Kekuatan suatu visi terletak pada kemampuannya untuk menarik perhatian orang-orang, baik yang berada di dalam organisasi maupun di luar organisasi dan memfokuskan perhatian tersebut pada "mimpi" bersama -- suatu rasa searah-setujuan.
Tugas yang paling memberi tantangan besar dan ujian menentukan dari kepemimpinan adalah mengartikulasikan visi yang benar dan juga melakukannya secara benar. Beberapa acara debat capres-cawapres yang dilakukan dalam rangka pilpres 2019 (Hasilnya direncanakan akan diumumkan oleh KPU besok lusa, Rabu tanggal 22 Mei 2019) merupakan bukti sejarah. Pemaparan visi (dan misi) bukanlah berbicara sembarangan dan tanpa arah yang jelas dan haruslah mudah dipahami oleh para pendengar sang pembicara. Visi juga bukan sekadar segudang janji-janji.
Jika semua dilakukan dengan baik dan tujuannya tercapai, maka "impian bersama" tersebut di atas dapat diwujudkan. Mengapa? Berikut ini adalah beberapa hal yang patut dicamkan:
- Visi yang benar menimbulkan komitmen dan memberikan energi bagi orang-orang yang terlibat.
- Visi yang benar menginspirasikan "kebesaran" (greatness),
- Visi yang benar selalu menjadi panggilan bagi orang-orang supaya fokus.
- Visi yang benar menciptakan "arti" dalam kehidupan para pekerja/anggota/konstituen.
- Visi yang benar mendominasi semua pembicaraan dalam organisasi.
- Visi yang benar mempersatukan orang-orang yang terlibat.
- Visi yang benar membangun sebuah standar keunggulan (a standard of excellence).
- Visi yang benar menjembatani hari ini dan masa depan.
Berbagai kekuatan yang dilepaskan oleh visi yang benar dapat diringkas ke dalam satu kata, yaitu "pemberdayaan" (empowerment). Visi itu bagaikan mercu suar yang memberikan arahan menuju tujuan bersama kepada orang-orang yang berkepentingan dengan masa depan organisasi. Sekali orang-orang menyetujui visi yang ada, maka pada dasarnya mereka diberdayakan, untuk melakukan tindakan yang memajukan visi tersebut, karena tahu bahwa tindakan-tindakan sedemikian akan dinilai sangat tinggi dan legitim dan produktif oleh mereka yang memiliki impian yang sama.
Bagi sebagian besar organisasi yang ada, perubahan dan kompleksitas begitu jelas-nyata. Bagi organisasi-organisasi ini, visi bukanlah sesuatu yang "mewah" melainkan suatu kebutuhan. Tanpa visi, para pekerja/anggota/konstituen akan mengalami kebingungan, atau saling bertabrakan dalam kegelapan.
Pada akhirnya perilaku manusia dalam organisasi sangat dibentuk oleh shared vision akan suatu masa depan yang lebih baik. Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu visi yang di-sharing-kan bersama merupakan tujuan yang paling benar dari kepemimpinan, karena orang-rang secara naluriah akan mengikuti orang yang mengikuti mimpinya.
Catatan Penutup
Hari ini, Senin tanggal 20 Mei 2019 adalah HARI KEBANGKITAN NASIONAL. Lima tahun yang lalu Harian Media Indonesia (Kamis, 22 Mei 2014, hal. 1) memuat catatan penuh makna dari seorang anak bangsa yang bernama Joko Widodo (pada waktu itu masih seorang Cawapres) pada HARI KEBANGKITAN NASIONAL tanggal 20 Mei 2014:
Untuk maju, kita harus bangkit
Bangkit dari diam untuk bergerak
Bangkit agar kita berdaya