Mohon tunggu...
Indra Agung Putrantoro
Indra Agung Putrantoro Mohon Tunggu... Musisi - Musician | Diploma in Optometry | Undergraduate Student in History Education

Seorang penikmat musik dan sejarah yang santuy, no offense dan jangan terlalu serius dengan tulisan-tulisan dari saya.. Surel : indra.putrantoro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Cara Lensa Fogging Bekerja dalam Tahapan Pemeriksaan Refraksi Mata

19 Oktober 2021   11:13 Diperbarui: 19 Oktober 2021   11:17 2606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.alodokter.com/

Seiring dengan mulai melandainya kasus aktif covid-19 di Indonesia sedikit banyak telah memberikan secercah harapan bagi kita semua di dunia retail optik yang selama PPKM Jawa-Bali kemarin seperti mati suri layaknya hidup segan mati tak mau akibat kebijakan penutupan pusat-pusat perbelanjaan di wilayah pulau Jawa dan pulau Bali. 

Situasi saat ini tentunya menghadirkan suatu euforia di masyarakat dimana mereka kini secara beramai-ramai ingin ke mall-mall dan pusat perbelanjaan baik untuk berbelanja ataupun sekedar leisure dengan nongkrong di mall. Oleh karena itu inilah momen yang sangat tepat untuk kita me-refresh kembali kemampuan pemeriksaan kita.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa prevalensi hypermetropia di Indonesia saat ini sudah mulai bisa dikatakan cukup banyak. Contoh termudah kini di optik dimana kita bekerja pun sebagai seorang eye care professional sudah mulai sering menemui pelanggan yang setelah diperiksa ternyata ukuran refraksinya ternyata plus (+) bukan? 

Belum lagi menurut penelitian yang dilakukan di berbagai negara menyatakan bahwa anak-anak berusia 5 hingga 15 tahun memiliki prevalensi yang cukup tinggi dimana dinyatakan memiliki kelainan refraksi hypermetropia yang mana prevalensinya semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia pada anak-anak tesebut.

Salah satu tahapan paling krusial dalam proses pemeriksaan refraksi pelanggan kita dengan kelainan refraksi hypermetropia tersebut tentu kita tidak dapat lepas dari yang namanya teknik fogging. 

Nah pertanyaan saya saat ini sederhana, apakah teman-teman tau apa yang terjadi didalam mata pelanggan kita disaat kita melakukan teknik fogging tersebut? Jika belum tahu atau masih agak buram-buram ataupun ingin sekedar refresh yuk baca tulisan ini sampai selesai.  

Mengapa Fogging Itu Penting?

Dikatakan didalam jurnal-jurnal serta penelitian yang kemudian disepakati oleh para opthalmologist dan para optometrist bahwa teknik fogging merupakan suatu teknik dimana teknik ini menggunakan lensa spheres plus yang bertujuan untuk mengendalikan atau mengistirahatkan akomodasi mata pasien didalam proses pemeriksaan refraksi baik saat menggunakan phoroptor, trial lens set atau bahkan streak retinoscopy. 

Sedangkan akomodasi sendiri merupakan suatu kemampuan natural lensa mata kita yang berada didalam mata untuk mengubah bentuknya yang bertujuan agar dapat memfokuskan penglihatan pada jarak yang berbeda-beda.

Didalam tahapan-tahapan pemeriksaan refraksi akomodasi ini menjadi sesuatu yang tidak diharapkan karena akomodasi akan menghasilkan variabel-variabel yang tidak dapat dikontrol didalam proses pengukuran ukuran mata itu sendiri sehingga seringkali akomodasi ini dianggap menyulitkan seorang eye care professional dalam mendapatkan ukuran yang tepat untuk pelanggannya.

Teknik fogging memiliki goal yaitu bayangan digiring maju supaya jatuh didepan retina. Jika bayangan jatuhnya didepan retina maka ketika lensa mata berakomodasi akan menyebabkan penglihatan pelanggan kita menjadi blur, nah disaat blur inilah lensa mata secara natural berusaha membuat penglihatan menjadi lebih jelas dengan melakukan rileks akomodasi dan voila kita pun berhasil mengontrol akomodasi mata pelanggan kita dengan teknik fogging tersebut.

Apa Yang Terjadi Didalam Mata?

Disaat mata kita diberikan lensa koreksi namun tanpa diberikan lensa fogging terlebih dahulu. Bayangan menjadi jatuh dibelakang retina sehingga penglihatan pelanggan akan melihat masih sedikit agak kurang jelas. 

Karena kondisi tersebut secara alami lensa mata akan berakomodasi dengan cara membuat lensa mata menjadi lebih cembung agar bayangan dapat ditarik menjadi jatuh tepat di retina. Variabel power akomodasi lensa mata inilah yang menyulitkan pemeriksa mendapatkan ukuran koreksi yang tepat untuk pelanggannya.

Disaat kita menambahkan lensa fogging dengan power plus yang mencukupi maka bayangan menjadi berada didepan retina yang membuat pengihatan pelanggan kita menjadi blur. Secara otomatis lensa mata akan mencoba berakomodasi namun yang terjadi penglihatannya bukan menjadi jelas namun malah menjadi semakin blur. 

Mata pelanggan mulai menyadari bahwa ketika dia berakomodasi penglihatannya malah menjadi semakin buram maka lensa mata secara otomatis diinstruksikan untuk beristirahat. Dan inilah kondisi ketika mata kita rileks akomodasi adalah sangat sempurna untuk kita bisa mendapatkan ukuran koreksi penglihatan yang terbaik karena variabel yang tidak terkontrol dari proses akomodasi berhasil kita istirahatkan.

Dan Jangan Lupa!

Setelah kita sukses melakukan teknik fogging jangan lupa untuk melakukan teknik duochrome test untuk menetralisasi teknik fogging yang telah kita lakukan sebelumnya. Terutama ketika kita akan melanjutkan ke tahapan teknik cross-cylinder untuk mencari axis dan power astigmat pelanggan kita. Teknik fogging hypermetropia ini berbeda dengan teknik fogging astigmat yang mungkin bisa kita bahas dikesempatan yang lain. 

Karena dalam teknik cross-cylinder sendiri akomodasi masih dibutuhkan pelanggan kita untuk dapat membedakan objek pertama dan kedua didalam tahapan pencarian axis maupun power astigmatnya. *iap (disarikan dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun