Dapat diartikan konsep kebijaksanaan hidup yang dijadikan pedoman oleh Raden Mas Panji (R.M.P) Sosrokartono dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Prinsip ini menekankan pentingnya keselarasan antara pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan sebagai fondasi untuk mencapai ketenangan batin dan harmoni dalam kehidupan sosial. Secara harfiah, "catur" berarti empat, dan "murti" dapat diartikan sebagai wujud atau aspek, sehingga Ilmu Catur Murti mengacu pada empat elemen utama yang harus selaras dalam diri manusia. Sosrokartono, yang dikenal sebagai seorang intelektual sekaligus spiritualis, percaya bahwa manusia akan mencapai keseimbangan dan kebahagiaan sejati ketika keempat aspek ini dapat berjalan beriringan tanpa ada kontradiksi.Â
Dalam konsep ini, pikiran yang benar harus menjadi landasan utama karena pikiran adalah awal dari setiap keputusan dan tindakan. Ketika pikiran seseorang jernih dan terarah pada kebenaran, maka perasaan atau hati nurani akan terpengaruh secara positif, menghasilkan sikap batin yang tulus dan penuh kasih. Selanjutnya, pikiran dan perasaan yang baik akan tercermin dalam perkataan yang bijak, jujur, dan tidak menyakiti.
Ilmu Catur Murti bukan sekadar teori filosofis, melainkan pedoman praktis yang menuntun manusia agar selalu introspektif dan konsisten antara apa yang dipikirkan, dirasakan, diucapkan, dan dilakukan. Dalam menjalankannya, diperlukan pengendalian diri serta latihan spiritual agar tidak mudah terbawa emosi atau godaan duniawi. Beliau juga menekankan pentingnya kepekaan terhadap nilai-nilai luhur, seperti kebenaran, ketulusan, dan ketenangan, yang harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam tindakan sehari-hari. Melalui Catur Murti, manusia diharapkan dapat mencapai keharmonisan batin dan berperan sebagai individu yang membawa kedamaian bagi diri sendiri serta lingkungan.
- Sang Alif
Dalam hal ini, R.M.P Sosrokartono menekankan bahwa pikiran yang benar akan menghasilkan perasaan, perkataan, dan perbuatan yang benar pula. Integrasi dari ketiga aspek ini menciptakan keselarasan batin, sehingga seseorang dapat hidup selaras dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan. Pikiran yang jernih dan murni menjadi dasar dari setiap langkah yang diambil, yang kemudian tercermin dalam perasaan yang tulus, perkataan yang jujur, dan tindakan yang bijaksana. Ini bukan hanya tentang keseimbangan internal, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menjalani kehidupan untuk mencapai harmoni dan memberikan manfaat kepada kehidupan yang lebih luas.
R.M.P Sosrokartono kemudian mengembangkan ajarannya lebih lanjut dengan konsep empat kategori Alif, yaitu simbolisme warna yang menggambarkan perjalanan manusia dalam mencapai tingkat kesadaran tertinggi menjadi pribadi yang "ngawulo dateng kawulaning Gusti lan memayu hayuning urip", atau manusia yang mengabdi kepada Tuhan dan berperan dalam menjaga serta memperbaiki keindahan hidup di dunia.
- Tirta Husada
Dalam hal ini membahas mengenai konsep pengobatan yang diperkenalkan oleh R.M.P Sosrokartono, di mana air berperan sebagai media penyembuhan bagi segala macam penyakit, baik fisik maupun psikologis. Secara harfiah, "tirta" berarti air suci, sedangkan "husada" berarti obat atau penyembuhan, sehingga Tirta Husada mengandung makna bahwa air bukan hanya sekadar elemen alami, tetapi juga memiliki kekuatan spiritual untuk membersihkan, menyucikan, dan menyembuhkan.
Dalam ajarannya, R.M.P Sosrokartono meyakini bahwa air, ketika diberkati dengan doa dan niat baik, dapat menjadi sarana purifikasi atau membersihkan tubuh dari penyakit fisik sekaligus membebaskan jiwa dari beban mental dan emosional. Air tidak hanya memiliki manfaat fungsional, tetapi juga berperan sebagai medium yang mampu menyalurkan energi positif dan niat penyembuhan dari pemberi kepada penerima.
Ketika seorang pasien datang kepadanya untuk meminta pertolongan, langkah pertama yang dilakukan Sosrokartono adalah memberikan segelas air yang telah didoakan. Bagi beliau, doa merupakan kunci untuk mengubah air biasa menjadi Tirta Husada, karena melalui doa tersebut, terkandung niat tulus untuk menyembuhkan dan membawa kedamaian bagi jiwa dan raga si pasien.
Doa yang dipanjatkan bertujuan tidak hanya untuk meminta campur tangan Tuhan dalam proses penyembuhan, tetapi juga untuk memfokuskan energi positif kepada pasien agar mereka bisa melepaskan beban emosional yang menekan. Dengan demikian, proses penyembuhan menjadi holistik, mencakup dimensi fisik, mental, dan spiritual. Beliau memahami bahwa penyakit bukan hanya persoalan jasmani tetapi sering kali juga berkaitan dengan ketidakseimbangan psikologis atau tekanan batin yang harus dilepaskan agar tubuh dan jiwa bisa pulih.
Konsep Tirta Husada ini juga mengandung pesan filosofis yang mendalam, yaitu bahwa alam menyediakan semua yang diperlukan manusia untuk hidup sehat dan harmonis. Air, sebagai salah satu elemen alam paling dasar, tidak hanya memberi kehidupan tetapi juga menawarkan penyembuhan, asalkan manusia tahu bagaimana menghargai dan memanfaatkannya dengan penuh kesadaran. Sosrokartono mengajarkan bahwa penyembuhan sejati adalah proses yang dimulai dari dalam diri dari niat yang tulus, pikiran yang jernih, serta keyakinan dalam kekuatan Tuhan dan alam. Tirta Husada menjadi cerminan dari prinsip bahwa kesederhanaan, ketika dipadukan dengan niat yang murni dan doa yang tulus, bisa menjadi jalan menuju kesembuhan yang hakiki.
- Ilmu Kantong Bolong
Dalam konsep ini membahas ajaran filosofis yang mengajarkan prinsip pengabdian diri kepada Tuhan dengan cara hidup yang penuh cinta, kasih sayang, dan tolong-menolong tanpa pamrih. Konsep ini berasal dari pemikiran R.M.P Sosrokartono yang menekankan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah menjadi pribadi yang ikhlas dalam berbuat baik, tidak terikat pada keuntungan pribadi, dan sepenuhnya mencari ridha Ilahi.