Belum 10 langkah saya berjalan, seorang pria berteriak memanggil saya. "Bu, bu, apakah tadi pakai toilet?"
Wow, saya terciduk oleh ketidakberesan yang dilakukan oleh orang lain! Meskipun kesal kena tuduh, sambil senyum saya berteriak balik kepadanya, "Saya cuma kebetulan melewati, tapi menjauh dari toilet. Saya juga heran, sempat mau lapor tapi saya kemalaman pulang. Saya tadi heran, apa tidak ada penjaga toilet/pengelola halte yang mengawasi ketertiban toilet? Seperti apa pengguna yang tidak bertanggung jawab itu? Saya sendiri sedih dan kesal melihatnya, Pak. Apalagi saya barusan dari acara memperingati Hari Air Sedunia -- hari ini, coba!
Pria tersebut mengutarakan kekesalan yang sama, menyayangkan kelakuan pengguna toilet yang seenaknya itu, sampai-sampai dia berpikir akan mengunci toilet sehingga pengguna ketahuan saat datang dan perginya untuk mencegah hal serupa berulang di lain waktu.
Baiklah, itu selingan yang merepresentasikan kejadian pemborosan air yang sering saya saksikan. Di Mall, di restoran, orang seenaknya memakai kran air tanpa menutup dengan baik. Padahal kran tidak rusak. Bagi saya itu sangat norak, apalagi dilakukan oleh pengguna fasilitas publik yang tampaknya bukan dari kalangan yang tidak biasa memakai kran air. Saya pastikan kebanyakan dari mereka bukan anak-anak pula, yang semestinya tahu bahwa itu memboroskan air. Sungguh disayangkan. Biasanya saya langsung mengingatkan kepada yang bersangkutan bila pas bertemu, menutup kran, atau melaporkan ke petugas agar menjaga air kran tidak mengucur sia-sia.
Dalam kata sambutannya, Direktur Arif Mujahidin menyampaikan bahwa air itu tanda kehidupan. Air itu anugerah. Namun, bila kita salah mengelolanya, maka air seakan menjadi sumber musibah.
Selanjutnya Arif Mujahidin berharap bahwa blogger melalui tulisan dan karya sosial media lainnya, dapat menjadi agen perubahan, membagikan kebaikan dan hal bermanfaat bagi semua -- dalam hal ini hal terkait pelestarian sumber air dan ekosistemnya. Untuk itulah Bincang Air diadakan, agar kita terinspirasi untuk belajar lebih banyak tentang isu-isu terkait air, dan bersama-sama dengan orang sekitar mengambil tindakan untuk membuat perbedaan.
Soal pencapaian, Direktur Karyono mengatakan bahwa Danone-AQUA sebagai pelopor bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), menerima sertifikasi B-Corp, yang mengakui praktik terbaik dan ketaatan dengan standar tertinggi terhadap kinerja sosial dan lingkungan, transparansi dan akuntabilitas.Â
Ini adalah pencapaian penting, karena Danone-AQUA menjadi perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) pertama di Indonesia yang menerima sertifikasi ini. Â Itu artinya Danone-AQUA bergabung dengan komunitas bisnis yang berkembang pesat di seluruh dunia dan juga di dalam negeri yang bertujuan menggunakan kekuatan bisnis untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan.Â
Dijelaskannya juga bahwa Danone-AQUA bekerja secara kolaboratif dengan para pemangku kepentingan setempat untuk menentukan pendekatan pengelolaan air yang tepat untuk setiap area yang mengalami tekanan air di mana Danone-AQUA beroperasi. Ini mengingat bahwa setiap lokasi memiliki karakteristik ekosistem berbeda.
Danone-AQUA selaku produsen air minum dalam kemasan juga percaya akan hal tsb bahwa solusi alamiah memiliki potensi pelestarian air. Prinsip solusi alamiah ini dapat diterapkan antara lain dengan usaha-usaha penanaman pohon; menghubungkan kembali sungai dan dataran banjir; dan pemulihan lahan basah.
Selanjutnya Danone-AQUA menggunakan hasil rekomendasi dari SWAT sebagai salah satu dasar dalam membuat program konservasi di wilayah Sukabumi. Ini adalah upaya konsevasi air dengan memanfaatkan solusi ilmiah yang dipadukan dengan pembangunan infrastruktur, disebut Grey Infrastructure.
Untuk mendukung pemulihan lahan dan tanah yang terdegradasi, Danone-AQUA menggandeng masyarakat di wilayah sekitar pabrik di Sukabumi, melakukan usaha diantaranya: Penanaman 580.000 pohon. Ini untuk wilayah Sukabumi saja, yang meliputi delapan desa: Pasawahan, Tenjolaya, Cisaat, Kutajaya, Jayabakti, Tangkil, Girijaya, dan Cidahu. Di semua wilayah operasinya di Indonesia, Danone-AQUA menanam lebih dari 2,5 juta pohon. Dalam strateginya, Danone-AQUA memakai metode inovatif dalam memantau program konservasi.
Ada juga usaha pembuatan kolam resapan air (Water Pond), yaitu bila limpasan air dimasukkan ke dalam tanah melalui lubang resapan yang ada di sekitar kolam. Semua ini adalah milik penduduk setempat, dimanfaatkan oleh mereka namun pembuatan didampingi oleh pihak Danone-AQUA.
Berkunjung di Desa Pasawahan, kami melihat dan mendengarkan penjelasan tentang proses air yang sudah melalui biopori, menjadi jernih dan layak konsumsi padahal asalnya adalah dari air hujan yang mengandung polusi.
Selain itu dilakukan pembangunan Pemanen Air Hujan (PAH) dengan memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di mushola, madrasah, sekolah, atau rumah warga. Lokasinya tersebar di wilayah Desa-desa Pesawahan, Tenjolaya, dan Cisaat.
Di Pasawahan, blogger dan wartawan mendengarkan pemaparan komprehensif dan detil yang disampaikan oleh Dr Nana Mulyana, Dosen dan Peneliti Fakultas Kehutanan IPB.
Pemanen Air Hujan dipasang di sebuah masjid tidak jauh dari lokasi Water Pond. Ada lagi yang  menjelaskan dan mendemonstrasikan perbedaan air hujan sebelum dan sesudah diproses dalam biopori.
Usaha konservasi air juga diterapkan dengan pembuatan DAM Resapan Air. Gunanya, untuk menjaga pemasukan air ke dalam tanah.
Kami bertemu dengan Pak Ishak, Ketua RT desa Cisaat. Dia menceritakan sebelum dan sesudah adanya Sumur yang dibuat dengan cara inovatif, disebut sebagai sumur resapan -- dan adanya sumur resapan yang dibuat pada tahun 2017 itu, terbukti ada perubahan dan manfaat yang dirasakan sekitar 65 orang warga setempat.
Sumur resapan merupakan tehnik konservasi tanah dan air. Fungsinya adalah untuk menampung limpasan air di permukaan tanah, lalu meresapkannya secara perlahan ke dalam tanah sekitar. Dengan begitu, sumur ini dapat dimanfaatkan untuk mengimbuh sumur warga dan mengurangi genangan maupun mencegah banjir, dan pada akhirnya juga membantu menyuburkan tanah di area setempat.
Saya sendiri sempat berbicara dengan dua orang penduduk bernama Nyai Nurjanah dan tetangganya. Mereka mengatakan, sebelum ada sumur resapan itu, di musim kemarau tidak ada air. Namun di musim hujan, air pun tetap sulit karena sumur tidak menampung air hujan. Begitu keadaan wilayah gunung, katanya. Kini sumur itu menjadi sumber air yang bisa diandalkan.
Desa Cisaat adalah salah satu dari tiga desa yaitu Pesawahan, dan Tenjolaya yang menjadi lokasi pembuatan 40 buah sumur resapan berkapasitas resapan 2.200 meter kubik untuk setiap sumur resapan.
Beberapa poin penting yang perlu kita ketahui
 Jumlah air sejak bumi terbentuk, jumlahnya tetap. Yg berubah: sifat dan tempatnya. Capetown saat ini kekurangan air.
Dua-pertiga hutan di dunia alami degradasi (deforestation). Ada yg gundul, beralih fungsi dll. Bahwa 70% penggunaan air di dunia adalah untuk pertanian. Salah satu dampaknya yaitu badai. Yang kena dampak badai ini tercatat sekitar 4 miliyar penduduk di dunia.
Dalam sehari manusia gunakan sekitar 290 litet air. Bayangkan berapa kalau seumur hidup?
Ekosistem harus dijaga agar siklus aur tetap alami, tidak rusak.
Menurut hasil riset, air banyak masuk ke sungai. Agar tidak akibatkan banjir, dibuatlah DAMatau juga Water Pond.
Kami mengunjungi Sumur sumber air dari air minum Aqua di Kubang. Semua yang masuk ke rumah itu harus steril, jadi kami melepaskan alas kaki, cuci tangan lebih dulu, dan bergiliran satu grup bersepuluh masuk ke rumah air. Memang menakjubkan, bagaimana mata air langsung ditampung, lalu dialirkan untuk menjadi air kemasan. Tidak ada penambahan zat, atau proses lain kecuali melakukan filter untuk meniadakan jasad renik bila ada.
Danone-AQUA memberi insentif kepada masyarakat agar merawat pohon. Ini di Pasuruan, juga di Mekarsari.
Di sekitar pabrik, Danone-AQUA memastikan banyak sebaran akses air bersih bagi masyarakat.
Penutup
Hal yang bisa dipetik dari acara Bincang Air, dan perlu dibagikan kepada masyarakat antara lain:
Kita perlu menyadari bahwa air bukanlah hal yang bisa kita anggap "sudah dengan sendirinya tersedia". Ini karena kerusakan lingkungan dan perubahan iklim mengakibatkan penurunan kualitas air di seluruh dunia. Berbagai inisiatif dilakukan demi mengembalikan kualitas dan kuantitas air. Ternyata alam menyediakan solusi untuk mengatasi persoalan air.
Alam untuk Air (Nature for Water) tidak lain adalah Solusi Berbasis Alam yang diharapkan akan membantu memenuhi kebutuhan air, penciptaan ekonomi sirkular, sekaligus melindungi lingkungan alam dan mengurangi polusi.
Penggunaan air dan sikap kita dengan sumber air perlu kesadaran konservasi. Sebisa mungkin kita meninggalkan jejak bijak buat generasi penerus, karena kelangsungan sumber air sebenarnya adalah tanggung jawab kita bersama.
Salam Kompasiana! :: @IndriaSalim -- Alumni Danone Blogger Academy (DBA) 2017 ::
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H