Dalam beberapa penelitian yang dilakukan baru-baru ini disebutkan bahwa temperature dan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju penyebaran Covid-19. Sehingga ada beberapa ahli yang memprediksi Covid-19 akan berakhir pada musim panas (musim kemarau di wilayah Indonesia), yakni pada bulan Juni-Juli mendatang.
Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Sajadi Bersama Institute of Human Virology (SMI policy Paper 18 Vol II, Maret 2020), dikatakan bahwa penyebaran virus Corona tersebut mempunyai pola musiman yang teratur. Hal tersebut sama dengan halnya bagaimana penularan pada penyakit influenza atau lainnya yang disebabkan oleh virus yang pada umumnya memiliki pola musiman.
Berdasarkan hasil analisis Sajadi et. al. (2020), sebagaimana dikemukakan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati bahwa sebaran kasus Covid-19 pada saat outbreak (penyebaran) gelombang pertama, berada pada zona iklim yang sama, yaitu pada posisi lintang sedang dan tinggi yakni, wilayah subtropis dan sedang.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa negara-negara dengan lintang sedang dan tinggi cenderung mempunyai kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang terdapat pada lintang rendah (ekuator).
Demikian juga penelitian lain yang dilakukan oleh JingyuanWang et. al. (2020) menjelaskan pula bahwa serupa dengan virus influenza, virus Corona ini cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara dingin dan kering. Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus.
Sementara Araujo dan Naimi (2020) memprediksi dengan model matematis yang memasukkan kondisi demografi manusia dan mobilitasnya, mereka menyimpulkan bahwa iklim tropis dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut.
Mereka juga menjelaskan lebih lanjut bahwa terhambatnya penyebaran virus dikarenakan kondisi iklim tropis dapat membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil, sehingga penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat, dan akhirnya kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemi juga akan terhambat.
Sebetulnya kesimpulan yang dapat diambil adalah bahaw penyebaran Covid-19 lebih berpotensi besar pada wilayah yang beriklim sedang atau subtropis dibandingkan dengan wilayah yang beriklim tropis. Wilayah yang beriklim sedang atau sub tropis disini khususnya adalah wilayah yang terdapat pada lintang 30-50 derajat baik lintang utara maupun selatan.
Oleh karenanya wilayah yang memiliki 4 musim lebih berpotensi besar dan memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi dalam hal kecepatan penularannya. Penyebaran virus Corona akan semakin cepat apabila kondisi suhu udaranya berkisar antara 5 -- 11 dengan kelembaban udara sekitar 47-79 persen.
Hal ini dibuktikan dengan pola penyebaran hingga saat ini, wilayah Asia Tenggara yang jaraknya rekaltif dekat dengan epicentrum Covid-19 jika dibandingkan dengan negara-negara Benua Eropa atau pun Amerika namun jumlah kasus dan korban meninggalnya jauh lebih sedikit dibanding negara-negara tersebut.
Saat ini menurut data John Hopkins dan ditambahkan data dari detik.com terdapat 5 (lima) negara dengan jumlah korban terbanyak akibat pandemi Covid-19 adalah : Amerika Serikat, Italia, Spanyol, China dan Jerman. Sehingga semua negara di dunia sedang berperang melawan Covid-19, berbagai strategi dilakukan untuk menghentikan laju penularan virus yang telah mengubah tatanan dunia.