Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalananku dan 11 Tahun Kompasiana

31 Oktober 2019   13:37 Diperbarui: 31 Oktober 2019   16:10 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapakah di balik meja kerja Kompasiana? Foto: Indria Salim

Dalam skala besar, menyangkut finansial jumlah besar aku juga pernah terbujuk, lalu tertipu dengan "wajah penuh harap" seperti itu. Mereka ada yang muda dan cantik, ada yang santun, ada yang kumal -- ah, mereka tidak berhak mendapatkan simpatiku ternyata,  KZL banget kalau ingat itu. Untung waktu itu aku segera move on, demi keseimbangan dan kesehatan mental! *Eh*

Masih ngeganjel, kuceritakan pengalaman ini pada tetanggaku yang baik hati. Dia bilang, "Ikhlaskan, jadikan pelajaran. Eeh tapi jangan sampai dia masuk sini buat mata-mata perampok, ya?"

Tetangga nggak mengada-ada, perampok ada saja yang berhasil mencuri barang di perumahan ini.
Btw, I love Gojek. Sopirnya baik-baik banget. They deserve good rewards and remuneration.

Eh jadi ingat dengan penawaran ojek soliter begini tapi oleh sopir pria setengah baya. Keputusan pakai ojek amatiran juga karena bersimpati. Dengan bapak-bapak yang bilang "ongkos terserah Ibu" ini, dia benar-benar apresiatif dengan ongkos standar normal yang kuberikan padanya. Aku malah menyesal mengapa nggak kasih "bonus".

Kadang, dalam kasus super khusus, emak-emak (perempuan) tega menipu sesama emak-emak. Well, bukan bermaksud bias gender tapi ... hmm sulit deh menceritakannya, karena "it is an old, long story". Katakanlah, ini sebuah kebetulan saja.

Nambah cerita lagi, ah! Kini aku teringat mengobrol asik di bus Trans-J. Ngobrol seru tentang kemacetan dan perbandingan wilayah perumahan di Bekasi dan Tangerang.

Dia berhijab sederhana, wajahnya manis tanpa polesan.
Dari kesederhanaan penampilannya, kutangkap pengalaman "piknik boncengan motor" yang menurutku keren.
Informatif tanpa berlebihan, dia membagi tips berbelanja di Tanah Abang. Aku berterima kasih dengan informasinya.
Pas dia bayar ongkos bus Trans-J (di halte tidak bisa bayar karena mesin rusak), dia malah mau membayariku, dan tentu saja kucegah.

Aku tersentuh dengan ketulusannya, Ibu-ibu yang juga tidak kukenal sebelumnya. Anak perempuan yang bersamanya itupun mencium tanganku saat berpamitan turun duluan. Sebelumnya, aku memang mengusap pelan bahunya, mengingatkan agar hati-hati di jalan.

Perjalanan lima belas menit,  mengungkit peristiwa konyol yang lama menguap seiring perjalanan usia. Jangan-jangan ini kutukan kecil pepatah yang mengatakan, "You can't teach an old dog new tricks".

Oke deh kalau begitu. Mengkaitkan cerita hari ini, kusampailan betapa berartinya Kompasiana sebagai bagian dari perjalanan proses kreatifku.

Apapun yang kutulis, selagi itu bukan sumpah serapah menyampah, Kompasiana #BeyondBlogging
menerima karyaku. Bukan, ini bukan soal K-Rewards yang membukit, apalagi menggunung. Soal ini bahkan nyaris tidak kuharap, karena faktanya aku baru sekali menerima hadiah ke akun Gopay-ku, itu selama dua tahun sejak berlakunya K-Reward.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun