Endemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang melanda Kota Wuhan - Tiongkok pada akhir tahun 2019 berubah statusnya menjadi pandemi global Covid-19. Perubahan status tersebut diumumkan secara resmi oleh badan kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization) pada 11 Maret 2020.
Jika statusnya sudah pandemi tentu wabah penyakit ini telah terjadi pada wilayah geografis yang sangat luas atau telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Padahal sejak awal ditemukan virus tersebut hingga menjalar ke seluruh dunia hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 (tiga) bulan saja.
Penyebaran Covid-19 yang begitu cepat melewati batas negara, melintasi samudera dan benua tentu sangat menarik jika ditinjau dalam persfektif ilmu geografi sebagai ilmu yang mengkaji keruangan (spatial).
Meski tidak tergolong virus mematikan namun penyebaran atau penularan virus Corona termasuk kategori sangat cepat, sehingga berdampak sangat luas diberbagai bidang baik sosial, ekonomi, lingkungan bahkan geopolitik dunia.
Hal ini terbukti dalam kurun waktu kurang dari 4 bulan saja, Covid-19 sudah menyebar ke 207 negara. Berdasarkan data yang ada saat ini jumlah kasus positif telah lebih dari 1 juta dengan jumlah kematian lebih dari 50 ribu  jiwa.
Secara geografis kota Wuhan yang merupakan kota dimana pertamakali ditemukannya virus Corona adalah ibukota dari provinsi Hubei-Tiongkok. Kota Wuhan temasuk kategori kota dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
Berdasarkan data New World Encyclopedia, kota Wuhan memiliki wilayah seluas 8.494,41 km atau seluas kota London di Inggris. Jika dibandingkan dengan Jakarta, luas kota Wuhan 12 kali lebih besar atau 50 kali lebih besar dari kota Bandung.
Kota Wuhan dengan jumlah penduduk 11 juta jiwa merupakan kota terpadat di China bagian tengah.dan termasuk ke dalam kategori kota terbesar ke-42 di dunia.
Secara klimatologis kota Wuhan termasuk dalam kota dengan iklim subtropis dengan curah hujan tinggi dan memiliki 4 (empat) musim. Pada saat pertamakali ditemukannya virus Corona, kota Wuhan berada pada kondisi suhu udara berkisar antara 5-11 dengan tingkat kelembapan uaara antara 47-49%.
Setidaknya ada beberapa faktor geografi baik fisik maupun sosial yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap kecepatan laju penularan Covid-19. Faktor geografi fisik tersebut diantaranya adalah fenomena pergantian musim dan unsur-unsur cuaca/iklim.
Unsur-unsur cuaca/iklim yang yang dominan diantaranya adalah suhu udara dan kelembapan udara. Sementara  faktor geografi sosial yang berpengaruh diantaranya adalah tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah dan mobilitas atau interaksi penduduk.
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan baru-baru ini disebutkan bahwa temperature dan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju penyebaran Covid-19. Sehingga ada beberapa ahli yang memprediksi Covid-19 akan berakhir pada musim panas (musim kemarau di wilayah Indonesia), yakni pada bulan Juni-Juli mendatang.
Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Sajadi Bersama Institute of Human Virology (SMI policy Paper 18 Vol II, Maret 2020), dikatakan bahwa penyebaran virus Corona tersebut mempunyai pola musiman yang teratur. Hal tersebut sama dengan halnya bagaimana penularan pada penyakit influenza atau lainnya yang disebabkan oleh virus yang pada umumnya memiliki pola musiman.
Berdasarkan hasil analisis Sajadi et. al. (2020), sebagaimana dikemukakan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati bahwa sebaran kasus Covid-19 pada saat outbreak (penyebaran) gelombang pertama, berada pada zona iklim yang sama, yaitu pada posisi lintang sedang dan tinggi yakni, wilayah subtropis dan sedang.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa negara-negara dengan lintang sedang dan tinggi cenderung mempunyai kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang terdapat pada lintang rendah (ekuator).
Demikian juga penelitian lain yang dilakukan oleh JingyuanWang et. al. (2020) menjelaskan pula bahwa serupa dengan virus influenza, virus Corona ini cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara dingin dan kering. Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus.
Sementara Araujo dan Naimi (2020) memprediksi dengan model matematis yang memasukkan kondisi demografi manusia dan mobilitasnya, mereka menyimpulkan bahwa iklim tropis dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut.
Mereka juga menjelaskan lebih lanjut bahwa terhambatnya penyebaran virus dikarenakan kondisi iklim tropis dapat membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil, sehingga penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat, dan akhirnya kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemi juga akan terhambat.
Sebetulnya kesimpulan yang dapat diambil adalah bahaw penyebaran Covid-19 lebih berpotensi besar pada wilayah yang beriklim sedang atau subtropis dibandingkan dengan wilayah yang beriklim tropis. Wilayah yang beriklim sedang atau sub tropis disini khususnya adalah wilayah yang terdapat pada lintang 30-50 derajat baik lintang utara maupun selatan.
Oleh karenanya wilayah yang memiliki 4 musim lebih berpotensi besar dan memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi dalam hal kecepatan penularannya. Penyebaran virus Corona akan semakin cepat apabila kondisi suhu udaranya berkisar antara 5 -- 11 dengan kelembaban udara sekitar 47-79 persen.
Hal ini dibuktikan dengan pola penyebaran hingga saat ini, wilayah Asia Tenggara yang jaraknya rekaltif dekat dengan epicentrum Covid-19 jika dibandingkan dengan negara-negara Benua Eropa atau pun Amerika namun jumlah kasus dan korban meninggalnya jauh lebih sedikit dibanding negara-negara tersebut.
Saat ini menurut data John Hopkins dan ditambahkan data dari detik.com terdapat 5 (lima) negara dengan jumlah korban terbanyak akibat pandemi Covid-19 adalah : Amerika Serikat, Italia, Spanyol, China dan Jerman. Sehingga semua negara di dunia sedang berperang melawan Covid-19, berbagai strategi dilakukan untuk menghentikan laju penularan virus yang telah mengubah tatanan dunia.
Pada intinya strategi yang dilakukan oleh masing-masing negara menuntut kerjasama, solidaritas dan gotong royong antara pemerintah dan masyarakat.
Bahkan beberapa negara melakukan lockdown (penutupan akses masuk maupun keluar suatu negara yang terdampak) untuk menghentikan laju pennyebaran Covid -19. Namun ada juga beberapa negara yang hanya sekedar melakukan strategi social/ physical  distancing (menjaga jarak fisik maupun sosial) dan karantina wilayah.
Jika kita mengacu pada hasil penelitian tersebut sebetulnya secara geografis dan klimatologis wilayah Indonesia bukanlah wilayah yang baik untuk bertahan hidup bagi virus Corona.
Karena wilayah kita berada pada iklim tropis dengan suhu rata-rata lebih dari 27 dan tingkat kelembapan yang tinggi hingga mencapai 80-90 persen. Sehingga kita sangat diuntungkan laju penyebaran Covid-19 secara alamiah telah dihambat oleh kondisi geografis negeri kita.
Hanya saja ada faktor lain yang berpotensi mempercepat laju penyebaran Covid-19 yakni faktor demografi yang meliputi tingkat kepadatan, mobilitas atau interaksi penduduk yang tinggi.
Oleh karenanya langkah strategis yang dilakukan adalah pembatasan terhadap mobilitas dan interaksi penduduk. Sebagaimana yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini yang mengeluarkan kebijakann pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi virus Corona sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran COVID-I9.
Oleh karenanya keberhasilan upaya pemerinah dalam menghentikan laju penularan Covid-19 sangat tergantung pada kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kebijakan tersebut.
Ketika seluruh lapisan masyarakat dapat mematuhi kebijakan tersebut maka tentunnya akan semakin cepat kita dapat menghentikan laju penularan Covid-19 terlebih lagi dengan adanya dukungan dari alam melalui datangnya musim kemarau atau musim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H