Mohon tunggu...
Indria
Indria Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang ketik

Sama seperti orang kebanyakan. menulis karena ingin berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Mati Maeda Untuk Indonesia

17 Agustus 2015   09:51 Diperbarui: 17 Agustus 2015   09:51 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Laksamana Muda Maeda sumber wikipedia"][/caption]
Tak banyak kenangan yang bisa diingat oleh Nishimura Toaji Maeda, anak Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang era Perang Pasifik, Laksamana
Muda Maeda Tadashi, mengenai perumusan naskah proklamasi.

"Ayah saya orangnya pendiam. Tidak banyak hal yang diceritakan kepada saya, mungkin lebih banyak kepada ibu saya," ujar Nishimura saat ditemui pada Napak Tilas Proklamasi 2015, di Jakarta, 16 Agustus 2015.

Dari ibunya, yang masih mempunyai darah keturunan Jawa, Nishimura baru mengetahui peran ayahnya. Saat perumusan naskah proklamasi berlangsung, Nishimura masih berumur dua tahun.

Dia sempat melihat naskah proklamasi tersebut, cuma tak mengerti apa yang ditulis.

Kemerdekaan Indonesia, tak bisa lepas dari peran Laksamana Muda Maeda. Maeda mempersilakan kediamannya yang berada di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi.

Pada saat itu ada perjanjian, jika Jepang kalah perang maka Indonesia kembali ke pangkuan Belanda. Angkatan Darat Jepang setuju, tetapi Angkatan Laut Jepang tidak setuju.

Laksamana Maeda berpendapat, daripada diserahkan ke Belanda lebih baik dimerdekakan saja. Maeda menjamin kediamannya tersebut sebagai tempat yang aman dalam perumusan naskah proklamasi.

Saat ini, rumah Maeda tersebut dijadikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

"Ayah saya memilih tidur di kamarnya, saat perumusan naskah proklamasi berlangsung," ujarnya.

Kamar Maeda terletak di pojok kanan lantai dua rumah tersebut. Setelah disahkan, Maeda turun dari lantai atas dan memberikan ucapan selamat kepada seluruh para penyusun naskah proklamasi.

Para penyusun naskah proklamasi terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, juru ketik Sayuti Melik, BM Diah, dan lainnya.

Nishimura yang saat ini telah berusia 72 tahun tersebut merupakan anak tunggal dari Laksamana Muda Maeda. Nishimura lahir di Indonesia, tepatnya di rumah dinas Maeda yang saat ini beralih menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

"Saya sangat terharu bisa hadir di sini dan menyaksikan napak tilas proklamasi ini berlangsung," cetus Nishimura yang baru pertama kali hadir ke acara tersebut.

Nishimura mengaku sudah beberapa kali datang ke Tanah Air. Kedatangannya pertama kali ke Indonesia, pada tahun lalu.

"Waktu itu saya sakit dan butuh suasana baru, kemudian ibu saya mengajak saya ke Indonesia. Ibu saya berpesan, tinggalkanlah kenangan baik akan Indonesia," kenang dia.

Tak lama setelah datang ke Indonesia, ibunya tersebut meninggal dunia.

    
Rakyat Biasa

Selepas kembali ke Jepang karena kalah perang, Laksamana Muda Maeda harus menghadapi persidangan di pengadilan militer.

Disinggung, apakah itu ada kaitannya dengan peran mendukung kemerdekaan Indonesia, Nishimura mengaku tak ada hubungannya.

"Ayah saya memang sudah diincar dan diadili secara militer. Di
pengadilan, ayah saya mengatakan tidak menyukai perperangan dan lebih suka perdamaian. Akhirnya, dia pun dibebaskan," kenang lelaki yang melakoni profesi sebagai pengusaha tersebut.

Apa yang dilakukan oleh Maeda, semata karena kecintaannya pada Indonesia.

Setelah dibebaskan, perwira tinggi Angkatan Laut Jepang tersebut berhenti dari kemiliteran. Maeda menjauhi politik dan militer.

"Ayah saya, memang kurang suka dengan protokoler. Dia lebih memilih menjadi rakyat biasa dan bebas pergi kemana saja," tuturnya.

Maeda juga beberapa kali datang ke Indonesia setelah merdeka, karena kecintaannya pada negara yang pernah dijajah Jepang tersebut.

Bahkan saat Maeda sakit, Bung Karno pernah menjenguknya di Tokyo. Maeda yang lahir di Kagoshima, Jepang, menghembuskan napas terakhir di Tokyo pada 13 Desember 1977.

Tahun depan, Nishimura berencana membawa dan menaburkan abu ayahnya tersebut di Indonesia.

"Ayah saya sangat mencintai Indonesia dan selepas kemerdekaan Indonesia ingin kembali ke Indonesia. Beliau sangat cinta dengan Indonesia," cetus dia.

Nishimura berencana akan membawa abu ayah, ibu, kakek, dan neneknya.

"Kami mempunyai darah Indonesia. Nenek saya dari garis keturunan ibu adalah orang Jawa. Sementara kakek saya orang Jepang," paparnya.

Meski demikian, dia mengaku belum tahu kemana abu tersebut akan
ditaburkan. Menurut dia, yang terpenting di Tanah Jawa.

"Bisa juga ditaburkan di laut," tukas dia.

Berkat peran Maeda pada kemerdekaan Indonesia, maka tak heran banyak wisatawan asal Jepang yang datang ke museum menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia.
    
Gesekan

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari dijatuhi bom atom di Hiroshima dan Nagasaski, 6 dan 9 Agustus 1945, oleh pesawat bom atom Amerika Serikat.

Kaisar Hirohito menyatakan menyerah terhadap sekutu dalam Perang Dunia II karena ratusan ribu rakyat Jepang menjadi korban bom atom itu.

Kekalahan Jepang itu tidak diketahui oleh Indonesia. Tokoh pergerakan Indonesia, Sutan Syahrir termasuk orang yang duluan tahu mengenai kekalahan Jepang.

"Pada saat itu, terjadi gesekan dengan golongan tua yang dipelopori Bung Karno, yang menginginkan agar tidak ada nyawa yang melayang dalam mencapai kemerdekaan Indonesia," ujar sejarahwan Roesdy Hossein.

Proklamasi juga tak terlepas dari peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, tidak jauh dari Karawang. Kemudian, disepakati proklamasi kemerdekaan akan diproklamasikan secepat mungkin.

Di rumah Maeda-lah, naskah proklamasi itu dirumuskan. Hal itu terjadi, karena Maeda sangat mencintai Indonesia, bahkan cinta itu pun dibawa mati.

 

*tulisan saya, yang sudah dipublikasikan di beberapa media online
    

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun