Namun, Prof. Dr. H. Kern dan para ahli Psychiatrie dan Hypnose di Janewa menyatakan daya pesoonalijke magneetisme yang sangat besar sekali. Mendengar hal ini, R.M.P Sosrokartono merenungkan dirinya dan memutuskan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di Universiteit Sorbonne Paris dengan usulan disertasi berjudul De Middel Javaanse Taal. Di titik inilah pendidikan terakhir beliau sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1925.
R.M.P Sosrokartono merupakan putra Indonesia tulen yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Sebuah keistimewaan yang dimana presiden Republik Indonesia ke-1 Ir. Soekarno memberikan gelar kepada beliau sebagai putra bangsa Indonesia yang besar, sebagai teladan bagi masyarakat Indonesia.
Apa saja kontribusi Raden Mas Panji Sosrokartono di berbagai bidang?
- Perjuangan di Luar Negeri
Sejak 1897, R.M.P Sosrokartono sudah mengembara ke Eropa. Beliau bergaul dengan kalangan intelektual dan bangsawan yang ada di Delft, Belanda. Setelah itu, pindah dan menempuh pendidikan di Universitas Leiden dan bergaul dengan kalangan bangsawan Eropa. Setelah beliau menyelesaikan studi di Universitas Leiden, pada tahun 1917, beliau terpilih menjadi wartawan perang dunia I di Amerika Serikat.
Saat menjadi wartawan, beliau sangat terkenal, terhormat, dan terpercaya karena kemampuan kecakapan, kecekatan, keberanian, dan ketenangan dalam menghadapi bahaya maut dan kewaskitaannya. Dalam memperlancar misi dan tugasnya beliau dianugrahkan pangkat Mayor oleh pemerintah Amerika Serikat. Selain itu, kaum bangsawan belanda juga menjuluki R.M.P Sosrokartono sebagai Pangerang dari Tanah Jawa. Seperti kita telah ketahui, bahwa R.M.P Sosrokartono merupakan kakak dari R.A. Kartini.
Sebelumnya, beliau pernah mengembara ke beberapa negara. Setelah itu, beliau juga pernah menjadi staf Kedutaan Besar Prancis di Den Haag, bahkan sempat menjadi penerjemah untuk Liga Bangsa-Bangsa. Selama 29 tahun, beliau lebih dikenal sebagai seorang intelektual yang disegani oleh bangsa Eropa. Beliau kerap dipanggil dengan sebutan De Javanese Prins (Pangeran dari Tanah Jawa) atau De Mooie Sos (Sos yang Tampan).
R.M.P Sosrokartono tidak pernah diam. Bahkan, saat di Belanda saja beliau menjadi koresponden liputan Perang Dunia I untuk koran The New York Herald. Sebelum masuk ke kancah perang, beliau menerima pangkat mayor dari tantara Sekutu. Tetapi, sangat disayangkan beliau menolak untuk dipersenjatai. Di sisi lain, salah satu keberhasilan yang dilakukan saat menjadi wartawan adalah beliau berhasil memuat hasil perjanjian rahasia antara tantara Jerman yang menyerah dengan tantara Perancis yang saat itu menang perang.
Pada tahun 1920 terbentuklah sebuah organisasi bernama Liga Bangsa-Bangsa yang bekedudukan di kota Ganeva (Swiss). Saat itu R.M.P Sosrokartono terpilih menjadi ketua Juru Bahasa di Lembaga Liga Bangsa-Bangsa karena kepiawaiannya dan berbicara 26 macam bahasa, yang dimana 17 macam bahasa-bahasa Eropa dan 9 macam bahasa-bahasa ketimuran.