnya. Misalnya, jika Anda terlalu mengandalkan analogi, Anda mungkin kehilangan perbedaan penting antara dua hal atau konsep yang Anda bandingkan. Hal ini dapat menyebabkan kesimpulan yang tidak akurat dan kesalahan dalam memahami konsep dan situasi. Di sisi lain,  terlalu mengandalkan anomali dapat melemahkan kemampuan kita untuk menemukan persamaan dan pola penting di antara berbagai hal. Hal ini memengaruhi kemampuan Anda untuk memahami hubungan antara berbagai konsep  dan situasi, dan dapat mempersulit pencarian solusi terhadap masalah yang kompleks.
Mengatasi permasalahan persamaan dan keanehan dengan memperhatikan bunyi  bahasa dapat membantu  memperjelas dan membedakan konsep dan situasi yang  dibandingkan. Jika Anda ingin menggunakan nada untuk mengatasi masalah kesamaan dan anomali, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:
- Pengucapan bahasa yang benar dengan menggunakan huruf-huruf yang dijadikan model bahasa,
- Penyusunan sistem fonetik menggunakan simbol-simbol grafik yang mewakili bunyi,
- Aturan penulisan kosakata bahasa Indonesia sebagai berikut: Adanya keseragaman juga dalam penerapannya,
- Pembinaan  intensif aturan penulisan dan pengucapan di lembaga pendidikan formal,
- Pembinaan  intensif melalui media massa dan penerapan kaidah penulisan dan pengucapan yang benar,
- Pembinaan dan sosialisasi melalui media  khusus  kaidah penulisan dan pengucapan (Kulsum, 2021).
Dalam kajian filsafat bahasa dapat diterapkan filsafat analitik yang mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan permasalahan persamaan dan anomali. Dalam konteks ini, filsafat analitis membantu  menganalisis permasalahan secara logis dan sistematis, memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, serta mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antar permasalahan yang dibicarakan.
Metode analisis logis formal dan bahasa yang digunakan dalam filsafat analitik  membantu  mengidentifikasi dan memperjelas konsep yang berkaitan dengan masalah analogis dan anomali.
Analisis ini memecah masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan  mengevaluasi setiap komponen secara terpisah untuk  lebih memahami masalah yang dihadapi.
Lebih jauh lagi, filsafat analitik juga  membantu kita memahami hubungan antara masalah-masalah kesamaan dan anomali dan masalah-masalah lain yang serupa atau terkait. Oleh karena itu, membantu mencari solusi yang efektif dan efisien terhadap permasalahan tersebut (Waluyo, 2022).
- Multilingualisme
Pembelajar multilingual yang memahami dua bahasa atau lebih harus dapat mengkategorikan penggunaan kedua ciri bahasa tersebut berdasarkan situasi percakapan.
Misalnya ketika siswa berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya menggunakan ragam H yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun bila berinteraksi santai di luar kelas sebaiknya menggunakan ragam L yaitu bahasa daerah tersedia.
Mereka biasanya menggunakannya dalam percakapan kehidupan sehari-hari. Multilingualisme dapat terjadi baik antar individu maupun dalam komunitas. Orang yang bisa berbicara banyak bahasa disebut poliglot. Apakah suatu komunitas dapat berbicara dalam berbagai bahasa bergantung pada berbagai latar belakang. Individu dan komunitas multibahasa memperoleh bahasa kedua dengan berbagai cara, termasuk penguasaan secara simultan dan berurutan. Bilingualisme dan multilingualisme adalah masalah nyata. Hal ini karena banyak orang bilingual cenderung memiliki status yang cukup rendah di masyarakat, dan memahami bahasa lain dapat menyebabkan "harga diri rendah". Bilingualisme terkadang dipandang sebagai masalah pribadi dan sosial daripada berkonotasi positif.