Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Puisi dan Penyair, Kisah Penulis Berakhir

22 Februari 2016   16:00 Diperbarui: 22 Februari 2016   20:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Puisi dan Penyair, Kisah Penulis Berakhir |Foto: Indria Salim"][/caption]Dia insan jelata

Tampaknya.

 *

Dia bukan penyair

Kata mereka.

 *

Dia menggantungkan asa

Di udara hampa

Dia terus menuliskan puisinya

Bermimpi menjadi seorang Taufik Ismail

Atau Charil Anwar

 *

Dia menghuni gubuk reyot

Kamar sempit bercahaya irit

Tempat batin menjerit

“Oh aku ingin ternama, kaya, dan dipuja,” rintih pedih di kamar sempit

Hari ini menulis gadis pemberani yang malah dibully

Kemarin puisinya tentang dalang yang bunuh diri, karena aliran rezekinya terhenti

*

Ibunya bersedih karena anaknya selalu mengurung diri

Menulis derita

Menulis suka cita

Menulis harapan

Menulis kekejaman

Menulis keberhasilan

Menulis pembunuhan

Dan menulis dirinya menuju kematian

 *

Saudaranya mengira dia sudah kenthier

Tak satu tulisan pun yang pernah terbit

Tak ada namanya terpajang di media massa

Bukan pula pemenang lomba menulis

“Saudaraku perlu ahli penyakit jiwa,” begitu ungkap abangnya.

 *

Induk semang mengetuk pintu kamarnya

Mengira akan menagih hutang

Tunggakan sewa kamar yang hampir dia relakan

Namun anaknya sedang sakit

Induk semang butuh duit

Hanya dia yang menulis di kamar

Tempatnya berharap mendapat bayaran

Yang lama tak didapatkan

 *

Tiada sahutan dari dalam

Induk semang meradang

Anaknya sedang mengerang-erang

Harus dilarikan ke rumah sakit

Namun tak ada duit

Untuk membawa yang sakit

 *

Tak ada tanda kehidupan

Induk semang meminta bantuan

Pak RT dihadirkan

Menjadi saksi kejadian

 *

Tak ada tanda kehidupan

Semua terbentang

Dalam kelam nan jalang

Tak ada puisi

Tak juga gurindam

Atau lembaran koran bukti terbit

Induk semang menjerit

Penyewa kamar bersimbah darah

Memutus urat nadi sendiri

Siapa yang mengira

Dia menyesap tetes terakhir di ujung pena

Takdir getir di tangannya sendiri

Dia, yang sudah menulis. | @Indria Salim

 

*) Puisi ini karangan asli oleh penulisnya, dan pertama kali diunggah di Kompasiana.

Puisi Lainnya:

[100Puisi] Namaku Sadermono --
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/indriasalim/100puisi-namaku-sadermono_56c2e3d5f49273b40782acf6

[100Puisi] Politik Kemiskinan --
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/indriasalim/100puisi-politik-kemiskinan_56c520aece92730905de60ee

[100Puisi] Tentang Seratus Puisi -
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/indriasalim/100puisi-tentang-seratus-puisi_56c6a2715797735707f3039a

(Puisi titipan ponakan: Sellyn Penulis Krucil)

Sobatku Anak Tukang Bakso --
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/sellynnayotama/sobatku-anak-tukang-bakso_56c448eaae92735e099e7a8c

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun