Dua hari yang lalu (10/2/2016), sekitar empat orang petugas keamanan atau pecalang dari Banjar Temacun, Kuta, bekerjasama dengan aparat dari Kepolisian Sektor Kuta dan petugas keamanan vihara mengamankan jalannya ibadah Hari Raya Imlek oleh warga Tionghoa.Â
Pecalang tersebut turut mengatur kelancaran lalu lintas di sekitar kawasan Jalan Blambangan dan Jalan Raya Kuta mengingat klenteng itu berada di tengah-tengan kawasan wisata padat Kuta.
Harmoni keberagamaan dan akulturasi budaya begitu kental terasa di vihara dan lingkungan sekitarnya. Salah satunya hiasan bambu dan janur atau "penjor" khas buatan umat Hindu berpadu dengan ratusan lampion yang menyemarakkan vihara itu.
Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan jatuh pada hari Rabu, 10 Februari 2016, dirayakan oleh seluruh umat Hindu Bali yang berada di Bali maupun wilayah lainnya. Hari Raya Galungan adalah peringatan atas terciptanya alam semesta beserta isinya, dan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).
Hari Raya Kuningan
Hari raya Kuningan menutup rangkaian hari raya Galungan yakni 10 hari sesudah hari raya Galungan, yaitu pada tanggal 20 Februari 2016. Kata kuningan sendiri memiliki makna ka-uningan yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.
Dalam hal ini, penjor yang dipasang di depan setiap rumah dan lingkungan perumahan, perkantoran dan sebagainya dimaksudkan sebagai persembahan kepada Bhatara Mahadewa yang berkedudukan di Gunung Agung.
Penjor adalah sebuah tiang bambu dengan tinggi 8 meter yang biasanya dihias dengan beraneka ragam bunga, buah-buahan, padi dan palawija, dekorasi bernuansa janur, serta diberi sesaji di pangkalnya.
Selain itu, Penjor sebenarnya juga digunakan hampir dalam semua ritual penting bagi umat Hindu di Bali, termasuk dalam piodalan (hari suci) perayaan hari jadi pura atau tempat suci lainnya. Intinya, Penjor dipakai untuk menyembah Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Giri Pati.