Mohon tunggu...
Sukma Indra
Sukma Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Setiap Detik dalam hidup adalah Perjalanan, Setiap Perjalanan dalam hidup adalah Pelajaran.

Senang Menulis/ Senang Mencoba Hal yang Baru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cokelat Manis Kopi Tubrukku Lebih Manis Do'a Merah Jambu Bibir Tipismu

4 Desember 2022   14:31 Diperbarui: 4 Desember 2022   14:32 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hallo Sobat pembaca !!

untuk teman-teman yang senang membaca apalagi kasmaran nih!

yang sedang berjuang dan berusaha untuk mendapatkan apa yang di inginkan tetap berjuang dan tetap do'akan itu 

puisi ini cocok bangattt buat teman-teman yang mungkin belum bertemu jodohnya hehe

Di suatu malam saat pikiran terasa begitu embuh
Tuhan menyuruh malaikat mencukupi rokok dan kopi untukku

Aku berlindung pada matamu yang polos dan bibirmu yang lugu
Dari godaan rindu yang menggebu-gebu
Rasa yang luar biasa, di saat kamu benar-benar membuka mata
Lalu duniamu, seketika penuh dengan tanda Tanya ???

Butuh berapa lama untuk mengerti kamu
Pada isi di dalam ruang
Pada spasi di dalam jarak
Pada rindu yang berserak

Baca juga: Mind Mapping

Lahirlah kami dari rindu dan batu-batu
Ketika segala hal telah menjadi selain dirimu
Lahirlah kami dari rindu dari segala nafas dan segenap kata
Yang di ucapkan selain dari mulutmu

Lahirlah kami dari rindu, dari duka, yang lupa di kirimkan penyair para pemahat debu itu
Yang kerap ragu, menciptakan dirinya, dari segenggam mimpi yang lucu-lucu

Di garis-garis pinggangnya, talut-talut rindu menyelinap
Di sembul-sembul pinggulnya, masa depan terbentang
Di tubir-tubir pusarnya, masa lalu diam
Bertambah dalam tidak terduga di lubuk pandangnya setua bumi

Beberapa saat lagi pesawatmu akan mendarat, di halaman hati
Tidak ada perbedaan waktu, antara benci dan rindu
Lebih pedih dari lilin meleleh, lebih tabah dari kayu jadi abu
Begitulah kelembutan jatuh dari mata, usai di bakar rindu

Tahukah kamu, disini seumur do'a menanti
Duduk di antara dua Khutbah, aku berdo'a pada yang maha kuasa
Agar memantaskanku duduk denganmu, duduk di antara dua orang tua

gimana teman-teman!! sangat menyentuh bukan

tetap berusaha dan tetap do'akan apa yang kalian ingin capai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun