Mohon tunggu...
Indra Yusuf
Indra Yusuf Mohon Tunggu... Akuntan - Universitas Mercu Buana

NIM: 55522110012 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Audit Sistem Informasi - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kritik Teknologi dan Digitalisasi Manusia Teori Donna J Haraway (55522110012 _ Indra Yusuf)

17 Desember 2023   10:34 Diperbarui: 18 Desember 2023   10:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof.Dr.Apollo
Prof.Dr.Apollo

Kritik Donna J Haraway terhadap Teknologi dan Digitalisasi Manusia 

Donna J. Haraway menerapkan beberapa prinsip dalam pemikirannya yang tercermin dalam karya-karyanya, khususnya dalam "A Cyborg Manifesto". Beberapa prinsip tersebut diantaranya:

  • Penghapusan Batas-Batas Biner adalah prinsip dalam pemikiran Donna J. Haraway, terutama sebagaimana dijelaskan dalam "A Cyborg Manifesto". Haraway menantang pemikiran tradisional yang memisahkan dunia menjadi kategori biner yang saling eksklusif, seperti manusia/hewan, manusia/mesin, dan laki-laki/perempuan. Dia berpendapat bahwa batas-batas ini terlalu kaku dan tidak mencerminkan realitas yang kompleks dan saling terkait. Dalam konteks cyborg, Haraway menggunakan metafora ini untuk menunjukkan bagaimana manusia modern telah menjadi hibrida dari organisme dan mesin. Cyborg, dalam pemikirannya, melambangkan entitas yang melampaui batasan-batasan biner tersebut, menciptakan identitas yang lebih fleksibel dan adaptif. Haraway berpendapat bahwa dengan menghapus batas-batas biner, kita dapat membuka jalan bagi pemahaman yang lebih inklusif tentang identitas dan keberadaan. Ini memungkinkan kita untuk melihat bagaimana interaksi antara manusia dan teknologi dapat menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru untuk keberadaan dan resistensi terhadap struktur kekuasaan yang menindas. Cyborg, sebagai konsep, menolak ide bahwa ada 'alamiah' yang murni atau 'buatan' yang murni, menunjukkan bahwa realitas kita adalah hasil dari interaksi yang terus-menerus antara berbagai faktor, termasuk teknologi, biologi, dan budaya. Dengan demikian, Haraway mendorong kita untuk memikirkan kembali cara kita memahami hubungan antara tubuh, identitas, dan teknologi, dan untuk menggunakan pemahaman ini sebagai dasar untuk politik yang lebih transformatif dan pembebasan.
  • Cyberfeminisme menurut Donna J. Haraway adalah sebuah gerakan yang menggabungkan teknologi dan feminisme untuk menantang dan mengubah diskursus yang didominasi oleh laki-laki dan untuk memperjuangkan inklusivitas serta transgresi dalam feminisme. Haraway memperkenalkan konsep cyberfeminisme dalam "A Cyborg Manifesto," yang diterbitkan pada tahun 1985, sebagai respons terhadap perubahan sosial dan teknologi yang terjadi pada saat itu. Dalam manifesto tersebut, Haraway menggunakan metafora cyborg untuk mengeksplorasi bagaimana identitas dapat dibentuk melalui interaksi dengan teknologi. Cyborg, sebagai hibrida antara organisme dan mesin, melambangkan kemungkinan untuk melampaui batasan-batasan biner yang telah lama diterima dalam masyarakat, seperti pembagian gender yang ketat antara laki-laki dan perempuan. Cyberfeminisme menolak pandangan esensialisme yang menganggap perbedaan gender sebagai sesuatu yang alami dan tidak berubah. Sebaliknya, Haraway menyarankan bahwa gender adalah konstruksi sosial yang dapat diubah dan dibentuk kembali melalui penggunaan teknologi. Dengan demikian, teknologi dapat menjadi alat untuk memperjuangkan kesetaraan dan memberdayakan kelompok yang terpinggirkan. Haraway juga menekankan pentingnya mempertimbangkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mendukung perjuangan feminis, bukan hanya sebagai alat untuk reproduksi sistem patriarki yang ada. Cyberfeminisme, dalam pandangan Haraway, adalah tentang menciptakan ruang di mana perempuan dapat menggunakan teknologi untuk mengekspresikan diri, berkolaborasi, dan membangun komunitas yang mendukung perubahan sosial. Cyberfeminisme menurut Donna J. Haraway adalah tentang memanfaatkan potensi teknologi untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif, di mana batasan-batasan yang memisahkan gender, spesies, dan bahkan antara manusia dan mesin, dapat diatasi. Haraway melihat teknologi sebagai sarana untuk menggugat dan mengubah struktur kekuasaan yang ada, serta sebagai alat untuk memperluas pemahaman kita tentang identitas, agensi, dan kebebasan. Dalam "A Cyborg Manifesto," Haraway menggambarkan cyborg sebagai metafora untuk kemungkinan-kemungkinan baru dalam kehidupan dan politik, di mana individu tidak lagi dibatasi oleh kategori sosial yang kaku dan normatif. Cyberfeminisme, dengan demikian, menantang narasi tradisional dan esensialisme gender, serta menolak ide bahwa teknologi secara inheren maskulin atau feminin. Haraway juga menekankan pentingnya kesadaran akan bagaimana teknologi dapat memperkuat atau menantang relasi kekuasaan. Dia mendorong kita untuk memikirkan kembali bagaimana kita berinteraksi dengan teknologi dan bagaimana kita dapat menggunakan teknologi untuk menciptakan bentuk-bentuk kehidupan yang lebih egaliter dan berkelanjutan. Cyberfeminisme, dalam pandangan Haraway, adalah gerakan yang inklusif dan transformatif yang tidak hanya berfokus pada isu-isu gender, tetapi juga pada bagaimana ras, kelas, seksualitas, dan faktor-faktor lain berinteraksi dengan teknologi dalam membentuk pengalaman manusia. Ini adalah ajakan untuk membangun aliansi antara berbagai gerakan sosial dan untuk menggunakan teknologi sebagai alat dalam perjuangan untuk keadilan sosial dan lingkungan.
  • Simbiosis dengan Teknologi berdasarkan "A Cyborg Manifesto", konsep simbiosis dengan teknologi  Donna J. Haraway dalam "A Cyborg Manifesto" mengusulkan ide bahwa manusia dan teknologi tidak lagi terpisah, tetapi telah berkembang menjadi entitas simbiotik yang saling bergantung. Simbiosis ini mencerminkan hubungan yang kompleks dan terjalin di mana teknologi menjadi bagian integral dari kehidupan manusia, mempengaruhi cara kita berkomunikasi, bekerja, dan memahami dunia. Haraway menggunakan metafora cyborg untuk menggambarkan entitas yang melampaui batasan tradisional antara organik dan buatan, menunjukkan bahwa manusia modern adalah hibrida dari keduanya. Dalam konteks ini, simbiosis dengan teknologi tidak hanya mencakup penggunaan alat atau perangkat, tetapi juga bagaimana teknologi mempengaruhi identitas kita, cara kita berpikir, dan struktur sosial kita. Simbiosis ini juga menantang pandangan esensialisme yang menganggap manusia dan teknologi sebagai entitas yang terpisah dan berlawanan. Haraway berpendapat bahwa kita harus merayakan dan memanfaatkan simbiosis ini untuk menciptakan bentuk-bentuk kehidupan yang lebih inklusif dan egaliter, di mana teknologi dapat digunakan untuk memperjuangkan kesetaraan dan memberdayakan kelompok yang terpinggirkan. Dalam pandangan Haraway, simbiosis antara manusia dan teknologi menawarkan peluang untuk mengatasi pembagian tradisional dan menciptakan masyarakat yang lebih adil. Haraway menekankan bahwa kita harus merayakan hubungan simbiotik ini dan menggunakannya untuk memajukan tujuan-tujuan sosial yang lebih luas. Teknologi, dalam konteks ini, bukan hanya alat yang digunakan untuk mempertahankan status quo, tetapi juga sebagai sarana untuk memperjuangkan kesetaraan dan memberdayakan mereka yang terpinggirkan. Haraway menolak pandangan esensialisme yang memisahkan manusia dari teknologi dan alam, serta memisahkan gender, ras, dan spesies. Dia mengajak kita untuk memikirkan kembali hubungan kita dengan teknologi, tidak sebagai sesuatu yang asing atau eksternal, tetapi sebagai bagian integral dari keberadaan kita. Dengan demikian, teknologi dapat menjadi bagian dari strategi untuk membangun dunia yang lebih inklusif, di mana tidak ada lagi bias gender atau dominasi global, dan di mana teknologi berfungsi untuk memberdayakan kelompok terpinggirkan. Simbiosis ini juga mencerminkan kebutuhan untuk memahami teknologi dalam konteks yang lebih luas, termasuk dampaknya terhadap lingkungan, ekonomi, dan struktur sosial. Haraway mengajak kita untuk memikirkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk menciptakan bentuk-bentuk kehidupan yang lebih berkelanjutan dan etis, yang menghormati martabat manusia dan lingkungan. Secara keseluruhan, simbiosis dengan teknologi menurut Haraway adalah tentang mengakui dan memanfaatkan potensi teknologi untuk menciptakan perubahan sosial yang positif, sambil tetap kritis terhadap cara teknologi dapat digunakan untuk memperkuat struktur kekuasaan yang ada.
