Rabu (18/5/2016) pukul 12:12 WIB, Penulis (Kompasianer) sedang bekerja di depan laptop. Konsentrasi terpecah karena ada telepon dari seseorang yang nomornya tidak terdaftar di HP saya. Penelpon bernomor cantik -- 0812-85666444 ini, Penulis angkat.
Penelpon lelaki: “Halo”
Kompasianer : “Ya?” *suara serak dan pelan. Kebiasaan kalau banyak mengetik, suara saya jadi serak dan lirih, mungkin lupa minum.*
K: “Halo!” *suara meragu bernada tinggi*
Saya: “Halooo” – suara bernada netral, tapi sebenarnya mulai waspada. Volume saya keraskan.
P: “Nomor HP-nya baru, ya? Atau ganti?” *nadanya seperti tergesa, sedikit berteriak, intonasi meninggi.
K: “Ini siapa ya?” *makin curiga*
P: “Kau lupa ya, teman kau yang di kantor Polisi siapa?!” *nada meninggi, mulai intimidatif*
K: “Oh, OK!” *telepon Penulis tutup dengan tenang, padahal dalam hati kesal dan merasa sangat terganggu
Ini kisah nyata dan banyak teman dekat saya, juga adik ipar yang mengisahkan tentang penelpon tak dikenal akan mengatakan bahwa si A,B atau C yang dia klaim sebagai salah seorang anggota keluarga kita sedang ada di kantor polisi, karena tertangkap sedang memakai narkoba.
DI bawah ini modus penipuan pakai iming-iming hadiah, Penulis iseng jawab "Horee blah blah blah". Nggak dijawab tuh?! *saya tersenyum simpul jadinya*
Modus penipuan itu, menurut Penulis antara lain disebabkan mentalitas tidak mau berusaha secara positif dan gigih, ingin mendapatkan uang tapi tidak mau bersusah payah bekerja benar, peras keringat atau peras otak sama sekali.
Modus lain yang juga menyasar pengguna HP, yaitu SMS. Sudah menjadi candaan dan rahasia umum adanya SMS Mama, Papa, Ananda, Abang, Adik minta pulsa – ya, kan? Itu masih saja dilakukan oleh orang-orang bodoh dan tidak bertanggung jawab.
Lain modus namun satu platform (SMS), pesan pendek bernada akrab, menggoda, bikin penasaran, kadang sok romantis – iklan porno, iklan jualan perlengkapan seks, atau layanan seks. Spesifiknya: pesan pendek seolah pengirim itu calon pembeli tanah/ calon pembeli/penyewa rumah, calon pembeli mobil kita, pemberitahuan hadiah undian dari bank, iklan menjual untuk pria/wanita, tawaran menjadi teman ngobrol dengan embel-embel “No Sara, No Sex” – (Red.: halah!)
Memang, anak-anak sekarang sudah cukup cerdas, malah mungkin lebih cerdas daripada kita. Namun disayangkan bahwa SMS liar itu akan membuat kepo remaja kita – kalau mereka tidak cukup kuat menahan godaan rasa penasaran. Asumsinya adalah bila penerima bukan orang-orang atau anak dan remaja pada umumnya, yang tentu tingkat kecerdasan emosi dan emosionalnya tidak sama satu sama lainnya, pun cara menganggapinya, dsb.
Soal cari uang dengan menyalahgunakan platform yang pastinya dibuat oleh penciptanya dengan niat baik – dalam hal ini youtube, misalnya, atau facebook juga – juga sangat meresahkan. Lagi-lagi, asumsinya adalah bahwa anak dan remaja (termasuk mahasiswa) bisa saja tergiring untuk menjadi penasaran dengan thumbnail video yang menampilkan adegan ranjang dan tubuh telanjang film-film remaja Korea (yang ini banyak sekali), dan asumsinya – filter ‘pengaman anti pornografi dan lainnya’ di internet bisa saja ditembus tanpa sengaja, toh mudah sekali peselancar (siapa pun) tanpa sengaja menemukan yang ‘aneh-aneh’ di internet dari berbagai platform tersebut.
Saya set ulang google search history-nya saya hapus. Saya ketik “drama movies for teenagers” – lha yang muncul malah kanal-kanal dengan lusinan video remaja Korea yang vulgar (juga).
Herannya, video barat (pemosting barat) malah lebih jarang yang seperti itu. Ini bukan bermaksud mendiskreditkan pihak-pihak atau negara tertentu sebagai pemosting dan pemroduksi film-film atau video porno atau yang tidak bermutu.
Ok, kembali ke soal penyalahgunaan SMS dan telepon untuk menipu sebagai judul artikel ini. Kadang terpikirkan oleh Penulis, jangan-jangan ini bagian dari dampak yang tidak diharapkan dari promosi “sekian ratus pulsa gratis bila melakukan sekian kali SMS”, atau bonus sekian ribu pulsa bila melakukan panggilan sekian kali, dsb. Ini pikiran awam/naif Penulis saja.
Untuk membeli pulsa baru, dan menggunakannya di gawai (gadget) tertentu, pelanggan diwajibkan mendaftarkan diri ke operator, menyerahkan fotokopi KTP, nah, tampaknya hal ini masih tidak efektif pemanfaatnya untuk kontrol tindakan terkait kriminalitas dan bisnis ilegal.
“Pusing deh kepala Barbie!”
Pikir-pikir, penjahatnya banyak banget ya? Banyak orang ingin jalan pintas. Dan itu bisa berisiko hilangnya nyawa orang lain yang menjadi korbannya (lha kalau kena serangn jantung saking kagetnya ditelepon orang tak dikenal bawa kabar buruk? ). Ini tentu adalah pernyataan ekstrim Penulis. Semoga kita semua diberi perlindungan selalu oleh Yang Maha Kuasa. Yang jahat disadarkan bagaimana pun jalannya. Amin.
Salam Kompasiana. | @IndriaSalim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H