Mohon tunggu...
Indriatami Suwardi
Indriatami Suwardi Mohon Tunggu... Akuntan - Fulltime wife

....... masi banyak titik-titik yang perlu diisi.... \r\n\r\nwww.wanitakampung.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menengok "Kampung Baduy" Masa Kini

16 November 2017   08:08 Diperbarui: 16 November 2017   09:00 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan foto dulu didepan tugu selamat datang.... Dok.pri

Selama perjalanan bagi yang sudah naik gunung ga masalah. Tapi bagi yang belum pernah siapin mental aja ama fisik. Jalanya naik turun bukit, kalau hujan becek, licin, terkadang melewati jembatan bambu, nyebrang sungai dll. Butuh tenaga ekstra. Perjalanan dimulai dari perkampungan Baduy luar. Baduy luar sudah bisa menerima teknologi. Mereka sudah memakai kaos atau baju adat warna biru. Mereka bekerja sebagai tenun ada juga sebagai tukang porter atau pekerjaan kasar lainnya. Dibaduy luar masih bisa foto-foto sepuasnya. nanti akan ada sungai dan jembatan sebagai pembatas antara suku Baduy luar dengan Baduy dalam.

Setelah melewati batas jembatan itu semua elektronik tidak boleh dinyalakan. Tidak boleh foto-foto. No handpone, no kamera dll. Sebenarnya penasaran sih mau motret dan nyalain hp tapi takut akan hukumannya. Karena saya mendengar orang baduy dalam sangat kuat ilmu mistisnya.

Lumbung padi suku baduy, letaknya jauh dari rumah.Jika ada kebakaran rumah maka lumbung padinya masih aman. begitu pula sebaliknya.

Sampai dirumah penduduk Baduy Dalam sudah hampir mahrib. Kami mandi disungai terbuka dekat rumah penduduk. Mandi tidak boleh pake odol, sabun mandi ataupun shampo. Karena air sungai itu digunakan untuk keperluan sehari-hari jadi biar tetep bersih dan tak terkontaminasi bahan kimia. BAB dan BAK juga dilakukan dialiran sungai itu. Oh iya suku badyi dalam berbaju putih dimana semuanya sama baik model dan coraknya, tidak ada produk baju dari luar.

Rumah-rumah baduy dalam juga sama untuk ukuran dan modelnya. Kata tuan rumah yang kami singgahi jumlah rumahnya juga tetap sama dari dulu hingga sekarang. Tidak boleh dikurangkan dan tidak boleh dilebihkan. Terima apa saja yang sudah ada disitu. Rumah Baduy hanya memiliki satu kamar yang disekat alias tertutup ada pintunya yg terbuka. Disitu tuan rumahnya tidur dan memasak dalam satu ruangan. Sementara diruangan yang besar tanpa sekat itu buat tidur para pengunjung. Disetiap rumah ada 2 tungku api. Diluar untuk para tamu dan didalam untuk tuan rumah yang digunakan sebagai alat masak dan juga penghangat ruangan ketika musim dingin. Karena letak suku Baduy dalam berasa dibukit yang tinggi.

Mari mendaki...gambar bawah aktifitas tukang porter dan warga baduy lain

Saya kira, ketua tim memesan makanan khas Baduy Dalam. Ealah ternyata pesannya dibawah diCiboleger. Jadi dibawa sama tukang porternya naik turun bukit. Untuk makan pagi juga makan malam. Ketika malam suasana gelap dan memang terasa lama waktu berjalan. Aktifitasnya hanya ngemil, makan ngobrol dan ngobrol. HP, kamera tidak boleh dinyalakan :). Tapi disitulah saya bisa merenung sunyi, seperti bebas dari segala rutinitas sehari-hari, kerja, macetnya Jakarta dll semua sirna. Dalam renungan itu sempat berpikir, Hidup ini untuk apa sih? mereka juga bisa hidup dalam kesederhanaan ini. Tak melulu ngejar materi dan tetek bengeknya. Oh iya kalau orang kaya di Baduy Dalam ditandai dengan banyaknya lumbung padi yang dimilikinya. Semakain banyak maka ia disebut orang kaya.

Perbukitan Menuju Baduy Dalam

Ada kejadian lucu ketika malam hari. Kami sedang mengobrol-ngobrol dan makan, ngemil dengan bekal yang kami bawa. Si bapak yang punya rumah hanya melihat aktifitas kami tanpa mengobrol. Kami juga bingung karena ga bisa bahasa sunda. Istri dan anaknya didalam kamar terus ga mau keluar. Si Bapak bisa bahasa Indonesia sedikit2. Teman2 kami pada menawarkan bekal yang mereka bawa dari biskuit, chiki dan jajanan lain. Kalau bapak suka maka langsung dimasukan kedalam kamar. nah saya tuh punya biskuat yang masih utuh belum dibuka. 

Saya berikan ke Bapak itu. Cuma dipegang diliatin lalu diletakan begitu saja. Jajanan teman2ku diambil sibapak tapi kok biskuatku dibiarin aja sampai pagi. Terus saya mikir, kenapa ya? Setelah saya banding-bandingkan dengan jajanan teman saya, bungkus biskuatku ada gambar macannya (Harimau). Apa dikira dibuat dari macan ya jadi si Bapak itu takut atau memang dilarang sama adat hehe...mungkin aja kali ya

Perjalanan Dimulai..Dok.Pri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun