Saya tidak hadir dalam acara Kompasianival 2016. Agak sedih, khususnya membaca laporan dan kesan Kompasianer yang hadir di gedung SMESCO.
Siapa dan hal apa saja yang sudah bertanggung jawab membuat saya teringat lagi kekecewaan tidak bisa hadir di sana? Lebay ya, orang sendirinya yang tidak datang kok menyalahkan Kompasianer yang justru berbagi oleh-oleh kesan dan pesan pasca Kompasianival, 8 Oktober 2016 yang lalu. Yuk kita buka oleh-olehnya (baca: liputannya).
Liputan 1: Dunia Kedua Ajang Klarifikasi dan Pemaknaan Aktivitas di Kompasiana
Lebih dahulu saya ingin mengucapkan selamat kepada Mas Susy yang meraih Kompasiana Award kategori “Best in Opinion” yang keren. Semoga semakin bersemangat berbagi gagasan buat kita semua.
Oleh-oleh Mas Susy cukup berat, saya harus “menghabiskan paketnya” sedikit-sedikit agar lebih meresap di benak. Paket dari Kompasianival yang dibawa Mas Susy berisi delapan macam pokok pikiran. Namun semuanya dikemas sebagai “dunia kedua” – dunia yang justru riil dan faktual. Apa saja kedelapan pokok pikirannya? Lebih puas kalau Kompasianer membuka langsung "paket" di atas, deh.
Liputan 2: Diskusi Saya dengan Prof Pebrianov tentang Kompasianival
Judul di atas itu ditulis oleh Mas Aji, yang “mengecoh” saya dengan membuat tulisan tentang pembicaraan menggoda di inboks antara dia dengan Prof. Pebrianov. Tapi saya membaca serius lho, serius dan saksama. Apalagi tulisannya terkait dengan dunia khas Mas Profesor, yang kita kenal sebagai “Admin (bayangan) Kompasiana”. Tak lupa, soal celana ketinggalan juga menjadi salah satu obrolan unik Mas Aji dengan Profesor kita. Walaupun kurang jelas apakah akhirnya Prof. Pebrianov berhasil membujuk Mas Aji hadir di Kompasianival, lumayanlah ada jejak dialog seputar Kompasianival 2016.
Liputan 3: Masih Belum Move On Dari Kompasianival
Mbak Luana Yuaneva, saya belum berkenalan dengannya. Salam kenal sekalian mengomentari tulisannya yang bikin kepo karena beliaunya ini curcol kalau belum bisa move on dari Kompasianival. Ada apa gerangan? Baca saja sendiri artikelnya biar lebih mantap. Beberapa yang mengesan, Mbak Luana mengunggah foto-foto besar para Kompasianer aktif, ada Desy Desol, Bang Boris, Mas Petrus Kanisius, CEO Kompasiana Kang Pepih, Asisten Manajer K – Mas Isjet, Admin K Nindy, Pak Tjiptadinata & Bu Roselina Tjiptadinata, wah bertaburan bintang ya? Terungkap juga kalau kehadirannya di Kompasianival itu menepis keraguan warga K (kenapa meragu, carilah jawabannya di artikel itu), juga soal menumbuhkan kebersamaan dengan kopdar sesama K-er.
Liputan 4: Kenangan Yang Sangat Berkesan di Kompasianival
Bu Roselina Tjiptadinata, siapa yang belum tahu beliau? Oleh-olehnya dari Kompasianival adalah kesan mendalam tentang berbagi bersama sahabat K-er, “indah,” kata beliau.
Liputan 5: Terpana Para Inspirator Berbagi di Kompasianal
Ada Bu Ina Tanaya yang juga membawa oleh-oleh K-nival. Reportase Bu Ina cukup mengobati rasa kepo saya. Banyak cerita tentang jalannya acara lengkap dengan detil fotonya. Nah, ini cukup menarik – informasinya tentang menjadi kontributor buku “Spirit Sepasang Merpati". Makin kepo deh saya.
Liputan 6: Kompasianival Boleh Selesai Pertemanan Kita Jangan Sampai
Mbak Listhia membuat tajuk inspiratif, ada di tulisan HL – masih hangat mengepul seperti uap kopi panas. Dipajangnya foto utama keren dengan backdrop Kompasiana yang juga cakep. Yang bikin baper itu, saya kutip ya tulisannya – “Karena tidak ada pertemuan tanpa alasan ... “
Wah, ini seperti nyambung dengan tulisan Mas Boris, yang dia katakan sebagai ”Liputan 7: Siapa Tahu Hanya Sekali Seumur Hidup”
Psst, Bang Boris punya affairs dengan Mas Susy Haryawan. Oups, setelah saya baca ulang, ternyata mereka menginap berdua di Bekasi itu karena sempat kelimpungan muter-muter cari akomodasi untuk malam sepulang dari Kompasianival. Tersebut dua nama yang saya tidak kenal, tampaknya menjadi pahlawan penolong dua K-er kita. “ … Habis gitu pulang dehhh, dan saya ama mas Susy nginap di Bekasi, dan harus muter2 dulu nyari penginapan.Tapi untung ada mas Sigit dan Agit yang bantu nyari tumpangan dan penginapan jadilah kami selamat dari kejamnya dunia malam.”
Dahsyat juga ya, secara Jabodetabek itu kalau malam memang bikin warga kadang merasa ngeri. Ada begal, ada Taman Lawang, ya gitu deh.
Liputan 8: Beberapa Pemikiran Setelah Kompasianival 2016 Usai
Mas Irwan Rinaldi ternyata bawa oleh-oleh dari Kompasianival juga. Nah “kamu ketahuan”, Mas Irwan – selama ini nggak pernah menyiratkan identitasnya sebagai warga ibukota. Atau memang saya asumtif kalau dia tinggal di luar Jawa? Tapi enggak juga, karena Prof Pebri – pengurus Planet Kenthir juga sempat mengira kalau Mas Irwan itu berasal dari Medan. Mas Irwan mengaku kalau tujuan utama datang ke K-nival itu untuk bertemu dengan teman-teman yang hanya dia kenal secara virtual, sip deh. Tapi, ada alasan lain yang menurut saya bikin iri, iri positif lho. Dia kan salah satu pemenang lomba esai “Restorasi Film Tiga Dara” hajatan Planet Kenthir. Saya percaya, Mas Irwan memang serius ingin bertemu para K-er. Selamat menjadi pemenang lomba Planet Kenthir, dan nitip salam buat Pak Tjip dan Bu Tjip yang mengobrol berbahasa Padang dengan Mas Irwan. Saya salut dengan usulan yang disampaikan Mas Irwan, yang nuansanya sejatinya senada dengan pemikiran Kompasianer peliput Kompasianival kali ini.
Liputan 9: Terima Kasih Sahabat Kompasiana
Pada kesempatan ini saya ucapkan selamat kepada Mas Bambang Setiawan yang meraih dua kategori Kompasiana Award sekaligus, yaitu Best in Citizen Journalism & People Choice 2016. Salut, Mas Bamset. Semoga semakin bersemangat mempromosikan kota Salatiga-nya. Sayang Mas BamSet tidak hadir langsung, ya? Next time better!
Liputan 10: erita Greget di Kompasianival
Unik sudut pandangnya, dan terbayangkan kebetean Kompasianer Trias Tyas saat punya kesempatan Selfie berlatar belakang band kesayangan di atas panggung, namun kamera HP-nya tidak bisa dipakai karena baterai suak. Lain kali bawa power bank cadangan, ya Mbak? Tapi baca langsung tulisannya, deh. Ternyata ada juga selfie Mbak Trias sebagai satu-satunya cewek, di tengah-tengah penari/ penyanyi dari Papua yang kesemuanya cowok. Gagah berani juga jadinya ha ha ha.
Liputan 11: Setelah Rasa Iri Membumbung Tinggi
Inilah oleh-oleh paling mengesankan buat saya. Ditulis oleh penerima penghargaan Kompasianer of the Year, mbak Yayat alias Nyonya Vale(ntino) Rosi. Tulisannya mengungkapkan pengakuan yang mengharukan, hiks! Juga latar belakang yang menjadi alasan Nyonya Vale tetap setia menulis di Kompasiana. Wuih, nginspiratif ya? Ternyata dia itu sudah lulus tes mental yang terasa seperti ujian fisik – apalagi kalau bukan pengalaman (serasa) kena keplak plak-plak-plak sejak dia menulis selama tujuh tahun terakhir ini. Jujur, tenggorokan saya mendadak tercekat membaca cerita Mbak Yayat, terlebih begitu melihat foto wajah Mbak Yayat tertampilkan di layar raksasa panggung Kompasianival. Selamat, mBak Yayat.
Sejauh ini rasanya tulisan Kompasianer yang sudah membagikan oleh-oleh Kompasianival 2016 sudah saya baca tuntas. Kalau sampai detik ini ada yang terlewat, saya mohon maaf, sekaligus berempati atas kendala teknis yang menimpa rumah Kompasiana, sebentar bisa masuk – dua bentar kemudian saya menunggu di luar rumah untuk antre nge-vote atau berkomentar dan membaca tulisan para Kompasianer.
Terima kasih oleh-olehnya -- foto-foto dan ceritanya, teman-teman. Terima kasih pengumuman tentang peraih Kompasiana Awardnya, Kak Mimin Kompasiana – Klik di sini: “Inilah Seluruh Peraih Kompasiana Awards 2016”
Selamat kepada para peraih “Kompasiana Award”, salam bahagia buat Kompasianer semua. | @Indria Salim |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H