Nana merasa diperlakukan tidak adil oleh Nenek, dan menuduh Nunung selama ini tidak tulus kepadanya. Nenek menekankan kalau Nana melangkahi Nunung dengan mendahului nikah, maka Nunung akan jadi perawan tua seumur hidupnya.
Suasana Saat Film Berlangsung
Awalnya agak tegang karena adegan diwarnai dengan omelan Nenek (Fifi Young). Lama-lama penonton dibawa masuk ke suasana tahun 50-an. Mulailah dari kursi penonton terdengar suara tawa kecil bersamaan, juga sesekali terbahak bersama. Begitulah suasana penonton yang terhibur dan tergelak mulai terasakan selayaknya kesatuan penonton yang makin kompak dan sehati.
Saya juga seperti kena komando cekakak- cekikik massal. Ada rasa haru saat Nana diputus oleh Mas Toto yang ganteng, yang sebenarnya menyukai Nunung yang tidak suka bergaul dan ke luar rumah. Si Bungsu Neni dengan sikap sok tahu-nya paling sering membuat penonton tergelak. Oh, nggak juga sih. Semua punya kontribusi yang menyentuh saraf ketawa pemirsa. Dari Sukandar, sampai Nenek pengomel. Ini tidak terkecuali Nunung yang menurut nenek suka jutek, ternyata ia lucu juga kalau marah, lucu juga kalau menyembunyikan perasaan cintanya kepada Toto.
Sambil mengikuti jalan cerita dan akting pemain, saya terharu dengan latar belakang tayangan Tiga Dara restorasi. Mulus (tidak ada pendar-pendar sinar bergetar layaknya nonton film-film jadoel, tampilan gambar tajam, bersih, jernih.
Saya melamunkan Ibunda yang pertama kali menceritakan kehebatan pemain dan keseruan Tiga Dara. Pantas saja Ibunda dulu sering bercerita pada saya, meskipun saat itu tidak ada tayangannya lagi.
Audio yang Seperti Film baru -- Sangat Asyik untuk Dinikmati
Berikut bukti bahwa restorasi audionya membuat saya serasa menikmati film baru! Kesepuluh lagu soundtrack Tiga Dara yang sangat berkesan bagi saya: Tiga Dara (nuansa riang); Cita-cita; Letnan Hardy– jazzy; Tamasya – bernuansa irama padang pasir yang eksotis meski agak kelam; Joget Gembira – irama Melayu; Pilih Menantu – jazzy alat musik tiup mendominasi lagunya; Siapa Namanya – berirama jazz keren bak gubahan David Benoit
Mengapa Restorasi Film Perlu dan Penting?
Maka jelas bahwa memelihara film adalah menyimpan sejarah, sementara restorasi adalah bagian dari pelestarian budaya – yang artinya juga menyelamatkan budaya generasi sebelumnya agar bisa dimanfaatkan oleh generasi penerus. Sayangnya, kearsipan dan segala kebutuhan pendukung lainnya di Indonesia tampak sangat terbatas dan bisa dikatakan ketinggalan zaman. Padahal, film itu penanda zaman, dan bagian dari sejarah. Film Indonesia tak lepas dari peran itu.