Tinggal di Tangerang, saya kok nggak tahu ada Broadway yang konon ngeHits di kalangan netizen Indonesia. Nggak sering-sering berkunjung, tetapi saya pernah ke Alam Sutera, adakah yang seperti saya?
Maka  setelah sebelumnya mendaftarkan diri lalu terpilih sebagai peserta, pada hari Minggu (2 Juni 2024) saya bersama Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka) mengunjungi Broadway Flavor Bliss di Alam Sutera. Ini pertama kalinya saya ke Broadway Alam Sutera (BAS), pun pertama kalinya ikut Koteka.
Dari WAG Lalu Bertemu Tatap Muka
Kotekatrip-21 direncanakan mulai dari pkl 10wib sampai pkl 12.00wib.
Kalau dari bundaran mal Living World Alam Sutera, ambil jalan keluar keempat ke Jalan Sutera Utama, maka akan terlihat  gapura bertuliskan Discover Broadway - The Flavor Bliss. Pintu masuk ke BAS ada di sebelah kiri.
Sebagai salah satu tempat rekreasi ngeHits di Tangerang, aksesnya cukup strategis, baik dijangkau dengan kendaraan pribadi, KRL, TransJakarta, bahkan grab atau gojek.
Tepat pkl.10.00wib, saya bergabung dengan Tim Koteker yang sudah kumpul di depan ticket drop BAS. Serombongan kecil namun lengkap dengan dua Admin-nya yang adalah Gaganawati yang kebetulan sedang di Indonesia, dan Admin Palupi Mustajab.
Saat itu suasana agak sepi, padahal dari sejak memasuki kawasan Alam Sutera, mobil hilir mudik parkir di deretan restoran Favor Bliss, yang adalah batas luar menuju BAS
"Itu Mbak Indria," Pak Sutiono Gunadi memberitahu rombongan. Sebagian wajah sudah saya kenal, dan beberapa lainnya baru jumpa. Setelah saya datanglah Mbak Mila dan kemudian Mbak Ajeng. Saya dan Admin Koteka yang tinggal di Jerman, Ganawati berpelukan erat.
"Akhirnya setelah sekian tahun lamanya, kita bertemu," cetus Mbak Gana membuat saya terharu.
Mengawali tur ini, kami mengikuti "briefing singkat" dari Mbak Mila yang tahu tentang BAS, antara lain kondisi awal tempat tujuan wisata ini saat baru dibuka empat tahunan yang lalu, daya tariknya, tenant-tenant yang katanya sebagian sudah tutup sejak ada pandemi, dan tenant yang masih eksis, tempat makan, berbelanja, supermarket Korea, dan sebagainya.
Sementara menunggu kedatangan Mbak Ajeng yang masih "otw", kami bersembilan foto bersama persis di depan tulisan berwarna merah, "Broadway".
Antusiasme pengambilan foto dengan spanduk Kotekatrip-21 menjadi awal kegiatan. Berpose di depan ikon Broadway, semula mBak Gana dan saya meminta bantuan petugas Gerbang. Hasilnya beberapa frame kembar, dan pengambilan di luar harapan. Ukuran frame besar tapi subyek fotonya kecil. Untunglah ada tongsis Kang Bugi Sumirat yang menghadirkan dokumentasi keren.
Petugas menyampaikan pesan bahwa kamera besar tidak diizinkan dibawa masuk kawasan, namun pemotretan diizinkan dengan kamera HP.
Alasannya, tempat ini sering dipakai untuk pemotretan pre-wed, jadi kebijakan ini adalah untuk mencegah tujuan komersial. Okelah, kamera besar dititipkan di Gerbang.
Broadway Alam Sutera bukan area yang luas. Nuansa khas yang didesain mirip ujung kota New York ini kami nikmati dengan foto bersama di spot ikonik, juga selfie cakep sambil berunding cepat tentang spot dan tempat kami akan ngopi atau bersantap bareng.
Capitano Gelato yang ngeHits cukup kami tengok. Walaupun ini tempat menikmati gelato, tapi menyediakan snack ringan. Kami lanjut ke spot-spot unik lainnya.Â
Spot mural yang persis di pojok persimpangan jalan, menghadap ke papan petunjuk jalan memberi kenangan penuh canda tawa bagi kami.
Membuat foto dan video dengan tongsis Kang Bugi, adalah bukti bahwa "bergaya di sini dilakukan oleh orang-orang muda seperti kami," kilah SiKreator video.
Memang benar, segelintir peserta termasuk saya termasuk kategori usia "muda" di kelompok lansia. Ini benar, kelompok usia 60-69 tahun disebut sebagai "Lansia Muda" (Inggris: "Young Old"), itu!
Berjalan pelan beriringan, ada yang di depan, di tengah, dan di belakang, kami berbincang sambil mengabadikan keberadaan kami di spot-spot menarik, boleh dikata setiap tempat di BAS itu instagrammable, baik di sepanjang jalan yang menghadirkan pemandangan warna-warni dan ragam desain bangunan.
Washroom yang ikonik dan fungsional, tentu kami kunjungi karena selain tampak unik, kami memang perlu masuk!
Melongok ke dalam Capitano Ice Cream, kami sepakat tidak ngeriung di sana, lalu lanjut ke ujung jalan yang disemarakkan dengan lukisan mural di sisi kanan, dan papan-papan petunjuk arah yang menarik. Di pojok persimpangan inilah peserta Kotekertrip21 bergaya "muda seperti kami," canda Kang Bugi Sumirat merespon salah seorang peserta, kalau tidak salah Mbak Mila yang nyeletuk, "di sini biasanya yang ramai berfoto adalah anak-anak muda."
Setelah "nyangkut di persimpangan jalan", kami memasuki GS The Fresh Premium Supermarket, yang di dalamnya lengkap dengan toko roti dan restoran. Di sini akhirnya kami melewati saja, karena formasi meja kursi nggak memungkinkan kami bersepuluh duduk makan atau minum di satu meja.
Beristirahat di Restoran Eastern Kopitiam
Dengan beberapa pertimbangan kami memutuskan beristirahat sejenak di Restoran yang menghidangkan menu Singapura ini, lokasinya di Favor Bliss.
Sepuluh orang tidak ada yang memesan menu yang sama. Mbak Gana memesan Jus Sirsak dan minuman lain, tanpa makanan. Mbak Palupi Mustajab rupanya salah mengira tentang pesanannya, alih-alih Siomay khas Indonesia dengan rangkaian isi lengkap, ternyata itu adalah dimsum. Bagaimanapun bekal dari Koteka cukup, persisnya "pas" untuk makan dan minum dengan puas.
Oh ya, nggak seperti di jalan sepanjang BAS, di restoran ini lumayan penuh pengunjung, saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 11.00wib.
Vintage Vibes
Walaupun tampak luar seperti sebuah gedung bioskup, ternyata dalamnya adalah fashion outlet. Pengunjung bisa berbelanja sabuk, tas, sepatu, baju, aksesori, sampai pernak pernik lainnya seperti dompet, bahkan juga pita kaset jadul.
Siapakah yang sebel dengan baju-baju yang dipajang di Vintage Vibes? Adalah seorang peserta (tanpa sebut nama) yang mengakui hal ini. Dia sebal karena banyak yang cocok dengan selera fashionnya jadi mungkin lain kali "harus kembali". Ada yang pulang ke Jerman memborong baju, "ini hanya ada di Indonesia," begitu kira-kira alasannya.
Untuk detilnya, saya sarankan datang sendiri saja. Oh, bagi yang ingin menitipkan baju yang masih bagus untuk dijual, bisa juga lho.
Kesan tentang BAS
BAS adalah tempat hiburan yang menarik, menambah wawasan, memberi pengalaman baru, tempat santai berbagai kalangan, jalan-jalan bersama sahabat, pasangan, teman, dan tidak terkecuali keluarga dan anak-anak.
Idealnya kunjungan ke tempat ini adalah menjelang sore hari, selain cuaca lebih sejuk, dan saat menjelang senja pengunjung bisa menikmati suasana berbeda, keindahan lampu-lampu yang mulai menyala di mana-mana, di malam hari, maka efek lampu warna-warni dan suasana Broadway terasa lebih hidup.
Koteka dan Komunitas Kompasiana
Semangat berkarya dan interaksi sesama Kompasianer masih terjaga. Kompasianer kini berkembang lebih kompleks dalam arti positif. Banyak komunitas spesifik, dan ini melibatkan Kompasianer lintas profesi, latar belakang budaya, domisili, dan generasi. Koteka adalah salah satu komunitasnya.
Nggak diragukan lagi keseruan dan suasana akrab para "Koteker" pada trip di BAS.
Meninggalkan area BAS, saya melihat informasi di spanduk yang bertuliskan informasi bagi komunitas, bahwa Broadway Flavor Bliss bisa dihubungi di nomor telepon: 081281053025 bagi yang ingin kolaborasi mengadakan acara di BAS.
Ucapan Terima kasih saya kepada Admin Gana, Admin Palupi Mustajab, dan Mbak Siti (Admin yang tinggal di Bonn dan memantau di WAG), serta teman-teman peserta Koteka Trip ke-21.
Salam bahagia dan sehat selalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H