Mengaku diri panutan mulia, dipuja dan dipuji.
Sekumpulan burung nasar berkoak hingar menuju nirwana, katanya
Mematuk penuh lapar, bangkai dan sampah kebohongan.
Tersihir putihnya mata hantu blau, maka fiksi dipercaya suci.
Bohong adalah kebenaran, fakta dianggap fatamorgana.
Kultus pemuas kecewa.
Kerumunan serasa wakil buana.
*
Bermula menjadi tersangka.
Niatkan ziarah suci,Â
Entah yang di dalam hatinya, mainkan hukum negeri.
Lecehkan semuanya kecuali liurnya sendiri.
Sekumpulan burung nasar terus berkoak.
Tatkala kultus mengabur gelap.
Tudingkan istana musababnya.
Mencekal kaki yang ingin pulang kembali.
*
Alkisah burung nasar mengarang.
Sang pujaan terkena titah di tanah orang.
Harus mendekam dalam pelarian.
Sekumpulan burung nasar berkoak, "Ini permukatan jahat istana."
Kerumunan burung gagak pun berkepak.
Segerumbul semak berkerosak, "Pasti persekongkolan."
*
Alam Semesta melihat semua, menyingkap tabir gelap.
Sebuah nawala dari seberang, semua menjadi terang.
Laku memeluk rangkaian kebohongan.
Banggakan laku pelanggaran, kobarkan tindak dusta.
Rindukan iba istana, 'ntuk mengampuni pelecehan yang dilakukannya.
Melindungi perjalanan dan kepulangannya.
Kembali ke negeri yang di matanya porak-poranda.
*
Doa di monumen emas, kembali kan digalang.
Bila umurnya panjang, bolehlah gagak mencabik lagi.
Referensi:
Visa Rizieq di Arab Saudi Sudah Habis Masa Berlaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H