Mohon tunggu...
Drs. Tiardja Indrapradja
Drs. Tiardja Indrapradja Mohon Tunggu... Wiraswasta - pensiunan

Seorang ayah dengan lima orang anak yang sudah dewasa [Puteri sulung saya telah meninggal pada tahun 2016 karena penyakit kanker]. Lulusan FEUI, dan pernah mengajar di FISIP UI 1977-akhir abad ke-20 sebagai dosen luarbiasa di jurusan administrasi [niaga]. Sekarang menangani empat situs/blog dalam hal evangelisasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seorang Pemimpin dan Visinya

21 Mei 2019   11:18 Diperbarui: 21 Mei 2019   13:16 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Vision always deals with the future. Indeed, vision is where tomorrow begins, for it expresses what you and others who share the vision will be working hard to create." (Burt Nanus, VISIONARY LEADERSHIP, hal. 8)

Ketika anda masih anak-anak, tidakkah anda pernah mempunyai mimpi akan menjadi apa anda kelak kalau sudah dewasa? Ketika anda berniat untuk menikah, tidakkah anda pernah membayangkan kehidupan macam apa yang anda harap akan dibangun bersama pasangan hidup anda? Jika pada suatu ketika anda berada dalam suatu kesempatan untuk membangun sebuah organisasi baru atau membuat perubahan dalam sebuah organisasi agar dapat berfungsi dengan lebih efisien dan efektif, apakah anda dapat membayangkan secara jernih organisasi macam apa yang anda harapkan itu?

Jika anda menjawab "ya" terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, maka anda sebenarnya sudah mempunyai ide yang cukup baik tentang apa yang dimaksudkan dengan sebuah visi. Walaupun yang di atas itu menyangkut visi pribadi, konsep-konsep yang sama berlaku dalam hal peranan anda sebagai seorang pemimpin dari orang-orang yang bergabung bersama untuk tujuan yang sama, artinya sebagai pemimpin dari sebuah organisasi.

Visi seorang pemimpin juga menginspirasikan tindakan dan menolong pembentukan masa depan. Akan tetapi tidak seperti halnya visi pribadi, hal tersebut terjadi melalui efek-efek yang penuh kuat-kuasa atas orang-orang yang bekerja untuk organisasi tersebut dan/atau mempunyai kepentingan dalam organisasi yang dipimpin oleh sang pemimpin.

Secara sederhana dapatlah kita mengatakan bahwa sebuah visi adalah suatu masa depan yang realistis, yang memiliki kredibilitas, yang menarik bagi organisasi anda. Visi adalah artikulasi anda sehubungan dengan destinasi yang harus dibidik oleh organisasi anda, suatu masa depan yang dalam hal-hal penting adalah lebih baik, lebih berhasil, lebih dihasrati bagi organisasi anda daripada saat ini. UUD 1945, misalnya, adalah visi yang dibayangkan oleh para pendiri negara kita  tentang Indonesia sebagai negara dan bangsa.

Kepemimpinan sejati sesungguhnya merupakan manifestasi dari kegairahan yang ditimbulkan oleh sebuah visi yang mengatur prioritas dan energi seorang pemimpin. Sang pemimpin memiliki visi itu, kemudian visi itu memiliki sang pemimpin. Seorang pemimpin visioner yang sejati memiliki sense of destiny. Dia tahu dan yakin secara pribadi ke mana dirinya akan membawa organisasi yang dipimpinnya, apakah sebuah perusahaan, grup usaha atau unit pemerintahan di segala tingkat.

Seorang pemimpin sejatinya adalah seorang visioner. Kalau berbicara mengenai para pemimpin visioner di bidang bisnis, maka kita akan diingatkan kepada nama-nama seperti Steve Jobs, Walt Disney, Bill Gates, Henry Ford dll. Di bidang politik dan kenegaraan ada nama-nama seperti Bung Karno, John F. Kennedy, Martin Luther King Jr., Nelson Mandela dll. Dalam keluarga besar Gereja Roma Katolik ada Fransiskus dari Assisi, Teresia dari Avila, Ignatius dari Loyola, Paus Yohanes XXIII dll. Hal-hal seperti ini disebut karena sangat baiklah bagi kita untuk mempelajari banyak hal sehubungan dengan kepemimpinan pribadi-pribadi yang diakui dalam sejarah.

Visi memainkan peranan penting tidak hanya dalam fase start up sebuah organisasi, melainkan dalam seluruh fase siklus kehidupan organisasi tersebut. Visi bagaikan sebuah rambu jalan yang memberi petunjuk kepada semua orang yang perlu memahami di mana organisasi mereka sedang berada dan kemana mereka berniat pergi. Cepat atau lambat ada saatnya di mana sebuah organisasi membutuhkan perubahan arah atau barangkali suatu transformasi menyeluruh. 

Dalam hal seperti itu langkah pertama yang selalu dibutuhkan adalah suatu visi yang baru, suatu alarm kepada siapa saja yang terlibat dalam hal-ikhwal organisasi bersangkutan bahwa perubahan fundamental dibutuhkan dan sudah di depan mata. 

Organisasi termaksud dapat saja merupakan sebuah perusahaan yang tidak berukuran besar, sebuah perusahan konglomerat, atau dapat juga sebuah partai politik yang sedang mengalami penurunan drastis dalam jumlah konstituennya. Setiap hari banyak sekali organisasi mengalami hal seperti ini, tentunya dengan "magnitudo" yang berbeda-beda.

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan tentang Visi

Kekuatan suatu visi terletak pada kemampuannya untuk menarik perhatian orang-orang, baik yang berada di dalam organisasi maupun di luar organisasi dan memfokuskan perhatian tersebut pada "mimpi" bersama -- suatu rasa searah-setujuan.

Tugas yang paling memberi tantangan besar dan ujian menentukan dari kepemimpinan adalah mengartikulasikan visi yang benar dan juga melakukannya secara benar. Beberapa acara debat capres-cawapres yang dilakukan dalam rangka pilpres 2019 (Hasilnya direncanakan akan diumumkan oleh KPU besok lusa, Rabu tanggal 22 Mei 2019) merupakan bukti sejarah. Pemaparan visi (dan misi) bukanlah berbicara sembarangan dan tanpa arah yang jelas dan haruslah mudah dipahami oleh para pendengar sang pembicara. Visi juga bukan sekadar segudang janji-janji.

Jika semua dilakukan dengan baik dan tujuannya tercapai, maka "impian bersama" tersebut di atas dapat diwujudkan. Mengapa? Berikut ini adalah beberapa hal yang patut dicamkan:

  • Visi yang benar menimbulkan komitmen dan memberikan energi bagi orang-orang yang terlibat.
  • Visi yang benar menginspirasikan "kebesaran" (greatness),
  • Visi yang benar selalu menjadi panggilan bagi orang-orang supaya fokus.
  • Visi yang benar menciptakan "arti" dalam kehidupan para pekerja/anggota/konstituen.
  • Visi yang benar mendominasi semua pembicaraan dalam organisasi.
  • Visi yang benar mempersatukan orang-orang yang terlibat.
  • Visi yang benar membangun sebuah standar keunggulan (a standard of excellence).
  • Visi yang benar menjembatani hari ini dan masa depan.

Berbagai kekuatan yang dilepaskan oleh visi yang benar dapat diringkas ke dalam satu kata, yaitu "pemberdayaan" (empowerment). Visi itu bagaikan mercu suar yang memberikan arahan menuju tujuan bersama kepada orang-orang yang berkepentingan dengan masa depan organisasi. Sekali orang-orang menyetujui visi yang ada, maka pada dasarnya mereka diberdayakan, untuk melakukan tindakan yang memajukan visi tersebut, karena tahu bahwa tindakan-tindakan sedemikian akan dinilai sangat tinggi dan legitim dan produktif oleh mereka yang memiliki impian yang sama.

Bagi sebagian besar organisasi yang ada, perubahan dan kompleksitas begitu jelas-nyata. Bagi organisasi-organisasi ini, visi bukanlah sesuatu yang "mewah" melainkan suatu kebutuhan. Tanpa visi, para pekerja/anggota/konstituen akan mengalami kebingungan, atau saling bertabrakan dalam kegelapan.

Pada akhirnya perilaku manusia dalam organisasi sangat dibentuk oleh shared vision akan suatu masa depan yang lebih baik. Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu visi yang di-sharing-kan bersama merupakan tujuan yang paling benar dari kepemimpinan, karena orang-rang secara naluriah akan mengikuti orang yang mengikuti mimpinya.

Catatan Penutup

Hari ini, Senin tanggal 20 Mei 2019 adalah HARI KEBANGKITAN NASIONAL. Lima tahun yang lalu Harian Media Indonesia (Kamis, 22 Mei 2014, hal. 1) memuat catatan penuh makna dari seorang anak bangsa yang bernama Joko Widodo (pada waktu itu masih seorang Cawapres) pada HARI KEBANGKITAN NASIONAL tanggal 20 Mei 2014:

Untuk maju, kita harus bangkit

Bangkit dari diam untuk bergerak

Bangkit agar kita berdaya

Bangkit karena kita percaya

Cukup sudah kita menunggu

Sekarang saatnya bangkit dalam satu ikatan

Menuju satu tujuan sebagai bangsa pemenang

(Media Indonesia, Kamis, 22 Mei 2014, hal. 1)

Ini merupakan hasil permenungan mendalam seorang anak bangsa -- seorang "pemimpin visioner dan transformasional" yang telah membuktikan dirinya berhasil dalam birokrasi pemerintahan pada tingkatan yang berbeda-beda -- akan "urgensi" keadaan bangsa kita dewasa ini yang memerlukan perubahan serius, dan tentunya juga dapat dinilai sebagai sebuah impian sekaligus ajakan untuk mewujudkan perbaikan di masa depan. Lihatlah, ada unsur perubahan atau transformasi dalam "catatan singkat" di atas.

Permenungan Pak Jokowi ini secara implisit memuat visi pribadi sang capres yang dalam kesempatan lain tentunya diungkapkan secara resmi dalam pernyataan visi & misi tertulis, dan hasil "mimpi" beliau telah dapat kita saksikan sendiri pada hari ini.

Jakarta, 20 Mei 2019 [HARI KEBANGKITAN NASIONAL]

Frans Indrapradja

Referensi:

  • Burt Nanus, VISIONARY LEADERSHIP -- Foreword by Warren Bennis, San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1992.
  • Frans Indrapradja, Peranan Visi dalam Kepemimpinan, KOMPASIANA tanggal 31 Desember 2013.
  • Frans Indrapradja, Visi, Perubahan dan Kepemimpinan Transformasional, KOMPASIANA tanggal 2 Juni 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun