Mohon tunggu...
indra Tranggono
indra Tranggono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Heroisme Mangkubumi dalam Kemasan "Good Looking"

7 Desember 2024   10:27 Diperbarui: 8 Desember 2024   06:53 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seni pertunjukan ketoprak | KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA

Selain itu juga pada dukungan publik penonton (apresiator), pemerintah, kalangan intelektual dan pemangku kepentingan lainnya. Maka di Yogyakarta (baca; DIY) lahirlah beberapa bentuk atau gaya penyajian ketoprak dari ketoprak konvensional, garapan, plesetan sampai ketoprak humor.

Alasan kedua adalah ketoprak merupakan entitas estetik seni pertunjukan yang relatif longgar untuk ditafsir dan dikembangkan sesuai tuntutan zaman. Dalam hal bentuk, ketoprak bisa dicreate menjadi tontonan yang akomodatif terhadap inovasi pemanggungan. 

Misalnya dalam sistem pengadegan, permainan keaktoran, irama pertunjukan, set, property sampai tata cahaya dan tata suara. Cara ini ditempuh demi melahirkan berbagai spektakel yang menarik secara visual dan auditif. Tidak hanya mengandalkan dialog-dialog verbal.

Seperti dikatakan Yetti Martanti, S.Sos., MM, ketoprak cukup luwes mengakomodasi berbagai persoalan, termasuk isu-isu kekinian yang aktual. Juga ramah terhadap pelbagai pesan sosial. Ketoprak begitu mudah ditarik "ke sana dan ke sini" sesuai tujuan positif pementas.

Semua terobosan kreatif yang dilakukan, bertujuan menghadirkan ketoprak secara layak di tengah khalayak, baik secara estetik maupun non-estetik. Diharapkan ketoprak bisa menggaet penonton dari kalangan anak muda untuk memberikan apresiasi. Ini seperti yang diharapkan Altiyanto. Sehingga ketoprak memiliki basis penonton yang kuat dan beragam, bukan hanya dari kalangan orang sepuh (di atas usai lima puluh tahun).

Ketoprak sebagai warisan budaya tak benda (intangible) terbukti mampu bertahan, salah satunya justru karena ia memiliki keluwesan atau kemampuan beradaptasi dengan tuntutan zaman. Tentu hal ini tidak lepas dari kerja keras para pemangku kepentingan ketoprak (masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak lain yang peduli). Ini seperti kepedulian yang telah ditunjukkan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta melalui pergelaran "Hadeging Ngayogyakarta". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun