Suatu siang di kantor, saatnya istirahat. Ada yang ke mushola, ada pula yang hanya nongkrong dan kumpul-kumpul di salah satu ruangan teman. Nah, Andri itu teman yang suka bercerita dan seringnya lucu. Siang itu Andri tampak lesu.
"Ngantuk, nDri?"
"Sedikit," jawabnya setengah hati.
"Sampai segitunya puasa. Tinggal beberapa hari kan Lebaran," Wenny nimbrung.
"Sedih, nih. THR yang kemarin seperti numpang lewat aja."
"Kok bisa?"
Aku sama isteri ke Pasar Mayestik. Aku puyeng kalau disuruh ngikutin isteri sampai ke lorong-lorong di dalam pasar. Aku nongkrong aja di orang jualan buah yang di luar, tuh. Lalu isteriku keliling sama anakku. Setengah jam dia balik. Kupikir ini hebat, setengah jam belanja kelar. Ternyata isteri mukanya seperti bengong nggak jelas. Anakku yang laporan kalau dompet Si Mamah dicopet. Kutanya apa dia nggak hati-hati naruh dompetnya."
"Terus?" Si Ane mendesak
Isteriku bilangnya "Padahal aku sudah jagain dompetnya ketat."
Waktu kutanya di mana dia simpan dompetnya, gini katanya, "Aku selipin di ketiak, Pa. Terus pas aku mau bayar, tanganku masih ngerasa mengempit dompet. Ternyata aku mengempit angin! Dompetnya raib."
"Duh kasihan banget, Ndri," Wenny turut prihatin.
Andri cuma menggelengkan kepala dengan lemah.
"Doakan aja mertua kasih angpau, ya?" Andri nyengir getir.