Seiring dengan mulai melandainya kasus aktif covid-19 di Indonesia sedikit banyak telah memberikan secercah harapan bagi kita semua di dunia retail optik yang selama PPKM Jawa-Bali kemarin seperti mati suri layaknya hidup segan mati tak mau akibat kebijakan penutupan pusat-pusat perbelanjaan di wilayah pulau Jawa dan pulau Bali.Â
Situasi saat ini tentunya menghadirkan suatu euforia di masyarakat dimana mereka kini secara beramai-ramai ingin ke mall-mall dan pusat perbelanjaan baik untuk berbelanja ataupun sekedar leisure dengan nongkrong di mall. Oleh karena itu inilah momen yang sangat tepat untuk kita me-refresh kembali kemampuan pemeriksaan kita.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa prevalensi hypermetropia di Indonesia saat ini sudah mulai bisa dikatakan cukup banyak. Contoh termudah kini di optik dimana kita bekerja pun sebagai seorang eye care professional sudah mulai sering menemui pelanggan yang setelah diperiksa ternyata ukuran refraksinya ternyata plus (+) bukan?Â
Belum lagi menurut penelitian yang dilakukan di berbagai negara menyatakan bahwa anak-anak berusia 5 hingga 15 tahun memiliki prevalensi yang cukup tinggi dimana dinyatakan memiliki kelainan refraksi hypermetropia yang mana prevalensinya semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia pada anak-anak tesebut.
Salah satu tahapan paling krusial dalam proses pemeriksaan refraksi pelanggan kita dengan kelainan refraksi hypermetropia tersebut tentu kita tidak dapat lepas dari yang namanya teknik fogging.Â
Nah pertanyaan saya saat ini sederhana, apakah teman-teman tau apa yang terjadi didalam mata pelanggan kita disaat kita melakukan teknik fogging tersebut? Jika belum tahu atau masih agak buram-buram ataupun ingin sekedar refresh yuk baca tulisan ini sampai selesai. Â
Mengapa Fogging Itu Penting?
Dikatakan didalam jurnal-jurnal serta penelitian yang kemudian disepakati oleh para opthalmologist dan para optometrist bahwa teknik fogging merupakan suatu teknik dimana teknik ini menggunakan lensa spheres plus yang bertujuan untuk mengendalikan atau mengistirahatkan akomodasi mata pasien didalam proses pemeriksaan refraksi baik saat menggunakan phoroptor, trial lens set atau bahkan streak retinoscopy.Â
Sedangkan akomodasi sendiri merupakan suatu kemampuan natural lensa mata kita yang berada didalam mata untuk mengubah bentuknya yang bertujuan agar dapat memfokuskan penglihatan pada jarak yang berbeda-beda.
Didalam tahapan-tahapan pemeriksaan refraksi akomodasi ini menjadi sesuatu yang tidak diharapkan karena akomodasi akan menghasilkan variabel-variabel yang tidak dapat dikontrol didalam proses pengukuran ukuran mata itu sendiri sehingga seringkali akomodasi ini dianggap menyulitkan seorang eye care professional dalam mendapatkan ukuran yang tepat untuk pelanggannya.