  • Kritik terhadap Kapitalisme Donna J. Haraway, seorang teoretikus feminis dan ilmuwan, tidak secara langsung dikenal karena kritiknya terhadap kapitalisme dalam cara yang sama seperti beberapa pemikir Marxis atau ekonomi politik. Namun, dalam karyanya, terutama "A Cyborg Manifesto", dia menyentuh beberapa aspek yang dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap kapitalisme, terutama dalam konteks bagaimana kapitalisme berinteraksi dengan teknologi, gender, dan lingkungan. Haraway menggunakan metafora cyborg untuk menantang batasan yang ditarik oleh kapitalisme dan patriarki. Cyborg, sebagai hibrida organik dan mesin, melambangkan kemungkinan melampaui pembagian kerja berdasarkan gender yang dikukuhkan oleh kapitalisme dan struktur sosial yang ada. Dalam hal ini, Haraway menunjukkan bagaimana kapitalisme telah memanfaatkan teknologi untuk memperkuat pembagian kerja ini dan mempertahankan dominasi atas kelompok tertentu. Haraway juga mengkritik kapitalisme karena perannya dalam mempromosikan konsumerisme yang berlebihan dan eksploitasi sumber daya alam. Dalam karyanya, dia mengeksplorasi bagaimana kapitalisme dan teknologi telah berkontribusi pada krisis lingkungan dan bagaimana hubungan antara manusia, teknologi, dan alam harus dipikirkan kembali untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, Haraway menyoroti bagaimana kapitalisme sering kali mengabaikan atau mengeksploitasi kelompok yang terpinggirkan. Dia menganjurkan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk memberdayakan kelompok-kelompok ini dan menciptakan bentuk-bentuk kehidupan yang lebih inklusif dan egaliter, yang menantang struktur kekuasaan kapitalis yang ada . Secara keseluruhan, meskipun Haraway tidak secara eksplisit dikenal sebagai kritikus kapitalisme, karyanya menawarkan kritik terhadap aspek-aspek tertentu dari kapitalisme, terutama dalam konteks hubungan antara manusia, teknologi, dan lingkungan.
  • Pertimbangan Kepantasan dan Aspek Human Dignity Donna J. Haraway, dalam karyanya, tidak secara eksplisit membahas konsep "kepantasan" atau "human dignity" dalam terminologi tersebut. Namun, konsep-konsep ini dapat diinterpretasikan melalui lensa teori Haraway tentang hubungan antara manusia, teknologi, dan alam. Haraway menekankan pentingnya memahami manusia sebagai bagian dari jaringan kompleks yang melibatkan teknologi dan lingkungan, yang menantang pandangan tradisional tentang apa artinya menjadi manusia dan bagaimana kita harus berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Dalam "A Cyborg Manifesto," Haraway menggunakan metafora cyborg untuk mengeksplorasi bagaimana identitas manusia dapat melewati batasan-batasan yang kaku, termasuk batasan antara manusia dan mesin, serta manusia dan hewan. Ini menunjukkan penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terikat pada kategori tradisional yang sering kali mengeksploitasi atau mengecualikan kelompok tertentu. Haraway juga mengkritik kapitalisme dan bagaimana sistem ini sering kali mengurangi manusia menjadi alat produksi, mengabaikan aspek kemanusiaan yang lebih luas dan mengarah pada alienasi. Dalam konteks ini, pertimbangan tentang human dignity dapat dilihat sebagai kritik terhadap reduksi manusia menjadi komoditas dalam sistem kapitalis dan dorongan untuk melihat manusia sebagai makhluk yang kompleks dengan kebutuhan dan keinginan yang beragam. Donna J. Haraway memang menantang dualisme yang mendominasi pemikiran Barat, termasuk pembagian yang tegas antara alam dan budaya, serta antara pria dan wanita. Dalam karyanya, dia mengkritik cara-cara ini mendukung struktur kekuasaan yang menindas dan sering kali mengabaikan martabat kelompok yang terpinggirkan. Haraway menggunakan konsep cyborg untuk menolak batasan-batasan yang kaku ini, terutama yang memisahkan "manusia" dari "hewan" dan "manusia" dari "mesin". Dengan mengadvokasi pandangan dunia yang lebih inklusif dan tidak dualistik, Haraway menunjukkan pentingnya menghormati keragaman dan martabat manusia sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan egaliter.
