Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ini Dusta Siapa?

29 September 2018   10:47 Diperbarui: 29 September 2018   11:00 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Nasar |unsplash.com

Mengaku diri panutan mulia, dipuja dan dipuji.

Sekumpulan burung nasar berkoak hingar menuju nirwana, katanya

Mematuk penuh lapar, bangkai dan sampah kebohongan.

Tersihir putihnya mata hantu blau, maka fiksi dipercaya suci.

Bohong adalah kebenaran, fakta dianggap fatamorgana.

Kultus pemuas kecewa.

Kerumunan serasa wakil buana.

*

Bermula menjadi tersangka.

Niatkan ziarah suci, 

Entah yang di dalam hatinya, mainkan hukum negeri.

Lecehkan semuanya kecuali liurnya sendiri.

Sekumpulan burung nasar terus berkoak.

Tatkala kultus mengabur gelap.

Tudingkan istana musababnya.

Mencekal kaki yang ingin pulang kembali.

*

Alkisah burung nasar mengarang.

Sang pujaan terkena titah di tanah orang.

Harus mendekam dalam pelarian.

Sekumpulan burung nasar berkoak, "Ini permukatan jahat istana."

Kerumunan burung gagak pun berkepak.

Segerumbul semak berkerosak, "Pasti persekongkolan."

*

Alam Semesta melihat semua, menyingkap tabir gelap.

Sebuah nawala dari seberang, semua menjadi terang.

Laku memeluk rangkaian kebohongan.

Banggakan laku pelanggaran, kobarkan tindak dusta.

Rindukan iba istana, 'ntuk mengampuni pelecehan yang dilakukannya.

Melindungi perjalanan dan kepulangannya.

Kembali ke negeri yang di matanya porak-poranda.

*

Doa di monumen emas, kembali kan digalang.

Bila umurnya panjang, bolehlah gagak mencabik lagi.

Referensi:

Visa Rizieq di Arab Saudi Sudah Habis Masa Berlaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun