Israel menarik diri dari Jalur Gaza dan empat permukiman di Tepi Barat bagian utara pada tahun 2005, diikuti dengan kemenangan gerakan Hamas Palestina dalam pemilihan Dewan Legislatif tahun 2007.
Perselisihan Palestina-Palestina menyebabkan Hamas menguasai Jalur Gaza, sedangkan Tepi Barat tetap berada di bawah kendali Otoritas Palestina.
Israel dan Hamas telah terlibat dalam berbagai konfrontasi dan perang selama beberapa tahun terakhir, yang paling kejam adalah serangan tanggal 7 Oktober 2023, di mana anggota Hamas mampu menembus pagar perbatasan dengan Israel, menewaskan 1.200 warga Israel, sebagian besar dari mereka warga sipil, dan menahan ratusan orang serta membawa mereka ke Jalur Gaza.
Pemerintahan Benjamin Netanyahu segera menyatakan perang terhadap Hamas, untuk memulihkan orang-orang yang diculik dan menghancurkan kekuatan militer gerakan Palestina.
Selama 7 bulan perang, Israel membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Infrastruktur Jalur Gaza juga hancur, dan sekitar satu juta 200 ribu warga Palestina mengungsi dari Jalur Gaza utara dan tengah ke Rafah di selatan, di tengah kondisi kemanusiaan yang sulit, sementara momok kelaparan membayangi tempat tersebut. Hal ini memicu protes populer di seluruh dunia yang mengecam perang Israel di Jalur Gaza.
Setelah 76 tahun.. Apakah masih ada harapan?
Kembali ke titik awal, tepatnya pada tahun 1947, gagasan solusi dua negara (Yahudi dan Arab) dikemukakan, dan pada tahun 1947 Majelis Umum PBB menyetujui rencana untuk membagi Palestina dan memberlakukan pemerintahan internasional di Yerusalem.
Para pemimpin Yahudi menyetujui rencana tersebut, yang memberi mereka 56 persen tanah Palestina. Liga Arab menolak usulan ini. Sejak saat itu, Amerika Serikat terus mendesakkan solusi dua negara.
Setelah kekalahan Saddam Hussein dalam Perang Teluk Pertama, mendiang Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan mendiang Presiden Palestina, Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina, berjabat tangan pada tahun 1993, dalam kerangka Perjanjian Oslo, yang mengabulkan Palestina memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas, yang akan diubah menjadi negara merdeka setelah 5 tahun. Pada tahun 1994, Israel menandatangani perjanjian damai dengan Yordania.
Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan negara-negara Arab sepakat untuk fokus pada upaya perdamaian antara kedua pihak, untuk mengakhiri konflik bertahun-tahun.
Presiden AS Bill Clinton, Perdana Menteri Israel Ehud Barak, dan Arafat berpartisipasi dalam KTT Camp David pada tahun 2000, namun mereka tidak dapat mencapai kesepakatan perdamaian akhir.