  • Penolakan terhadap Narasi Tunggal Donna J. Haraway menolak narasi tunggal atau "single story" dalam pemikirannya, yang sering kali mencerminkan perspektif yang sempit dan eksklusif. Dalam karyanya, Haraway menantang pandangan yang homogen dan universal tentang dunia, yang biasanya mengabaikan keragaman dan kompleksitas pengalaman manusia dan non-manusia. Dia mengkritik dualisme yang mendominasi pemikiran Barat, seperti pembagian antara alam dan budaya, atau antara pria dan wanita, yang sering kali mendukung struktur kekuasaan yang menindas dan mengabaikan martabat kelompok yang terpinggirkan. Haraway menggunakan konsep cyborg untuk menolak batasan-batasan yang kaku, terutama yang memisahkan "manusia" dari "hewan" dan "manusia" dari "mesin". Dengan mengadvokasi pandangan dunia yang lebih inklusif dan tidak dualistik, Haraway menunjukkan pentingnya menghormati keragaman dan martabat manusia sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan egaliter. Dalam konteks ini, penolakan Haraway terhadap narasi tunggal juga mencakup kritik terhadap cara teknologi sering kali digunakan untuk memperkuat narasi-narasi dominan yang menguntungkan kepentingan tertentu, sementara mengabaikan atau mengeksploitasi yang lain. Dia mendorong pemikiran kritis dan kesadaran transformatif yang memungkinkan individu untuk melihat melampaui narasi yang diberikan oleh media atau dunia maya, dan untuk mengakui bahwa realitas dibentuk oleh berbagai kekuatan dan perspektif. Secara keseluruhan, Donna J. Haraway mengajak kita untuk mempertanyakan dan menantang narasi-narasi yang diterima secara umum, dan untuk mengakui bahwa semua kebenaran terikat pada konstruksi sosial yang berbeda-beda, yang memiliki horizon yang berbeda. Haraway menekankan pentingnya memahami bahwa tidak ada satu cerita atau perspektif yang dapat sepenuhnya mewakili realitas yang kompleks dan beragam. Dalam karyanya, dia mendorong kita untuk melihat dunia melalui lensa yang pluralistik dan multivokal, di mana berbagai suara dan pengalaman dapat saling berinteraksi dan memberikan wawasan yang lebih kaya dan lebih inklusif tentang kehidupan kita bersama. Dengan mengkritik narasi tunggal, Haraway juga menantang ide-ide yang mendominasi dan sering kali tidak terlihat yang membentuk pemahaman kita tentang identitas, teknologi, dan hubungan kita dengan dunia alam. Dia mengusulkan bahwa dengan mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka dan reflektif, kita dapat lebih baik mengatasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang ada, serta membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua makhluk.

Prinsip-prinsip yang dibahas oleh Donna J. Haraway memang membentuk dasar dari pemikirannya mengenai hubungan antara manusia, teknologi, dan masyarakat. Haraway menantang narasi tunggal yang sering kali mendominasi pemahaman kita tentang dunia, mengadvokasi pandangan yang lebih inklusif dan tidak dualistik. Dia mengkritik dualisme yang memisahkan manusia dari hewan dan mesin, serta menolak ide bahwa teknologi adalah netral dan tidak mempengaruhi struktur sosial.

Referensi:

Haraway, Donna J. "Simians, Cyborgs, and Women: The Reinvention of Nature." New York: Routledge, 1991. 

Haraway, Donna J. "The Companion Species Manifesto: Dogs, People, and Significant Otherness." Chicago: Prickly Paradigm Press, 2003.

Haraway, Donna J. "The Cyborg Manifesto: The Companion Species Manifesto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun