LPDP memberi beasiswa untuk putra terbaik, tercerdas, berkomitmen memajukan Indonesia. Ini untuk mengantisipasi tahun 2045 sebagai tahun emas Indonesia yang mencapai usia 45 tahun kemerdekaannya.
Ternyata dosen bisa dapat beasiswa dalam program Indonesia Presidential Scholarship. Untuk ini, wawancara pelamar diadakan setahun sekali.
Sejauh ini sudah ada sepuluh orang Guru sebagai penerima beasiswa LPDP. Bidang studi banyak opsi. Silakan cek kualifikasi Anda apakah sesuai dengan kriteria seperti yang tercantum di website ini.
LPDP memungkinkan program beasiswa dipakai untuk meneliti hal terkait kebutuhan Indonesia, karena dananya bukan berasal dari negara lain.
[caption id="attachment_333031" align="aligncenter" width="560" caption="Sesi tanya-jawab (Dokpri)"]
Presentasi berikutnya disampaikan oleh Pak Dicky Chandra (Kepala Divisi Evaluasi Dana Rehabilitasi Pendidikan), yang melengkapi presentasi dari nara sumber sebelumnya. Beberapa poin penting yang disampaikannya antara lain tentang pengembangan SDM dengan adanya beasiswa, yaitu layanan LPDP untuk riset dan rehabilitasi fasilitas pendidikan. Pendanaan riset untuk produk komersial dan implementatif. Tujuannya, mengembangkan dan menghasilkan produk, kebijakan publik, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pelestarian nilai dan budaya bangsa - dan ini arahnya untuk meningkatkan daya saing bangsa dengan riset yang menghasilkan produk bermanfaat.
Ada beberapa tingkatan dana riset, yaitu dasar, terapan, keahlian, pengembangan protap, dan standardisasi.
Cakupan bidang riset yang didanai adalah ketahanan pangan, teknologi, tata kelola, ekonomi, masalah pelestarian lingkungan, bidang sosial dan kebududayaan.
Pak Dicky Chandra (LPDP) mengutip pernyataan para pakar, bahwa indikator untuk mengetahui suatu bangsa itu maju adalah dengan melihat SDM yang berkualifikasi tinggi, dan juga pencapaian produk hak paten (HAKI) dan hak cipta oleh bangsa itu. Terkait dengan hal ini, dikatakan bahwa riset implementatif masih berupa riset terapan, dan outputnya bisa layak teknologi yang berupa paten.
Bantuan untuk riset komersial, khususnya untuk bidang ketahanan pangan dan kesehatan. Komponen yang bisa didanai adalah gaji/ upah nara sumber, uji pasar, perjalanan dalam negeri, dan operasional distribusi. Bantuan untuk riset implementatif mencakup bidang tata kelola, sosial budaya dll, yang besarannya hampir sama dengan pendanaan untuk riset komersial, namun hanya prosentase (gaji/upah/perjalanan) yang berbeda.
Untuk riset komersial, maksimal dana yang diberikan adalah Rp 2 milliar per judul per tahun, sedangkan riset implementatif maksimal sebesar Rp 500 juta per judul per tahun.
Kesamaan persyaratan untuk itu kedua jenis riset (komersial dan non-komersial) adalah bahwa riset dilakukan dalam wilayah RI baik, bersifat multi disiplin agar memberikan perspektif lengkap ttg permasalahan bangsa.
Untuk riset komersial diperlukan syarat tambahan, yaitu wajib melibatkan mitra, yang diharapkan agar kelak bisa langsung mengkomersialkan hasil riest yg dihasilkan.