Judulnya bombastis ya? Sengaja, sih, karena ini dimaksudkan untuk mendongkrak kegalauan. Kegalauan siapa? Ya siapa saja yang merasa galau. Manusia mana yang sepanjang hidupnya tidak pernah sekalipun mengalami kegalauan, putus asa, pesimis akut maupun dadakan, dan seabreg suasana emosi maupun muatan pikiran yang sifatnya negatif lainnya.
Contoh pernyataan di atas itu apa? Misalnya nih, seorang karyawan yang rajin dan sangat berdedikasi terhadap tugas dan tanggungjawabnya di kantor, mendadak merasa terpukul karena tanpa sengaja melakukan kesalahan yang membuatnya kehilangan muka di lingkungan kantornya. Sudah begitu, hampir tidak ada teman-teman yang tampak memberinya dukungan yang membangkitkan semangatnya. Yang ada malah orang ramai-ramai, terus terang, atau bisik-bisik merisak (red: melakukan bully). Tentu itu hak orang yang seringnya di luar kontrol. Kalau sudah begitu, penting bagi karyawan tersebut untuk melakukan instrospeksi, namun juga usaha mengambil pelajaran sebagai hal yang bermanfaat buat perbaikan dan kepercayaan diri selanjutnya.
Contoh lain, seorang mahasiswa ketahuan melakukan plagiat. Makalah yang diserahkan pada dosen, dianggap terlalu “sempurna”. Di depan kelas, dia dipanggil dosen untuk berbicara setelah jam kuliah. Semua temannya pada kepo. Ternyata, dosennya mencurigai bahwa makalah Si mahasiswa itu hasil plagiasi. Andaikata itu terbukt, kebayang kan bagaimana malunya? Nah, intinya – orang lalu bisa melupakan peristiwa itu. Namun belum tentu orang yang sempat kehilangan muka itu dapat segera melupakan begitu saja insiden tersebut. Memang itu tergantung pada pribadi masing-masing orang. Ada yang mudah move on, ada yang perlu waktu pemulihan.
Cukuplah contohnya. Kita fokus pada solusinya, deh. Kok kita? Lho kan aku dan para pembaca? Tulisan ini memang tidak hanya ditujukan kepada pembaca, penulisnya pun tidak terkecuali.
Sebagian orang membayangkan hidup penuh keberhasilan, sebagian lainnya langsung melakukan usaha menuju keberhasilan.
Mari kita renungkan mengapa kedua kelompok itu berbeda. Para pemimpi tanpa aksi, cenderung menjadikan rintangan sebagai alasan “berhenti melangkah.” Sebaliknya, para peraih mimpi tidak mudah menyerah pada hal-hal yang membuatnya berhenti, atau menghentikan langkahnya untuk maju, dan mengalahkan rintangan.
Apakah Kendala dan Rintangan Itu?
Kendala atau rintangan adalah hal-hal menakutkan yang kita lihat, dengar, atau bayangkan. Hidup bukan hidup bila tanpa rintangan atau masalah. Pertanyaannya, bagaimana kita menghadapinya agar tetap hidup, tidak sekadar bertahan namun malah melompat jauh dan tinggi. Tentu keterampilan melalui rintangan, atau mengatasi kendala itu tidak serta merta dikuasai oleh setiap orang. Ada yang memang lebih tabah, ada juga yang perlu proses panjang dalam memahami soal ini. Mungkin salah satu cara agar orang bisa lebih tangguh adalah belajar realistis, namun sekaligus gigih. Realistis itu mencakup sikap penerimaan bahwa diri kita tidak kebal dari kesalahan, dan risikonya.
Tetap mengingat dan fokus pada tujuan:
Ketangguhan terkait dengan motivasi diri. Motivasi diri membuat kita fokus pada tujuan, juga dalam menjalani kehidupan ini. Itu.
Kita adalah pengukir karya kita sendiri
Dalam memikul tanggung jawab, meraih cita-cita atau tujuan hidup – orang lain bisa menjadi mitra perjalanan, mentor, Guru, pendukung, atau apa saja. Namun perlu diingat bahwa pada akhirnya diri kita sendiri yang menjalaninya. Maka, diri ini harus dikuatkan dengan keyakinan bahwa kalau bukan diri sendiri yang menjaga api semangat dan membuat langkah tindakan, lalu siapa lagi?
Tujuan hidup dan misinya:
Bila ingin meraih mimpi menjadi nyata, hal pertama yang harus kita lakukan adalah bangun dari mimpi. Hadapi realita, perhitungkan potensi yang mungkin, antisipasi kendala agar kita siap mengatasinya, dan go!
Selalu bersikap dan bertindak seakan kita mengenakan mahkota tersembunyi –Ibelajar menjadi sang pemenang, bertindak dengan mental juara apapun hasil akhirnya. Ini bukan tentang capaian saja, namun lebih pada pembentukan sikap mental.
Buang pikiran yang mengatakan, “Kamu tidak mampu”, dan genggam pikiran “Aku bisa”.Rasanya poin ini sudah jelas, kan ya? Dengan penanaman konsep di benak bahwa “Aku bisa”, tanpa kita sadari hal ini akan mengarahkan kita pada pemikiran yang berfokus pada hal-hal yang mendorong tindakan menuju pencapaian. Satu tahap, lanjut dengan tahap berikutnya, dan seterusnya sampai garis akhir – pencapaian tujuan.
Kegagalan sebenarnya dapat merupakan batu pijakan menuju keberhasilan.
Siapa yang belum pernah mendengar nama Walt Disney? Ia adalah produser, sutradara dan animator film ternama dari Amerika Serikat, yang berpengaruh di bidang hiburan di abad 20. Sebagai tokoh pendiri Walt Disney Productions, Disney menjadi salah satu produser film paling terkenal di dunia. seorang penerbit film tersohor di dunia. Dia pernah mendapatkan penolakan ribuan kali dari editor koran besar, yang menilai bahwa dia tidak berbakat.
Ada Thomas Alva Edison, Si Penemu listrik yang terus berusaha meskipun sempat gagal 10,000 kali. Juga Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln. Dalam biografinya disebutkan bahwa dia mengalami kegagalan bisnis pada usia 21, lalu kesedihan menimpanya karena kekasihnya meninggal pada usia 26, ditambah lagi dia sempat terkena sindrom kesehatan serius.
Mereka itu adalah contoh-contoh menonjol dari orang-orang yang meraih keberhasilan setelah mengalami perjuangan keras dan mengatasinya dalam ketangguhan mental. Maka banyak mengamati, mempelajari, atau membaca perjalanan hidup orang-orang sukses dan orang “besar” itu perlu sebagai asupan positif yang penting buat otak dan mental kita. Ini salah satu cara untuk mengubah pikiran negatif menjadi sebaliknya.
Kesabaran, ketekunan, keuletan, kerja keras akan menjadi perpaduan tak terkalahkan menuju keberhasilan. Lakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang. Jangan menunggu. Tidak akan pernah ada waktu yang tepat. Mulai rencanakan apa yang Anda ingin kerjakan untuk menuju cita-cita, dan langsung mulai lakukan.
Siap nggak siap, realisasikan rencana tindakan ini. Mulai dengan pikiran positif, tindakan nyata, ambil tanggung jawab dengan tulus ikhlas, dan bila kemauan Anda cukup kuat, maka kekuatan diri akan muncul dengan sendirinya. Aku melakukan tindakan nyata, maka aku ada. Yang terakhir ini sebenarnya adalah mengadopsi sebuah ungkapan terkenal oleh filsuf Perancis bernama Descartes, “Cogito ergo sum” –yang artinya "aku berpikir maka aku ada".
Semangat! Nikmati video ini dulu deh. |2017-03-21| @IndriaSalim
*Tulisan ini juga dimaksudkan untuk menyemangati Penulis sendiri. Salam Kompasiana*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H