Dari tabel di atas, terlihat betapa tidak seimbangnya hukuman yang diberikan kepada pelaku korupsi dibandingkan dengan jenis kejahatan lainnya. Hukuman yang lebih berat diberikan kepada pelaku kejahatan yang mengancam keselamatan dan keamanan masyarakat, sementara tindakan korupsi yang merugikan keuangan negara justru mendapatkan hukuman yang lebih ringan.
Perlunya Hakim Berkarakter Kuat dan Zero Tolerance terhadap Korupsi
Dalam menghadapi tantangan ini, sangat penting untuk memiliki hakim yang menjunjung tinggi keadilan dan memiliki karakter yang tegas dalam proses peradilan. Hakim harus mampu mempertimbangkan dampak dari tindakan korupsi tidak hanya kepada negara, tetapi juga kepada masyarakat secara keseluruhan. Mereka perlu menyadari bahwa korupsi merupakan kejahatan yang berdampak luas dan merusak kepercayaan publik.Prinsip zero tolerance terhadap korupsi harus diterapkan agar tidak ada tempat bagi pelaku korupsi dalam masyarakat. Hukuman yang lebih berat dan tegas harus diberikan untuk memastikan bahwa tindakan korupsi tidak lagi dianggap sebagai risiko yang dapat diterima. Dengan demikian, keadilan dapat ditegakkan dan kepercayaan publik terhadap sistem hukum dapat dipulihkan.
Kasus Harvey Moeis merupakan contoh nyata dari ketidakadilan dalam sistem hukum Indonesia. Vonis yang ringan bagi pelaku korupsi menunjukkan perlunya reformasi dalam penegakan hukum. Kita membutuhkan hakim yang berkarakter kuat dan tegas, yang mampu menjunjung tinggi keadilan dan memberikan hukuman yang setimpal bagi pelaku korupsi. Hanya dengan cara ini, kita dapat berharap untuk menciptakan sistem hukum yang efektif dan memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa tindakan korupsi akan dihadapi dengan konsekuensi yang serius.Dalam konteks ini, penting untuk mengingat ajaran dari sejarah, bahwa hukum harus berfungsi untuk melindungi kepentingan masyarakat dan menegakkan keadilan. Tanpa komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, termasuk para penegak hukum, keadilan akan tetap menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H