Dilain pihak, konsumsi energi produk migas dalam negeri semakin meningkat. Bila tidak ada langkah antisipasi, maka siap-siaplah kemandirian bangsa dan kedaulatan negara menjadi taruhan. Lantas apa yang harus diperbuat?
[caption id="attachment_351843" align="aligncenter" width="418" caption="Tren Produksi vs Konsumsi Migas (sumber SKK Migas*)"]
Menambah kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru dan kegiatan eksploitasi baru terhadap lapangan muda hasil eksplorasi tentu perlu dilakukan guna menaikkan kembali produksi migas nasional. Ini adalah cara pandang yang sifatnya ekspansif. Namun kegiatan yang sifatnya ekspansif sering terkendala dengan modal dan ketakutan akan bayang-bayang kegagalan aktivitas pemboran sumur produksi. Jangan-jangan aktivitas pemboran oleh Kontraktor KKS berujung dry hole.
Sisi lain yang sifatnya preventif juga perlu ditempuh. Karena pada awalnya potensi volume migas yang 'terperangkap' dalam reservoir berdasarkan studi eksplorasi dan survei sudah terkalkulasi, maka seharusnya volume fluida migas yang berhasil dikeluarkan dan diproduksi di tiap titik lewat jalur alirnya menuju titik jual (lifting point) pun bisa dihitung dan diketahui angkanya. Sampai di titik akhir (titik jual), volume migas yang berhasil ditransmisikan tercatat angkanya dan bisa dipertanggungjawabkan.
Kalaulah boleh mengibaratkan sistem produksi migas yang ideal, seharusnya migas yang masuk dan keluar dari suatu fasilitas produksi pasti akan bervolume beda, dengan syarat bila faktor selisih volumenya yang terukur dan tercatat masuk akal dan angkanya bisa diterima. Lalu pertanyaan pun muncul, apakah volume migas yang sampai di titik jual adalah volume yang seharusnya ataukah ada sejumlah kuantitas volume yang tidak disertakan di sepanjang jalur aliran fluida migas (unaccounted quantity)?
Bila langkah ekspansif fokus menambah entitas lapangan produksi baru, konsentrasi langkah preventif terletak pada telisik kuantitas volume yang tak tercatat. Keduanya sama-sama berujung tujuan akhir: menaikkan produksi migas secara nasional. Hanya saja derajat resiko yang menyertai jauh berbeda. Jadi, manakah pilihan termudah?
*) Data dan ilustrasi diambil dari materi presentasi SKK Migas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H