Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengubah Rasa Terpuruk Jadi Semangat Membara

21 Maret 2017   16:54 Diperbarui: 22 Maret 2017   04:00 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judulnya bombastis ya? Sengaja, sih, karena ini dimaksudkan untuk mendongkrak kegalauan. Kegalauan siapa? Ya siapa saja yang merasa galau. Manusia mana yang sepanjang hidupnya tidak pernah sekalipun mengalami kegalauan, putus asa, pesimis akut maupun dadakan, dan seabreg suasana emosi maupun muatan pikiran yang sifatnya negatif lainnya.

Contoh pernyataan di atas itu apa? Misalnya nih, seorang karyawan yang rajin dan sangat berdedikasi terhadap tugas dan tanggungjawabnya di kantor, mendadak merasa terpukul karena tanpa sengaja melakukan kesalahan yang membuatnya kehilangan muka di lingkungan kantornya. Sudah begitu, hampir tidak ada teman-teman yang tampak memberinya dukungan yang membangkitkan semangatnya. Yang ada malah orang ramai-ramai, terus terang, atau bisik-bisik merisak (red: melakukan bully). Tentu itu hak orang yang seringnya di luar kontrol. Kalau sudah begitu, penting bagi karyawan tersebut untuk melakukan instrospeksi, namun juga usaha mengambil pelajaran sebagai hal yang bermanfaat buat perbaikan dan kepercayaan diri selanjutnya.

Contoh lain, seorang mahasiswa ketahuan melakukan plagiat. Makalah yang diserahkan pada dosen, dianggap terlalu “sempurna”. Di depan kelas, dia dipanggil dosen untuk berbicara setelah jam kuliah. Semua temannya pada kepo. Ternyata, dosennya mencurigai bahwa makalah Si mahasiswa itu hasil plagiasi. Andaikata itu terbukt, kebayang kan bagaimana malunya? Nah, intinya – orang lalu bisa melupakan peristiwa itu. Namun belum tentu orang yang sempat kehilangan muka itu dapat segera melupakan begitu saja insiden tersebut. Memang itu tergantung pada pribadi masing-masing orang. Ada yang mudah move on, ada yang perlu waktu pemulihan.

Cukuplah contohnya. Kita fokus pada solusinya, deh. Kok kita? Lho kan aku dan para pembaca? Tulisan ini memang tidak hanya ditujukan kepada pembaca, penulisnya pun tidak terkecuali.

Sebagian orang membayangkan hidup penuh keberhasilan, sebagian lainnya langsung melakukan usaha menuju keberhasilan.
Mari kita renungkan mengapa kedua kelompok itu berbeda. Para pemimpi tanpa aksi, cenderung menjadikan rintangan sebagai alasan “berhenti melangkah.” Sebaliknya, para peraih mimpi tidak mudah menyerah pada hal-hal yang membuatnya berhenti, atau menghentikan langkahnya untuk maju, dan mengalahkan rintangan.

Apakah Kendala dan Rintangan Itu?
Kendala atau rintangan adalah hal-hal menakutkan yang kita lihat, dengar, atau bayangkan. Hidup bukan hidup bila tanpa rintangan atau masalah. Pertanyaannya, bagaimana kita menghadapinya agar tetap hidup, tidak sekadar bertahan namun malah melompat jauh dan tinggi. Tentu keterampilan melalui rintangan, atau mengatasi kendala itu tidak serta merta dikuasai oleh setiap orang. Ada yang memang lebih tabah, ada juga yang perlu proses panjang dalam memahami soal ini. Mungkin salah satu cara agar orang bisa lebih tangguh adalah belajar realistis, namun sekaligus gigih. Realistis itu mencakup sikap penerimaan bahwa diri kita tidak kebal dari kesalahan, dan risikonya.

Tetap mengingat dan fokus pada tujuan:
 Ketangguhan terkait dengan motivasi diri. Motivasi diri membuat kita fokus pada tujuan, juga dalam menjalani kehidupan ini. Itu.

 Kita adalah pengukir karya kita sendiri
Dalam memikul tanggung jawab, meraih cita-cita atau tujuan hidup – orang lain bisa menjadi mitra perjalanan, mentor, Guru, pendukung, atau apa saja. Namun perlu diingat bahwa pada akhirnya diri kita sendiri yang menjalaninya. Maka, diri ini harus dikuatkan dengan keyakinan bahwa kalau bukan diri sendiri yang menjaga api semangat dan membuat langkah tindakan, lalu siapa lagi?

Tujuan hidup dan misinya:
 Bila ingin meraih mimpi menjadi nyata, hal pertama yang harus kita lakukan adalah bangun dari mimpi. Hadapi realita, perhitungkan potensi yang mungkin, antisipasi kendala agar kita siap mengatasinya, dan go!

Selalu bersikap dan bertindak seakan kita mengenakan mahkota tersembunyi –Ibelajar menjadi sang pemenang, bertindak dengan mental juara apapun hasil akhirnya. Ini bukan tentang capaian saja, namun lebih pada pembentukan sikap mental.

Buang pikiran yang mengatakan, “Kamu tidak mampu”, dan genggam pikiran “Aku bisa”.Rasanya poin ini sudah jelas, kan ya? Dengan penanaman konsep di benak bahwa “Aku bisa”, tanpa kita sadari hal ini akan mengarahkan kita pada pemikiran yang berfokus pada hal-hal yang mendorong tindakan menuju pencapaian. Satu tahap, lanjut dengan tahap berikutnya, dan seterusnya sampai garis akhir – pencapaian tujuan.

Kegagalan sebenarnya dapat merupakan batu pijakan menuju keberhasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun