Mohon tunggu...
Indra Vextor M
Indra Vextor M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

‎

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memperkuat Pemahaman Mahasiswa dan Masyarakat tentang Wawasan Nusantara dengan Hakikat Ideologi Pancasila

8 Juni 2022   20:38 Diperbarui: 8 Juni 2022   20:44 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wawasan Nusantara adalah pandangan suatu negara tentang jati dirinya dan lingkungannya, yang digambarkan dengan landasan filosofis dan historis negara tersebut, sesuai dengan keberadaan negara dan kondisi geografisnya, untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Secara internal, statistik yang terkandung dalam wawasan nusantara terintegrasi dalam lima aspek, yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan ekonomi, kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan. 

Kita diharapkan mengintegrasikan kelima aspek tersebut, kita dapat melihat semua aspek tersebut dan memperkuat rasa persatuan dan kasih sayang kita terhadap tanah air untuk lebih menyampaikan dan memperjelas pemahaman kita tentang wawasan nusantara. Pemahaman nusantara dapat dikomunikasikan kepada masyarakat dengan berbagai cara. 

Salah satunya melalui pendidikan. Melalui pendidikan dan pemahaman Tentang wawasan nusantara dan sikap nasionalisme yang ingin diwujudkan Itu diimplementasikan. Upaya tersebut tercermin dalam tujuan pendidikan Seluruh negara, terutama negara kita tercinta Indonesia. 

Dalam masa sekarang ini Indonesia sedang mengalami "Krisis Ideologi Pancasila". Dengan munculnya gerakan-gerakan radikal dalam komunitas, seperti penggunaan atribut dan isu bangkitnya PKI, sebuah gerakan dengan visi untuk mendirikan Khilafah di Indonesia (HTI), penghinaan terhadap ideologi Pancasila, menghina agama, menghina bendera negara, isu makar terhadap pemerintah. Masalah ini bersumber dari paham radikalis yang berupaya mengubah tatanan negara Indonesia yang jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila. 

Dengan menggunakan Pancasila sebagai pedoman hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara guna menjaga semangat nasionalisme Indonesia, seluruh warga negara dapat mencerminkan perwujudan nusantara dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat tercermin misalnya dalam nilai-nilai agama, kekerabatan atau kekeluargaan, saling menghormati dan toleransi bagi semua orang yang tidak diskriminatif. Wawasan Nusantara saat ini merupakan modernisasi dan globalisasi yang berdampak positif dan negatif yang dapat menyebabkan kemerosotan moral seperti individualisme, hedonisme, konsumerisme, dan westernisasi, serta dapat menggerogoti rasa nasionalisme. 

Penting untuk menghadapi ancaman dan tantangan. Radikalisme adalah cikal bakal lahirnya terorisme. Radikalisme adalah sikap mendambakan perubahan total, revolusioner, dan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada dengan kekerasan dan hal-hal yang dramatis pada Perilaku ekstrim. Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan pemahaman radikal. 1). Intoleran (tidak mau menghargai pendapat & keyakinan orang lain), 2). fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah), 3). eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya) dan 4). revolusioner (cenderung menggunakan caracara kekerasan untuk mencapai tujuan). 

Salah satu usaha pencegahan dengan adanya pemahaman Ideologi Terorisme yaitu dengan Pendekatan pemberdayaan (partisipasi aktif), bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemahaman masyarakat maupun pelajar dan menguatkan paham Ideologi Pancasila, sehingga dapat mendeteksi-mencegah dan menanggulangi adanya gerakangerakan radikalisme secara dini di kalangan masyarakat maupun pelajar. Melalui pendidikan formal, pelajar telah mengenal Indonesia dengan konsepsi wawasan nusantaranya. 

Akan tetapi yang lebih penting dalam hal ini adalah bagaimana nilai-nilai nasionalisme dan semangat kebangsaan yang terkandung dalam konsepsi tersebut dapat menginternalisasi ke dalam jiwa setiap warga negara dan mengimplementasikan ke kehidupannya sehari-hari. 

Pertama, memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Melalui pendidikan kewarganegaraan, anak muda didorong untuk patuh menjunjung tinggi dan menanamkan nilai-nilai luhurnya yang sejalan dengan kearifan lokal seperti toleransi kebebasan antar umat beragama, bertanggung jawab, gotong royong, kejujuran, dan cinta kepada banga sendiri. 

Kedua, pendekatan keagamaan. Dalam konteks deradikalisasi, ditegaskan bahwa semua agama mengajarkan semua umatnya untuk bertindak dengan cinta dan kasih sayang satu sama lain. Pesan dasar semua agama di bumi adalah hidup damai dengan semua makhluk Tuhan Tidak ada agama yang mengajarkan orang-orang beriman untuk bertindak anarkis dan menyebarkan kegaduhan. 

Pendekatan religi memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa semua agama sejalan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan bagi diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan masa depan kepada semua pemeluknya. Pendekatan ini dinilai strategis dalam deradikalisasi karena agama diposisikan sebagai (way of life) oleh seluruh pemeluknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun